KEKUATAN PIKIRAN SEBAGAI MODAL
MENGHADAPI PERSAINGAN GLOBAL
Cici Santika
Jurusan Administrasi Niaga
Program Studi D-III Administrasi
Bisnis
cicisantika.abs14@polban.co.id
ABSTRAK
Penulisan ini berisi
tentang sejauh mana kekuatan pikiran dapat dijadikan sebagai modal untuk
menghadapi persaingan global. Selain kekuatan pikiran, disajikan pula sikap
yang harus diterapkan sebagai pelengkap kekuatan pikiran dalam menghadapi
persaingan global. Tujuan penulisan adalah agar orang-orang menyadari betapa
hebatnya kekuatan pikiran manusia dan mengetahui cara yang baik dalam bersaing
dengan menggunakan kekuatan pikiran tersebut. Karena dalam buku Quantum Learning dijelaskan bahwa
kekuatan pikiran manusia itu tidak terbatas dan mempunyai potensi yang sama
dengan Albert Einstein.
Kata
kunci : kekuatan pikiran, persaingan global, quantum learning
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman yang sangat
canggih seperti sekarang, orang-orang sangat mudah mendapatkan informasi sesuai
yang dibutuhkan. Kejadian yang terjadi di negara lain pun dapat diketahui di
Indonesia pada saat itu juga. Selain itu, mereka juga dapat berkomunikasi dengan
orang lain dalam jarak yang jauh tetapi dengan waktu yang cepat. Kemajuan zaman
benar-benar sangat membantu manusia, khususnya untuk orang-orang yang setiap
harinya membutuhkan informasi dan komunikasi yang cepat dan tepat dalam
pekerjaannya.
Namun, selain
mempermudah akses informasi dan komunikasi hal ini juga dapat mempermudah
adanya persaingan. Baik persaingan antar perusahaan atau pun antar pegawai.
Karena dengan ilmu pengetahuan yang sangat mudah didapat maka setiap orang akan
berlomba-lomba untuk menjadi nomer satu dimana pun ia berada. Maka sangat
diperlukan untuk terus membangun kualitas diri dan kekuatan pikiran agar kita
dapat bersaing di era globalisasi ini. Bahkan di buku Quantum Learning telah disebutkan bahwa sebenarnya otak kita
mempunyai potensi yang sama dengan otak Albert Einstein.
Covey (2001, hlm. 292)
mengemukakan bahwa kita harus selalu menjaga ketajaman diri agar bisa menangani
hidup dengan lebih baik. Artinya, secara berkala memperbaharui dan menguatkan
keempat dimensi kehidupan kuncimu yaitu tubuh, otak, hati, dan jiwa. Untuk
menjadi pribadi yang dapat bersaing dari zaman ke zaman, maka diperlukan
kebiasaan tersebut, karena ketika kita terus menjaga ketajaman diri dan
memperbaharui diri secara berkala maka kualitas diri dan kekuatan pikiran pun
akan meningkat. Dengan modal otak kekuatan pikiran yang tak terbatas, tentu
harus dibarengi dengan mengasah kemampuan yang ada jangan sampai kemampuan
tersebut menjadi tumpul.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas
dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah, antara lain :
1. Apa
yang dimaksud dengan kekuatan pikiran?
2. Bagaimana
cara mengukur kekuatan pikiran?
3. Mengapa
kekuatan pikiran manusia tidak terbatas?
4. Kapan
kekuatan pikiran mulai berkembang?
5. Mengapa
kekuatan pikiran sangat penting dalam menghadapi persaingan global?
6. Bagaimana
cara menghadapi persaingan global?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat
disimpulkan bahwa tujuan penulisan adalah :
1. Mengetahui
pengertian tentang kekuatan pikiran
2. Mengetahui
bagaimana cara mengukur kekuatan pikiran
3. Mengetahui
penjelasan tentang kekuatan pikiran manusia yang tidak terbatas
4. Mengetahui
kapan kekuatan pikiran mulai berkembang
5. Mengetahui
dan memahami pentingnya kekuatan pikiran dalam menghadapi persaingan di era
globalisasi.
