BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Character Building adalah salah satu mata kuliah
yang bertujuan untuk membangun karakter para mahasiswa. Karakter yang baik,
religius, bertanggung jawab, displin, kerja keras, dll. Oleh karena itu, saya
ditugaskan untuk melakukan volunteer dan diberi beberapa pilihan yaitu Panti
Jompo, Panti Asuhan atau Sekolah Luar Biasa dan saya bersama kedua teman saya
memilih untuk melaksanakan volunteer di Panti Jompo.
Pada zaman sekarang, banyak orang-orang yang sukses
dan tidak mempunyai banyak waktu menitipkan orangtuanya ke panti jompo dan
membiarkan orangtuanya diurus oleh orang lain yang tidak mereka kenali
sebelumnya. Sebenarnya, yang pantas ada di panti jompo itu orang tua yang
benar-benar terlantar tidak mempunyai sanak saudara dan kekayaan atau orang tua
yang mempunyai anak-anak yang sukses tapi tidak mempunyai waktu untuk mereka?
Ini sungguh miris sekali, karena orangtua yang sudah susah payah membesarkan
dan menyekolahkan anaknya sampai berhasil dan hidup berkecukupan tapi pada
akhirnya anaknya menitipkan orangtuanya ke panti jompo.
Di kota-kota besar banyak sekali kejadian seperti
diatas, banyak para orang tua yang sudah lanjut usia tidak bisa menghabiskan
hari tuanya bersama anak mereka. Seharusnya kita sebagai anak harus menyayangi
orang tua kita seperti orang tua kita menyayangi kita.
Banyak diantara kita, khususnya orang-orang yang
sudah bekerja tidak bisa menyeimbangkan perannya sebagai anak dan sebagai
pekerja sehingga menelantarkan orang tuanya. Mereka yang sangat sibuk dan
bahkan bolak-balik luar negeri lebih memilih menitipkan orang tuanya ke panti
jompo. Itu tidak salah, namun kembali lagi pada hati orang tuanya itu sendiri
apakah mereka ikhlas dititipkan disana? Apakah mereka bahagia tinggal disana
atau malah batinnya terluka dan penyakitnya semakin parah?
Banyak orang tua yang pastinya tidak rela bila
dititipkan di panti jompo bersama orang yang tidak mereka kenal sebelumnya,
disinilah tugas dan peran para pengurus panti jompo harus lebih ekstra lagi
memperhatikan para lansia. Selain dipenuhi kebutuhannya, para lansia pun harus
dibuat nyaman dengan lingkungan panti, sesekali atau bahkan setiap hari para
lansia harus diajak bercanda dan berbagi cerita. Jangan biarkan para lansia
hanya diam seribu bahasa.
Oleh karena itu, kerjasama sama antara keluarga dan
pengurus panti harus terjalin dengan baik, keluarganya pun harus sering
menengok agar lansia itu sendiri tidak merasa sudah tidak dipedulikan lagi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kehidupan di Yayasan Pondok Lansia Tulus
Kasih?
2. Bagaimana cara berkomunikasi dengan orang yang
sudah lanjut usia?
3. Apa alasan mereka dimasukkan ke panti jompo?
1.3
TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan
penyusunan laporan ini sebagai berikut:
1. Mengetahui kehidupan di Yayasan Pondok Lansia Tulus
Kasih.
2.
Mengetahui cara berkomunikasi dengan lansia.
3.
Mengetahui alasan-alasan mereka berada di panti jompo.
1.4
MANFAAT
Setelah melaksanakan kegiatan
volunteer ini semoga saya dan teman saya dapat mengambil hikmah dari setiap
cerita oma opa yang ada disana, lebih menyayangi kedua orangtua, dan lebih
sabar dalam menghadapi orang yang sudah lanjut usia.
BAB II
ISI
2.1
IDENTITAS YAYASAN
Yayasan Pondok Lansia Tulus Kasih berada dijalan
Sarijadi Baru 3 No 04 RT 02/06 Kelurahan Sukarasa, Kecamatan Sukasari, Bandung
20152. Yayasan ini berdiri pada tanggal 01 Februari 2012 dengan 5 orang
pengurus , terdiri dari Pembina, Pengawas, Ketua, Bendahara dan Sekretaris.
