Pernahkah Anda
dilema dalam sebuah keadaan yang memberi Anda dua pilihan? Misalnya dalam
sebuah tes atau ujian, Anda sangat berambisi untuk mendapat hasil yang baik dan
sudah mempersiapkan diri dengan baik pula. Namun ternyata pada hari H ada soal
yang belum Anda pelajari, atau yang Anda ingat hanya sekilas saja. Didalam
situasi tersebut Anda bisa saja berbuat curang atau menjawab soal tersebut
dengan kemampuan Anda sendiri walaupun Anda tahu bahwa jawaban Anda tidak akan
diberi poin yang sempurna. Mana yang akan Anda pilih?
Saya yakin
bahwa semua orang pasti pernah mengalami hal tersebut, yang membedakan adalah
jalan atau cara yang mereka ambil untuk melalui hal tersebut. Saya yakin, semua
orang termasuk saya pernah berbuat kecurangan. Namun, yang membedakan adalah
frekuensi kecurangannya tersebut. Ada yang sering melakukan kecurangan, ada
yang hanya kadang-kadang, dan ada yang hanya sekali dua kali saja atau pun ada
yang sudah mendarah daging.
Semua orang
pasti sudah tahu bahwa berbuat curang adalah hal yang buruk dan dilarang dalam
agama manapun. Pertanyaannya adalah mengapa kita masih saja melakukannya
sementara kita sendiri tahu bahwa hal itu tidak boleh dilakukan? Hal ini sama
seperti minum minuman keras, jika kita sudah tahu itu berbahaya bagi kesehatan
mengapa tetap saja diminum? Silahkan jawab pertanyaan tersebut didalam hati
masing-masing.
Tahukah
Anda? Bahwa kecurangan sebenarnya hanya akan memberikan rasa puas yang semu.
Mengapa saya bilang begitu? Saya pernah membaca salah satu buku yang membahas
tentang hal ini. Ada seorang siswa SMA, ketika dia sedang mengerjakan soal
ujian ada soal yang tidak bisa dia kerjakan. Kemudian dia menyontek pada kertas
yang sudah ia siapkan untuk mengatasi hal-hal tersebut. Ketika hasil ujiannya
diumumkan, dia mendapat nilai yang paling tinggi dikelasnya. Namun dia berkata
kepada temannya seperti ini “nilaiku memang bagus, tapi aku tidak merasakan
adanya kepuasan dalam diriku sendiri”.
Setelah
membaca kisah diatas, apakah Anda setuju atau tidak setuju? Jika Anda tidak
setuju silahkan beri alasannya dikolom komentar J hehe..
Kembali pada
cerita diatas, mengapa anak itu tidak merasakan kepuasan dalam dirinya? Itu
karena secara tidak langsung anak itu sadar bahwa apa yang dia dapatkan bukan
hasil murni dari kemampuan dia.
Bila dilihat
dari jenis berpikirnya, orang yang sering kali berbuat curang cenderung
berpikir Menang/Kalah. Mengapa begitu? karena menang/kalah adalah sikap
terhadap kehidupan yang mengatakan bahwa kue sukses itu sudah tetap besarnya, dan
kalau kamu dapat potongan besar, sisanya tinggal sedikit untuk saya.
Orang yang
mempunyai pemikiran seperti ini sangatlah egois dan rakus, dan terkadang
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Sikap ini perlu dihindari
karena yang terpenting dalam hidup adalah kita bisa bahagia atas kerja keras
kita. Intinya dapat menikmati hasilnya.
Mengapa saya
mengatakan kecurangan adalah sahabat baik? Tentu karena dengan kecurangan kita
dapat mendapatkan hal yang kita inginkan dengan mudah, tanpa kerja keras. Namun
ingatlah jika Anda menjadikan kecurangan sebagai sahabat baik yang selalu
menemani Anda dimana pun Anda berada dan dalam kondisi apapun, suatu hari nanti
Anda akan hancur olehnya. Mengapa begitu?