6. Mengetahui
cara menghadapi persaingan global.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Kekuatan Pikiran
Kekuatan
pikiran adalah potensi terbesar yang terpendam dalam diri kita. Coba kita lihat
orang-orang yang mempunyai kemampuan khusus yang dapat menggunakan pikiran
mereka untuk mengetahui pikiran orang lain, menebak angka-angka tersembunyi,
memprediksi peristiwa yang akan terjadi. Orang-orang seperti itu adalah
orang-orang yang tahu bagaimana memanfaatkan kekuatan pikiran mereka.
Sebelum
melanjutkan marilah kita pelajari sejenak tentang otak yang merupakan modal
utama dalam kekuatan pikiran. Otak manusia adalah masa protoplasma yang paling
kompleks yang pernah dikenal dialam semesta ini. Otak Anda mempunyai tiga
bagian dasar yaitu batang atau “otak reptil”, sistem limbik atau “otak
mamalia”, dan neokorteks (Porter&Hernacki:1992)
Masing-masing
dari bagian otak tersebut mempunyai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.
Otak reptilia berfungsi sebagai motor sensorik yaitu untuk mengetahui
rangsangan yang berasal dari panca indra, kelangsungan hidup , dan “hadapi atau lari”
misalnya ketika dalam keadaan bahaya otak reptil ini memberikan komando kepada
anggota tubuh Anda yang lain untuk menghadapi atau lari dari situasi berbahaya
tersebut. Otak reptilia sama persis dengan bagian otak yang dimiliki reptil
seperti kadal atau buaya. Oleh karena itu, ia disebut otak reptil
(Porter&Hernacki:1992).
Otak
mamalia atau sistem limbik berada di sekeliling otak reptil, berada di bagian
tengah otak Anda. Otak mamalia berfungsi sebagai pusat perasaan atau emosi,
mengendalikan bioritme, dan sebagai tempat menyimpan memori. Neokorteks atau
otak berpikir berfungsi untuk berpikir intelektual, penalaran, perilaku waras,
bahasa, kecerdasan yang lebih tinggi. Otak ini merupakan tempat kecerdasan
manusia. Didalam otak ini bersemayam kecerdasan yang lebih tinggi dari intuisi
(Porter&Hernacki:1992) . Psikolog Dr. Howard Gardner telah mengidentifikasi
berbagai kecerdasan khas atau “cara-cara mengetahui” yang dapat dikembangkan
pada manusia yaitu :
1. Linguistik
Kecerdasan linguistik adalah kecerdasan
berbahasa atau kemampuan seseorang dalam mengemukakan pendapat atau pikirannya
melalui bahasa verbal maupun non verbal.
2. Matematika
Kecerdasan matematika adalah kemampuan
seseorang dalam hal angka.
3. Visual/Spasial
Kecerdasan visual/spasial adalah
kecerdasan meliputi kepekaan pada warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan
antar unsur tersebut.
4. Kinestetik/Perasa
Kecerdasan kinestetik/perasa adalah
kemampuan menggunakan seluruh tubuh untuk menyampaikan ide dan perasaan.
5. Musikal
Kecerdasan musikal adalah kemampuan
seseorang dalam memainkan alat musik atau hal yang berhubungan dengan musik.
6. Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah
kemampuan memahami dan membedakan suasana hati, kehendak, motivasi, dan
perasaan orang lain.
7. Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah
kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.
8. Intuisi
Kecerdasan intuisi adalah kemampuan
untuk mengetahui sesuatu tanpa melalui proses atau sebagai kapasitas batin yang
membuat kita mengetahui sesuatu ketika pikiran kita tidak mengetahuinya.