Dengan Akta Notaris No 01 Tahun 2012. Dengan bentuk yayasan
yang bergerak di bidang sosial khusus menangani lansia yang tidak mandiri dan
dalam keadaan mempunyai penyakit yang tidak bisa diurus oleh keluarganya.
Pondok lansia ini diurus oleh orang-orang yang
sangat ramah dan menyenangkan. Setiap hari para lansia selalu diajak bermain
dan bercanda. Beberapa lansia yang berada disana sangat segar bugar dan ceria,
walaupun mempunyai penyakit masing-masing.
Suasana di pondok ini begitu nyaman walaupun
sederhana, disetiap sudut selalu ada tanaman dan sangat jauh dari sampah.
Walaupun pondok lansia ini baru didirikan tapi sudah banyak orang yang
mempercayakan orangtuanya untuk dititipkan disana.
Ketika saya berbincang-bincang dengan para lansia,
mereka terlihat senang dan antusias dalam menjawab pertanyaan yang saya ajukan
meskipun cara menjawabnya berbeda-beda. Ada yang jawabannya tidak sinkron
dengan pertanyaan, menjawabnya sambil menangis dan menjawab dengan suara sangat
kecil.
2.2 KEGIATAN
Pada awalnya saya sangat
pusing mencari panti/pondok yang ada di daerah dekat polban. Namun pada
akhirnya saya bersama teman saya menemukan pondok lansia ini dengan tidak
sengaja. Pada hari Selasa 11 November 2014 saya bersama teman saya memulai
kegiatan di pondok lansia ini. Hari pertama sangatlah menegangkan karena ini
pertama kalinya saya ke pondok lansia, banyak sekali asumsi-asumsi yang
berputar di pikiran saya tentang para lansia di pondok dan ada juga rasa canggung,
takut, malu dan lain sebagainya.
Tapi setelah hari demi
hari saya jalani, kenyataannya sangat jauh berbeda dengan perkiraan saya. Oma
opa disana sangat baik sekali, hal itulah yang membuat saya nyaman. Jika sudah
disana saya selalu tak ingin pulang, saya merasa disana adalah rumah kedua
saya. Salah satu lansia disana ada yang berprofesi sebagai dosen di Universitas
Pasundan jurusan Teknik Lingkungan, kami semua biasa memanggil beliau dengan
sebutan pak Jimm. Saya selalu berbincang-bincang dengan beliau, ketika saya
duduk 5 menit dengan beliau selalu ada hal baru yang saya dapatkan. Saya selalu
mendapat ilmu baru yang tak saya ketahui sebelumnya. Salah satu yang beliau
ceritakan pada saya adalah tentang manusia yang dapat hidup dengan darah hijau.
Penjelasannya sungguh masuk akal, dan saya baru menyadari semua itu.
Selain
berbincang-bincang dengan para lansia, kegiatan saya yang lainnya yaitu
menyuapi salah satu opa bernama pak Kuncoro ketika makan siang. Beliau ini
mengalami kesulitan dalam berjalan dan menggerakkan tangannya, pada waktu itu
saya menyuapi beliau. Nah, besoknya giliran teman saya yang menyuapi beliau
tapi beliau tidak mau dan lebih memilih disuapi oleh saya. Oleh karena itu,
saya selalu disebut pacarnya pak Kuncoro.
Pada
hari Sabtu, saya dan teman saya selalu dating pagi dan mengajak para lansia
untuk senam. Ketika sedang senam, banyak dari para lansia yang tidak bias
mengikuti gerakan senam yang dicontohkan, walaupun begitu tapi itu menjadi
hiburan tersendiri bagi mereka. Setelah senam biasanya kami lanjutkan dengan
games, biasanya kami bermain games tangkap bola. Permainan ini berguna untuk
mengukur kesigapan atau kekuatan para lansia. Ada lansia yang tidak bisa
menangkap bola, ada juga yang bias menangkap bola dan melemparkannya dengan
sangat kuat. Ketika saya berinteraksi dengan mereka, saya jadi merindukan nenek
buyut saya yang sudah pulang ke rumah Allah.
Setelah
bermain games, kami membantu pengurus disana untuk menyiapkan snack atau
makanan kecil untuk para lansia. Para lansia sangat senang ketika snack datang.
Setelah beres makan snack, dilanjutkan dengan karaoke lagu lawas, walau saya
dan teman saya tidak begitu tahu tentang lagunya tapi kami semua tetap senang
melihat para lansia antusias menyanyikan lagu yang ada pada zaman mereka.