Kecurangan
mengajarkan kita untuk egois. Misalnya dalam suatu kelas ada orang yang bekerja
keras dan jujur dan ada orang yang selalu berbuat curang. Ketika ujian
berlangsung, yang satu bekerja sesuai kemampuan dan yang satu mencontek. Dan pada
akhirnya yang mendapat nilai tertinggi adalah orang yang mencontek. Dalam cerita
singkat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kebiasaan berbuat curang menjadikan
kita tidak peduli dengan teman kita yang bekerja keras dan secara tidak
langsung mengambil haknya untuk mendapatkan nilai tertinggi di kelas tersebut. Ini
hanyalah satu contoh kecil yang saya harap dapat membuka hati setiap orang yang
membacanya J.
Kecurangan mengajarkan
untuk malas. Ketika Anda terbiasa berbuat curang maka Anda akan merasa malas
untuk belajar. Dalam hati Anda akan terbesit kata-kata seperti ini, “ah,
ngapain belajar? Kalau gak bisa tinggal nyontek aja”. Pasti akan seperti itu,
jika itu terus menerus Anda lakukan dan sudah medarah daging, maka bersiaplah
kegagalan dimasa depan akan menanti Anda. Bagaimana tidak? Karena dalam dunia
kerja, benar-benar akan dibutuhkan kemampuan kita yang sebenarnya. Kita tidak
akan bisa berbuat curang seperti halnya dalam ujian di sekolah.
Dunia kerja
lebih dari itu, orang yang mempunyai hard skills yang baik saja belum tentu
mendapatkan pekerjaan. Apalagi dengan orang yang tidak mempunyai hard skills
atau pun soft skills. Belajarlah untuk bersikap jujur dan bekerja keras, karena
berbuat curang tidak akan selalu menyelamatkanmu. Mungkin satu atau dua kali
bisa menyelamatkan, tapi sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya akan jatuh
juga.
Cobalah untuk
merubah cara berpikir Anda, yaitu dengan berpikir menang/menang. Berpikir menang/menang
adalah sikap terhadap kehidupan, suatu cara berpikir yang mengatakan bahwa saya
bisa menang, kamu pun bisa menang. Bukannya saya atau kamu, melainkan sama-sama
(The 7 Habits).
Cara berpikir
ini akan menjauhkan seseorang dari upaya berbuat kecurangan, karena didalam
cara berpikir ini tidak mengajarkan tentang keegoisan. Cara berpikir
menang/menang dapat digambarkan seperti sebuah buffet dimana segalanya boleh
kamu makan, saya takkan menginjak kamu, tetapi saya juga tidak mau jadi keset
kakimu.
Dalam buku
The 7 Habits, ada dua cara agar kita dapat berpikir menang/menang :
1.
Menangkan
kemenangan pribadimu dulu
2.
Hindari
tumor kembarnya yaitu, kecenderungan bersaing dan kecenderungan
membanding-bandingkan.
Jika kita
dapat melakukan dua cara diatas maka, kita dapat menerapkan cara berpikir
menang/menang. Namun yang sering menjadi kendala adalah adanya kecenderungan
bersaing dan kecenderungan membanding-bandingkan. Saya pribadi pun merasa
sangat sulit menghindari tumor kembar tersebut L
Disini saya
tidak melarang untuk berkompetisi, namun berkompetisilah dengan cara yang
sehat, dalam kompetisi apapun itu. Baik di sekolah, di perkuliahan, atau pun
ditempat kerja. Tanamkan nilai-nilai kejujuran dalam diri Anda masing-masing
karena kepercayaan seseorang itu sangat mahal harganya.
Jangan terlena
dengan kecurangan yang akan menyelamatkanmu sesaat, tetapi terlenalah dengan
kejujuran yang akan menyelamatkanmu selamanya.
Sumber : The 7 Habits (Sean Covey)
Comments