Kemampuan ini sangat kuat pada anak-anak antara usia empat dan tujuh tahun.
Semua
kecerdasan diatas merupakan cara-cara mengetahui kecerdasan seseorang yang
dikembangkan oleh ahlinya. Semua manusia mempunyai kompetensi dan kemampuan
yang sama dan tidak terbatas. Seperti yang telah disebutkan oleh Bobbi de
Porter bahwa otak kita semua mempunyai potensi yang sama dengan otak Albert
Einstein.
Selain
itu, otak pun dibagi menjadi dua bagian yaitu otak kanan dan otak kiri. Proses
berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear, dan dan rasional. Otak
kiri ini sangat teratur, walaupun berdasarkan realitas ia mampu melakukan
penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas
teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan
detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme (Porter&Hernacki:1992).
Cara
berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Cara
berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal,
seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan, kesadaran
spasial, pengenalan bentuk dan pola musik, seni, kepekaan warna, kreativitas
dan visualisasi (Porter&Hernacki:1992).
Kedua
belahan otak ini sangatlah penting, orang yang memanfaatkan kedua belahan otak
ini cenderung “seimbang” dalam setiap aspek kehidupan mereka. Belajar pun
menjadi sangat mudah dan menyenangkan karena kita mempunyai pilihan untuk
menggunakan bagian otak yang diperlukan dalam setiap pekerjaan yang sedang
dihadapi. Hal ini harus dimanfaatkan, karena sekarang kita hidup dalam
persaingan global. Memanfaatkan satu belahan otak saja tidak cukup untuk
menjadi pesaing yang berkualitas.
Namun
pada umumnya, kita lebih menggunakan otak kiri dibanding otak kanan. Untuk
menyeimbangkan kecenderungan tersebut perlu dimasukkan musik dan estetika dalam
pengalaman belajar kita, dan memberikan umpan balik positif bagi dari kita.
Semua itu menimbulkan emosi positif, yang membuat otak kita lebih efektif.
Tetapi pada kenyataannya banyak diantara kita yang berpikir bahwa otak kita
tidak “sebaik” otak orang lain yang mendapatkan nilai baik. Banyak diantara
kita memutuskan bahwa otak kita “cocok” dalam beberapa hal, tetapi tidak untuk
beberapa hal lainnya. Terlepas dari perbedaan tersebut, kita semua mempunyai
susunan saraf yang sama. Fisiologi otak kita sangat mirip dengan milik orang
lain, bahkan juga dengan pemikir-pemikir cemerlang seperti Einstein dan Da
Vinci (Porter&Hernacki:1992).
Ini
artinya bahwa kita mempunyai peluang yang sama dengan orang lain, bahkan dengan
tokoh-tokoh penemu dan bersejarah. Padahal mereka hidup di zaman yang
teknologinya belum canggih seperti sekarang. Tetapi mereka dapat menemukan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat dari zaman ke zaman.
2.2
Perkembangan Kecerdasan Manusia
Menurut
buku Quantum Learning semua
kecerdasan yang lebih tinggi, termasuk intuisi, ada dalam otak sejak lahir. Marilah
kita melihat masa-masa perkembangan kecerdasan ini. Kemampuan linguistik muncul
ketika manusia masih dalam rahim. Dalam tahun-tahun pertama kehidupan, fungsi
motor sensorik bekerja. Hal ini dicapai oleh anak melalui kontak langsung
dengan lingkungannya.
Pada
usia satu atau dua tahun, otak motor sensorik sudah cukup berkembang dan anak
tersebut melangkah ke tahap perkembangan berikutnya. Terjadi peningkatan yang
luar biasa ketika anak berusia dua tahun, yaitu perkembangan emosional. Pada
tahap ini, selain berkembang secara emosional, anak sedang bersiap untuk
perkembangan intelektual yang lebih tinggi melalui bermain
(Porter&Hernacki:1992).