Di
hari-hari lainnya saya tidak bias datang pagi-pagi karena harus kuliah. Jadwal
saya dan teman saya ke pondok adalah pada hari Selasa, Jumat dan Sabtu. Jadi
hanya pada hari Sabtu saja saya dapat dating pagi-pagi. Kegiatan lainnya yaitu
membongkar pasang puzzle, saya selalu dimarahi oleh salah satu oma disana
ketika saya salah memasang puzzle.
Hal
yang paling saya sukai dari semua kegiatan yang saya lakukan adalah ketika
mendengarkan riwayat hidup para lansia ataupun mendengarkan curahan hati mereka
yang ingin pulang kerumah dan berkumpul dengan anak dan cucunya. Ketika saya
mendengarkan riwayat hidup mereka, saya sangat kagum karena dulunya mereka
adalah orang-orang hebat. Misalnya pak Kuncoro adalah pensiunan dari dinas
kesehatan, pak Erik adalah pensiunan dari perpajakan, pak Ating adalah
pensiunan dari kimia farma dan masih banyak lagi. Saya selalu diberi nasehat
agar saya kuliah yang rajin agar dapat menjadi orang besar nantinya.
Selama
saya disana, saya banyak berbagi cerita dengan para lansia, banyak sekali yang
saya dapatkan dari cerita-cerita mereka. Seperti semangat hidup, tetap kuat
ketika jatuh, selalu ingat pada Allah SWT apapun yang terjadi. Saya selalu
didoakan oleh seorang Oma disana, dia selalu bilang kepada saya bahwa beliau mendoakan
saya supaya sukses, lulus tepat waktu dan cepat mendapat jodoh sambil mengelus
pundak saya. Disana saya merasa sangat terharu dan hampir meneteskan airmata
karena saya memang sebenarnya merindukan sosok seorang nenek.
Di pondok ini, saya sangat dekat
dengan salah satu oma yaitu yang bernama Wa Ae, beliau orangnya sangat baik dan
ramah. Beliau tidak pernah marah walau saya selalu menggodanya. Walau beliau
terkena Alzheimer tapi beliau tidak pernah lupa dengan shalat. Kebiasaan ketika
muda benar-benar sangat tercermin ketika tua. Jika ketika muda pas terdengar
suara adzan langsung pergi shalat maka ketika sudah tua walaupun mengidap
penyakit Alzheimer yang bisa disebut penyakit diatas pikun tapi tetap ingat
dengan shalat. Saya selalu mengikuti beliau ketika beliau hendak berwudhu
karena beliau suka salah jalan kalau mau ke kamar mandi.
Kami
juga pernah mengadakan makan bersama walaupun dengan lauk seadanya tapi rasa
kebersamaannya sangat erat. Tak terasa 40jam telah saya dan teman saya lewati
jadi pada hari Sabtu 20 Desember 2014, kami mengadakan perpisahan. Kami
memberikan saputangan yang sudah diberi nama masing-masing lansia dan sedikit
kenang-kenangan kepada pengurus.
Ketika
saya dan teman saya memberikan saputangan itu para lansia menyambutnya dengan
antusias dan ketika mereka mengatakan “terimakasih” saya merasa terharu,
apalagi ketika yang mengatakan seperti itu lansia yang menderita struk,
walaupun sangat sulit untuk berbicara tapi beliau tetap berusaha untuk
mengatakan terimakasih.
Selama volunteer di Yayasan Pondok Lansia Tulus
Kasih, saya dan rekan saya merasa sangat senang dan bangga pernah mengenal
orang-orang hebat seperti oma opa disana. Walaupun mereka sudah tua, tapi
keinginan mereka untuk sembuh sangatlah besar. Bahkan sampai sekarang saya
masih ingin selalu berkunjung ke pondok itu karena selalu ada yang saya
rindukan di pondok tersebut.
2.3
HASIL WAWANCARA
Nama : Yulia
Umur : ±71 tahun
Tempat/tgl lahir : -
Asal : -
Tgl Masuk : 15 Juli 2013
Nama beliau Bu Yulia, nama itu merupakan nama
berdasarkan data dari Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Tempat tanggal lahir
dan asal beliau tidak diketahui karena beliau merupakan korban tabrak lari.