Pada
usia empat tahun, struktur neuro motor sensorik dan kognitif emosional
berkembang 80%. Setelah itulah alam berpengaruh mengalirkan energi untuk
bergerak ke cara berpikir yang lebih tinggi. Inilah waktunya ketika kecerdasan
lain terbuka untuk perkembangan. Jika dirawat dengan benar, semuanya akan
berkembang (Porter&Hernacki:1992).
2.3
Modalitas dan Dominasi Otak
Dalam
masyarakat tentunya terjadi perbedaan-perbedaan dalam cara berpikir dan cara
termudah dalam menyerap atau pun mengolah suatu informasi walaupun susunan otak
kita sama. Modalitas adalah cara termudah kita menyerap informasi. Dominasi
otak adalah cara kita mengatur dan mengolah informasi
(Porter&Hernacki:1992). Sebelum kita terjun dalam persaingan, kita harus
tahu dan mengenali diri kita sendiri. Modalitas kita seperti apa dan dominasi
otak kita seperti apa.
Bagaimana
cara kita menemukan modalitas yang kita sukai? Caranya adalah dengan
mendengarkan petunjuk-petunjuk dalam pembicaraan kita. Cara lain adalah
memperhatikan perilaku kita ketika menghadiri seminar. Apakah kita lebih
menyerap informasi dari membaca makalah atau mendengarkan penyajinya? Orang-orang
auditorial lebih suka mendengarkan materinya dan kadang-kadang kehilangan
urutannya jika mereka mencoba mencatat materinya selama presentasi berlangsung.
Orang-orang
visual lebih suka membaca makalah dan memperhatikan ilustrasi yang ditempelkan
pembicara di papan tulis. Mereka juga membuat catatan-catatan yang sangat baik.
Orang-orang kinestetik lebih baik dalam aktivitas bergerak dan interaksi
kelompok (Porter&Hernacki:1992). Selain
harus mengetahui dan mengenal modalitas diri sendiri, kita juga harus bisa
mengenal modalitas orang lain. Agar kita dapat menyesuaikan dengan lawan bicara
kita ketika kita menghadiri suatu rapat atau bahkan ketika kita interview.
Selain itu juga untuk menciptakan suasana akrab ketika berbicara. Karena orang
yang berhasil adalah yang mempunyai rekening bank hubungan dimana-mana.
Ketika
berbicara di telepon, apalagi dengan orang penting ciptakanlah suasana akrab.
Berbicaralah dengan kecepatan yang sama dengan orang tersebut. Jika orang yang
berbicara dengan kita adalah orang visual maka ia akan cenderung berbicara
lebih cepat. Berdiri atau duduklah dengan tegak ketika kita berbicara dengan
mereka. Jika orang yang berbicara dengan kita adalah orang kinestetik, maka ia
cenderung untuk berbicara dengan lambat. Bersandarlah, angkat kaki kita, dan
berbicaralah dengan lambat.
Selain
dilihat dari seberapa cepat dan seberapa lambat lawan bicara kita berbicara,
isyarat verbal juga akan membantu kita menentukan modalitas seseorang. Orang
visual akan berkata “itu kelihatannya baik untukku!”, orang auditorial akan
berkata “itu kedengarannya baik untukku!” dan orang kinestetik akan berkata
“itu rasanya baik bagiku!” (Porter&Hernacki:1992).
Bagaimana
kita mengolah informasi? Untuk menentukan dominasi otak dan bagaimana kita
memproses informasi, Bobbi de Porter menggunakan model yang yang awalnya
dikembangkan oleh Anthony Gregorc, profesor di bidang kurikulum dan pengajaran
di Universitas Connecticut. Kajian investigasinya menyimpulkan adanya dua
kemungkinan dominasi otak :
·
persepsi konkret dan abstrak, dan
·
kemampuan pengaturan secara sekuensial
(linear) dan acak (nonlinear)
Menurut
Gregorc hal diatas dapat dipadukan menjadi empat kombinasi kelompok perilaku
yang disebut gaya berpikir. Gregorc menyebut gaya-gaya ini, sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak
konkret, acak abstrak. Orang yang termasuk dalam kategori “sekuensial”
cenderung memiliki dominasi otak kiri, sedangkan orang-orang yang berpikir
secara “acak” biasanya termasuk dalam dominasi otak kanan.
Aktivitas-aktivitas
yang berbeda memerlukan cara berpikir yang berbeda pula. Kita tidak mungkin
mengerjakan aktivitas yang sama selama hidup kita, untuk menghadapi persaingan
tentunya kita harus mempunyai pengalaman dari aktivitas yang bermacam-bermacam
bukan satu macam saja. Jadi keuntungan kita mengetahui dominasi otak kita
adalah kita menjadi tahu apa yang dapat kita lakukan untuk mengembangkan cara
berpikir yang lain dalam diri kita. Jika kita mampu mengendalikan cara kita
beraksi terhadap suatu situasi dan memecahkan masalah dengan memilih solusi
yang paling efektif bagi keadaan semacam itu, sejauh mana kita akan berhasil?
Banyak sekali yang akan kita capai bila kita dapat mengendalikan hal tersebut.
·
Pemikir Sekuensial Konkret
Pemikir
sekuensial konret berpegang pada
kenyataan dan proses informasi dengan cara yang teratur, linear, dan
sekuensial. Mereka memperhatikan dan mengingat realitas dengan mudah dan
mengingat fakta-fakta, informasi, rumus-rumus, dan aturan-aturan khusus dengan
mudah. Mereka menyukai pengarahan dan prosedur khusus. Dunia bisnis diatur
dengan cara ini, maka mereka menjadi orang-orang bisnis yang sangat baik
(Porter&Hernacki:1992). Kiat-kiat bagi pemikir SK :
ü Bangunlah
kekuatan organisasional Anda
ü Cari
tahu detail yang Anda perlukan
ü Bagilah
proyek Anda menjadi beberapa tahapan
ü Tatalah
lingkungan kerja yang tenang
Kiat-kiat
diatas sangat membantu untuk mengembangkan orang yang menggunakan cara berpikir
sekuensial konkret. Bagi orang yang berminat dalam dunia bisnis, gunakanlah
cara berpikir tersebut. Karena dapat membantu Anda dalam menghadapi persaingan
dalam dunia bisnis. Anda akan menjadi kompetitor yang disegani oleh orang lain
karena kemampuan Anda yang mampu menjalani prosedur khusus.
·
Pemikir Sekuensial Abstrak
Pemikir
sekuensial abstrak berpikir dalam
konsep dan menganalisis informasi
(Porter&Hernacki:1992). Kiat-kiat bagi pemikir SA :
ü Latihlah
logika Anda
ü Suburkan
kecerdasan Anda
ü Upayakan
keteraturan
ü Analisislah
orang-orang yang berhubungan dengan Anda
Kiat-kiat
diatas merupakan cara mengembangkan kemampuan berpikir sekuensial abstrak,
orang yang menggunakan gaya berpikir ini lebih cocok untuk seorang filosof dan
ilmuwan.
·
Pemikir Acak Konkret
Pemikir
acak konkret mempunyai sikap
eksprerimental yang diiringi perilaku yang kurang terstruktur. Mereka
berdasarkan pada kenyataan, tetapi ingin melakukan pendekatan coba-salah. Oleh
karena itu mereka sering melakukan lompatan intuitif yang diperlukan untuk
pemikiran kreatif yang sebenarnya. Mereka lebih terorientasi pada proses
(Porter&Hernacki:1992). Kiat-kiat bagi pemikir AK :
ü Gunakan
kemampuan divergen Anda
ü Siapkan
diri Anda untuk memecahkan masalah
ü Cermati
waktu Anda
ü Terimalah
kebutuhan Anda untuk berubah
ü Carilah
dukungan bagi diri Anda
·
Pemikir Acak Abstrak
Pemikir
acak abstrak mengatur informasi
melalui refleksi dan berkiprah di dalam lingkungan tidak teratur yang
berorientasi pada orang (Porter&Hernacki:1992). Kiat-kiat bagi pemikir AA :
ü Gunakan
kemampuan alamiah Anda untuk bekerja sama dengan orang lain.