Sungguh malang nasib oma yang satu ini. Karena ketika beliau ditabrak,
penabraknya malah kabur dan sama sekali tidak bertanggung jawab. Keluarganya
pun tidak diketahui ada dimana, keluarganya pasti sedih dan mencari-cari
beliau. Tapi setidaknya beliau sekarang ada ditempat yang aman dan diurus semua
keperluannya. Beliau masuk ke Pondok Lansia Tulus Kasih pada tanggal 15 Juli
2013 hasil rujukan dari dinas sosial. Nama panggilan beliau di panti adalah “wa
yuyu”. Katanya beliau sendiri yang ingin dipanggil begitu, dibanding nama
aslinya. Ketua pondok pun tidak tahu apa alasannya tapi apapun yang diminta dan
diinginkan para lansia pasti dituruti asalkan tidak berakibat buruk terhadap
para lansia itu sendiri. Beliau ini tidak bisa diajak komunikasi mungkin karena
kepalanya pernah dioperasi karena kecelakaan tersebut, jika ditanya jawabannya
pasti tidak nyambung. Saya bertanya A tapi beliau menjawab B. Disanalah saya
belajar sabar karena saya juga jadi teringat ketika saya kecil, jawaban saya
juga ngelantur ketika ditanya oleh orang-orang disekitar saya. Jadi, ketika
seseorang menjadi tua otomatis tingkah laku dan kebiasaannya kembali ke masa
ketika ia menjadi anak kecil. Menurut keterangan dari Bu Gina (Ketua Pondok
Lansia Tulus Kasih), wa yuyu ini dirawat selama 3 bulan di RSHS dan menjalani
operasi di bagian kepala, tangan, dan kakinya. Sepertinya kecelakaan itu sangat
dahsyat, karena bagian tubuh yang dioperasinya juga banyak.
Awal beliau masuk ke pondok, beliau tidak
bisa apa-apa. Bahkan tidak bisa berbicara, tidak bisa berjalan, pokoknya beliau
hanya diam dan bernafas saja. Setelah satu tahun berada di pondok beliau dapat
berbicara walaupun pembicaraannya tidak nyambung. Walaupun begitu, tapi beliau
masih hapal dengan surat-surat pendek. Wa Yuyu ini orangnya sangat ramah dan
tidak gampang marah jika dibercandai.
Ketika makan, wa yuyu ini termasuk orang yang
paling lahap makannya. Apapun makanannya pasti beliau habiskan, tidak ada
makanan yang tidak disukai beliau. Ada ciri khas yang saya perhatikan dari
beliau selama saya berada di pondok lansia yaitu, dari cara duduk beliau yang
selalu bongkok dan tangan kanannya diletakkan di dagunya. Posisi duduknya
selalu seperti itu, bahkan ketika sudah diingatkan untuk duduk tegak pun beliau
tetap duduk dengan gaya yang seperti itu. Saya senang bisa bertemu
dan kenal lebih dekat dengan beliau. Walaupun saya tidak bisa tahu lebih banyak
tentang beliau seperti, darimana asalnya, bagaimana riwayat pendidikannya, dll.
Tapi ada satu hal yang saya ambil pelajaran bagi diri saya sendiri dari beliau
yaitu “Semangat” semangat beliau untuk bangkit kembali ketika sudah mendapatkan
cobaan yang demikian berat. Terpisah dari keluarga dan menjadi korban tabrak
lari.
Nama : Atin
Suprihatin
Umur : 62 tahun
Tempat/tgl
lahir : Bandung, 13 Maret 1952
Asal : Bandung
Tanggal
Masuk : 30 Januari 2012
Nama beliau adalah Bu Atin Suprihatin, beliau
lahir di Bandung 13 Maret 1952. Beliau berumur 62 tahun, beliau adalah lansia
termuda dan tercantik disana. Beliau berasal dari Bandung, asli orang sunda.
Beliau masuk ke pondok pada tanggal 30 Januari 2012, beliau adalah ibu dari
pengawas Pondok Lansia Tulus Kasih. Pendidikan terakhir beliau adalah SMA.
Salah satu SMA di kota Bandung di jalan Belitung, beliau sudah lupa namanya.
Suami beliau sudah meninggal dunia ketika beliau berumur 25 tahun. Beliau
mempunyai 3 orang anak, 1 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Akibat
kepergian suami tercintanya, beliau pun mempunyai penyakit darah tinggi yang
membuat beliau susah berjalan, susah berbicara. Mungkin karena kepergian
suaminya dijadikan sebagai beban yang terus menerus beliau pikirkan,.