ü Ketahuilah
betapa kuat emosi mempengaruhi konsentrasi Anda.
ü Bangunlah
kekuatan belajar Anda dengan berasosiasi
ü Lihatlah
gambaran besar
ü Waspadalah
terhadap waktu
ü Gunakan
isyarat-isyarat visual.
Alangkah
lebih baiknya bila kita dapat menyeimbangkan seluruh gaya berpikir tersebut,
karena tidak dalam semua situasi kita dapat menghadapinya dengan satu cara. Untuk
menghadapi persaingan dalam dunia kerja secara global dibutuhkan kemampuan
untuk fleksibel dalam gaya berpikir karena kita tidak pernah tahu apa yang akan
terjadi besok atau pun lusa dan kompetitor kita seperti apa.
Selain
itu, Reid (2001, hlm. 21) mengemukakan bahwa sebenarnya berpikir itu begitu
sederhana, kita semua melakukannya namun dengan cara yang berbeda. Kebanyakan
dari kita memiliki pola berpikir yang sangat condong pada satu pola tertentu.
Pola tertentu ini dapat membatasi diri kita untuk berpikir diluar dari
biasanya.
2.4
Pentingnya Kekuatan Pikiran dalam Persaingan Global
Seperti
yang telah dijelaskan diatas bahwa kekuatan pikiran manusia itu tidak terbatas,
semua orang mempunyai kesempatan yang sama karena mempunyai struktur otak yang
sama. Namun dalam hal ini ada hambatannya yaitu kecenderungan orang-orang yang
hanya berpikir pada satu pola dan enggan untuk berpindah dari satu pola ke pola
lain secara menyeluruh. Orang-orang menganggap bahwa dirinya hanya baik dalam
satu hal dan tidak cukup baik dalam hal lain. Hal inilah yang perlu diluruskan
bahwa pemikiran mereka dapat membuat perkembangan diri mereka terbatas. Dengan
kemajuan teknologi yang sangat canggih apalagi di tahun 2016 orang asing dari
negara lain akan bebas untuk bekerja di Indonesia, maka kita harus bersiap-siap
untuk menghadapi persaingan global tersebut.
Ketika
kita akan bersaing tentunya hampir sama dengan ketika kita hendak pergi
berperang. Kita akan belajar menembak lawan dengan tepat, belajar mengangkat
senjata, belajar taktik penyerangan, dan lain-lain. Ketika kita akan bersaing
pun sama, kita harus mempersiapkan apa yang menjadi modal kita nanti. Kekuatan
pikiran adalah salah satu modal yang wajib dimiliki oleh orang-orang yang akan
terjun dalam persaingan.
Klaus
(2007, hlm. 20) mengemukakan bahwa jika Anda ingin tetap kompetitif dan
terdepan dalam persaingan, asah terus kemampuan teknis Anda. Karena pada
dasarnya perusahaan masa kini membutuhkan orang yang multifungsi. Yang dapat
memecahkan segala bentuk masalah, dan menyesuaikan diri dimanapun ia berada.
Jadi kita jangan terus berada di zona nyaman dan melakukan sesuatu yang sama
secara berulang-ulang. Jangan menjadi orang yang hanya cari aman saja. Karena
mereka yang menolak resiko atau takut menanggung resiko akan membuat perbaikan
situasi yang kurang optimal.
Perlu
digaris bawahi bahwa kata resiko yang saya gunakan disini bukan berarti
melakukan perilaku yang berbahaya. Seperti yang diperlihatkan kisah Charlie
dalam buku Soft Skills yaitu,
menghindari risiko tidak selalu merupakan kebiasaan buruk yang harus
dihentikan, atau berteman dengan risiko secara otomatis merupakan kualitas yang
baik. Yang perlu dilakukan setiap orang, bagaimanapun, adalah semakin menyadari
tingkat toleransi risikonya sendiri sehingga ia lebih siap untuk perubahan. Jadi
kuncinya dalam setiap tindakan yang dilakukan itu kita harus memikirkan dan
menyadari tingkat toleransi yang akan kita dapatkan. Sebagai orang dewasa
pastinya kita sudah tau mana risiko yang kecil dan mana pula risiko yang akan
merusak kehidupan kita selanjutnya.
Lewis
(dalam Covey, 2001, hlm.220) mengatakan bahwa kebanggaan bukanlah mendapatkan
kesenangan karena memiliki sesuatu, melainkan karena memiliki lebih banyak
ketimbang orang lain. Jadi pergunakanlah kekuatan pikirin kita yang untuk
mencapai apa yang kita mau, apa yang kita inginkan. Bidiklah sasaran setepat
mungkin, jangan sampai meleset. Namun selain mengusahakan untuk memiliki lebih
banyak ketimbang yang lain, disisi lain kita harus menjalankan persaingan yang
sehat.
Persaingan
yang sehat tidak dicampuri oleh perbuatan-perbuatan yang melanggar aturan
ataupun norma. Dalam buku 7habits dijelaskan bahwa dalam berkompetisi kita
harus berpikir menang/menang. Apakah itu? Berpikir menang/menang adalah
keyakinan bahwa semua orang bisa menang (Covey:2001). Jadi cara berpikir ini
adalah saya tidak akan menginjak anda, tetapi saya juga tidak mau menjadi keset
kaki anda.
Kita
peduli terhadap orang lain dan ingin mereka sukses tetapi kita peduli terhadap
diri sendiri dan ingin diri kita sukses. Intinya yaitu kita dapat menang secara
bersama-sama. Dalam dunia persaingan global pun, kita harus bisa menerapkan
prinsip tersebut. Kita bisa menjadikan lawan menjadi teman, namun dalam hal ini
adalah teman bersaing. Tentu bersaingnya secara sehat dan baik.
Menurut
Sean Covey, cara berpikir menang/menang adalah menangkan kemenangan pribadimu
dulu dan hindari tumor kembarnya. Jadi sikap menang/menang tidak akan hadir
dalam diri seseorang bila ia masih belum memenangkan kemenangan pribadinya
terlebih dahulu. Orang yang belum memenangkan kemenangan pribadi masih merasa
terancam oleh orang lain, masih takut bahwa orang lain akan melebihi dia, tidak
bertanggung jawab kepada hidupnya sendiri dan tidak mempunyai kepercayaan diri.
Dalam
buku The 7 Habits of Highly Effective for
Teens disebutkan adanya tumor kembar atau dua kebiasaan yang akan merusakmu
secara perlahan dari dalam. Kebiasaan yang pertama adalah kecenderungan
bersaing. Dalam situasi dan kondisi apapun, manusia memang cenderung untuk
bersaing, sebab mereka diberi akal yang sangat luar biasa oleh Tuhan. Pemikiran
mereka sangat luas dan mampu menciptakan teknologi yang mutakhir. Persaingan
memang bisa sangat sehat, dan bermanfaat. Karena tanpa persaingan kita tidak
akan tahu sejauh mana kita mendoron kemampuan kita (Covey:2001). Namun dalam
film Star Wars, Luke Skywalker
menemukan suatu perisai energi positif yang disebut “daya”, yang memberikan
hidup kepada segalanya. Belakangan Luke menghadapi Darth Vader yang jahat dan
menemukan “sisi gelap” dari daya itu.