Ketika saya berkomunikasi dengan beliau, suara
beliau sangat kecil jadi saya mengalami kesulitan memahami apa yang beliau
bicarakan. Menurut ketua pondok, sebenarnya beliau dapat berbicara lebih keras
tapi beliau malas. Sepertinya
semangat hidup beliau sudah menurun. Walaupun beliau lansia termuda disana tapi
menurut saya semangat beliau paling kecil diantara yang lainnya.
Entah mengapa beliau sangat tidak mau
dipegang oleh wa yuyu, bahkan ketua pondok pun tidak mengerti mengapa beliau
tidak suka kepada wa yuyu. Padahal pada awalnya mereka sekamar, jadi sekarang kamar
mereka dipisah. Alasan lainnya yaitu karena beliau lebih suka menyendiri dan susah
sekali untuk berinteraksi dengan orang apalagi orang yang baru beliau kenal.
Sebenarnya ingatan beliau paling bagus diantara
semuanya tapi karena terhalang oleh kemalasan itu jadi kegiatan beliau
sehari-harinya hanya duduk di kursi dan menunggu di perintah tanpa ada
inisiatif sendiri.
Beliau sangat cantik, tapi beliau jarang sekali tersenyum. Bahkan ketika
ada hal lucu, beliau sama sekali tidak tersenyum. Terkadang saya takut
kepada beliau karena wajahnya yang judes. Tapi saya yakin hati beliau itu baik,
mungkin karena ditinggal suami yang sangat dicintainya beliau jadi seperti itu.
Pada suatu waktu, beliau pernah memberitahu saya
bahwa beliau masih memikirkan almarhum suaminya, beliau sangat merindukan
suaminya. Ada kesedihan yang mendalam di matanya, tatapannya selalu kosong
ketika saya melihatnya.
Beliau
ini lansia paling pendiam di pondok, karena beliau hanya berbicara ketika
ditanya saja. Beliau lebih suka menyendiri dibanding berada ditempat ramai.
Jadi ketika saya berinteraksi dengan
beliau saya benar-benar memfokuskan diri dan pikiran saya untuk menyimak apa
yang beliau bicarakan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari
uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya para lansia itu tidak
ingin berada di pondok lansia dan diurus oleh orang lain. Mereka lebih ingin
tinggal dirumah bersama anak dan cucunya kemudian menghabiskan hari tuanya
bersama orang-orang yang mereka cintai. Karena tak ada tempat seindah rumah.
Namun berbeda halnya
dengan lansia yang tidak diketahui saudaranya ada dimana, korban tabrak lari
atau pun yang lainnya. Keberadaan pondok lansia ini sangat bermanfaat karena
dapat memberikan tempat yang aman dan terjamin dibandingkan dengan tinggal
dijalanan.
Keberadaan pondok lansia
pun bagus untuk seseorang yang tidak bisa mengurus orang tuanya dikarenakan
orangtuanya sakit misalnya struk, diabetes dan lain sebagainya. Jadi
orangtuanya dapat dititipkan di pondok lansia dan akan dirawat sesuai dengan
penyakitnya dan makanannya pun akan disesuaikan dengan penyakit yang diderita.
Jadi kesimpulan menurut
saya selama volunteer ini adalah kita harus menyayangi orang tua yang telah
susah payah membesarkan dan membiayai hidup kita. Kita juga harus lebih sabar
dalam menghadapi orang tua yang sudah lanjut usia, karena pendengaran mereka
sudah tak lagi bagus, penglihatan mereka sudah kabur, dan ingatan mereka sudah memudar.
Pahamilah orang yang
sudah lanjut usia sama halnya kita dipahami ketika kita masih kecil.
3.2 SARAN
Semoga kita menjadi anak yang
berbakti kepada kedua orang tua dan jangan sekalipun berniat untuk menitipkan
orang tua kita ke panti jompo. Karena ketika kita masih kecil, seberapa
merepotkannya kita tapi orang tua kita tidak menitipkan kita ke panti asuhan.
Semoga kita lebih sadar tentang kasih sayang orang tua karena jika tidak ada
mereka tidak akan ada kita.
Semoga yang membaca postingan ini dapat lebih menyayangi orangtuanya :)
Semoga yang membaca postingan ini dapat lebih menyayangi orangtuanya :)
Comments