Begitu
juga dengan persaingan, ada sisi cerahnya dan ada sisi gelapnya dan keduanya
sama kuat (Covey:2001). Persaingan itu sehat kalau kita bersaing terhadap diri
sendiri dan mengerahkan kemampuan kita, persaingan menjadi gelap kalau kita
mengkaitkan harga diri dengan kemenangan atau kita memposisikan diri diatas
orang lain (Covey:2001).
Dalam
buku The 7 Habits of Highly Effective for
Teens ada kutipan dari sebuah buku berjudul The Inner Game Of Tennis karya Tim Galwey yaitu, kalau persaingan digunakan sebagai cara
menciptakan citra diri dibandingkan dengan orang lain, yang terburuk dalam diri
seseorang akan muncul; maka rasa takut dan frustasi yang biasa menjadi sangat
berlebihan. Seolah-olah ada yang percaya bahwa hanya dengan menjadi yang
terbaiklah, hanya dengan menjadi pemenanglah, mereka baru bisa mendapatkan
kasih serta hormat yang mereka cari-cari. Anak-anak yang selalu diajarkan untuk
mengukur diri mereka begini sering kali menjadi orang dewasa yang terdorong
oleh dorongan meraih sukses yang membayangi segala hal lainnya.
Yang
kedua adalah kecenderungan membanding-bandingkan. Kecenderungan
membanding-bandingkan adalah hal yang sangat buruk, karena pada dasarnya
perkembangan manusia tidak selalu terjadi dalam saat yang bersamaan. Hal ini
hanyalah akan menimbulkan rasa ketidakpuasan dan ketidakpercayaan terhadap diri
sendiri. Membanding-bandingkan diri kita dengan diri orang lain bisa menjadi
kecanduan yang sama kuatnya seperti narkoba (Covey:2001).
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sebagai
manusia yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan dibekali dengan kekuatan
pikiran yang tak terbatas oleh Tuhan. Maka manusia mempunyai kecenderungan
untuk bersaing. Namun perlu digaris bawahi bahwa persaingan yang sehat bukan
saling sikut menyikut karena itu akan menyebabkan sikap menang/kalah dan
kalah/kalah. Yang baik adalah menciptakan sikap menang/menang.
Selain
mempunyai kekuatan pikiran yang tinggi, mempunyai keahlian yang multifungsi,
mempunyai kemampuan menyeimbangkan cara berpikir, manusia juga harus mempunyai
sikap yakin bahwa semua orang bisa menang. Dalam buku The 7 Habits of Highly Effective for Teens disebutkan bahwa dalam
persaingan ada sisi cerah dan sisi gelapnya.
Tergantung
kita memandang persaingan tersebut seperti apa, apakah sebagai dorongan untuk
mendorong kemampuan atau untuk mencari
pujian dan kehormatan. Gunakanlah kekuatan pikiran dan sikap menang/menang
dengan baik dalam persaingan global. Maka kita semua akan berhasil.
3.2
Saran
Semua orang diharapkan
dapat menyeimbangkan gaya berpikirnya dengan baik dan memahami konsep sikap
menang/menang
DAFTAR PUSTAKA
Covey,
Sean. (2001). The 7 Habits of Highly
Effective for Teens.Diterjemahkanoleh: Ers. Arvin Saputra.Tangerang
Selatan: BinarupaAksara Publisher.
DePorter,
Bobbi & Hernacki, Mike. (1992). Quantum
Learning.Diterjemahkanoleh:alwiyah
Abdurrahman. Bandung: Kaifa.
Klaus,
Peggy. (2007). Jangan Anggap Sepele Soft
Skills. Diterjemahkanoleh:
Immanuel A. Nanulaitta, Jakarta: Libri.
Reid,
S.P. (2002). Berpikir Strategis. Jakarta: PT BuanaIlmuPopuler
Comments