Pendobrak Pintu Tujuan Akhir (Cita-cita)



Terbiasa Belajar Nyaman dan Menyenangkan


Untuk mencapai sebuah tujuan akhir tentu banyak hal yang harus kita lakukan. Salah satunya adalah dengan belajar, belajar dan terus belajar. Dalam belajar, kita sering menemukan banyak kendala, diantaranya rasa malas, bosan, perhatian beralih ke gadget, ngantuk, dan jenuh. Semua itu perasaan yang wajar mengingat bahwa umur remaja adalah umur yang sedang pada masa dipenuhi hormon dan cenderung tidak konsisten dalam mengambil keputusan. Sering kali banyak diantara kita merasa lelah dengan belajar, merasa malas membaca buku, merasa bosan dengan rutinitas sekolah yang begitu-begitu saja. Belajar UTS & UAS.  Lelah dengan semua tugas yang diberikan guru atau pun dosen dan malas untuk mengerjakannya sehingga memutuskan untuk menyalin pekerjaan teman saja.
Saya yakin banyak pelajar yang pernah melakukan hal itu, termasuk saya sendiri. Namun jika kita lelah dengan belajar dan memutuskan untuk berhenti mencari ilmu, maka pada suatu hari kita akan merasakan pedihnya kebodohan dan otomatis tujuan akhir kita tidak akan tercapai, mungkin bisa saja dengan tidak sekolah kita dapat mencari uang namun uang yang dihasilkan akan sangat kecil karena pendidikan kita yang rendah dan keterampilan kita yang terbatas. Kita akan sangat tertinggal oleh orang lain, kita akan mudah ditipu oleh kemajuan zaman, kita akan sekedar hidup saja. Namun bila kita hanya sekedar hidup saja, kera di rimba juga hidup.
Maukah kamu disamakan dengan kera? Tentu saja tidak kan? Hal yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya yaitu manusia mempunyai pikiran dan akal sehat, pikiran tersebut harus dikembangkan salah satunya dengan belajar dan menuntut ilmu.
Jika kamu lelah dengan belajar, ada kemungkinan gaya belajar kamu salah. Karena pada dasarnya gaya belajar setiap orang tidak akan sama. Dalam buku Quantum Learning seorang pelopor di bidang gaya belajar yaitu Rita Dunn, telah menemukan banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar orang. Ini mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis dan lingkungan.
Sebagian orang misalnya, dapat belajar paling baik dengan cahaya terang, sedangkan yang lain dengan pencahayaan yang suram. Ada orang yang belajar paling baik secara berkelompok, sedang yang lain lagi memilih adanya figur otoriter seperti orang tua atau guru, yang lain lagi merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif bagi mereka.
Para peneliti telah menemukan gaya belajar orang pada umumnya yaitu : Visual, Auditorial, atau Kinestetik. Sangat diperlukan sekali untuk mengetahui gaya belajar dirimu sendiri agar kamu tidak menemukan rasa bosan dan jemu ketika belajar.
Ciri-ciri orang visual :
·         Rapi dan teratur
·         Berbicara dengan cepat
·         Perencana yang baik
·         Teliti terhadap detail
·         Mementingkan penampilan
·         Pembaca cepat
Ciri-ciri orang auditorial :
·         Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja
·         Mudah terganggu oleh keributan
·         Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
·         Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
Ciri-ciri orang kinestetik :
·         Berbicara dengan perlahan
·         Menanggapi perhatian fisik
·         Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
·         Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain
·         Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak

Setelah membaca ciri-ciri orang dengan berbagai gaya belajar, termasuk kepada yang manakah dirimu? Agar belajar menjadi lebih menyenangkan, jika kamu termasuk kepada orang yang visual. Perbanyaklah gambar-gambar menarik pada catatanmu, pajanglah foto ketika kamu memenangkan sesuatu. Hal itu dapat membangkitkan semangat belajar orang-orang visual.
Untuk orang auditorial, cobalah untuk mencari suasana tempat belajar yang sepi. Misalnya dalam kamar, atau tempat khusus yang telah kamu sediakan. Bisa juga dengan merekam suara gurumu ketika menerangkan, kemudian kamu dengarkan kembali dirumah.  Untuk orang yang kinestetik, cobalah belajar sambil berjalan atau membaca buku sambil berjalan bolak-balik. Karena pada dasarnya orang kinestetik ini tidak bisa diam maka kamu dapat menyesuaikan cara ketika kamu belajar.
Namun ketika di bangku sekolah, orang-orang visual, auditorial, dan kinestetik dituntut melakukan hal yang sama yaitu hanya duduk dan memperhatikan guru yang sedang menjelaskan. Nah, disini tidak ada toleransi untuk menerapkan cara belajar yang saya sarankan diatas. Bila gurunya menerangkan dengan cara kuno yaitu dengan menulis di papan tulis dan siswa harus duduk diam dan memperhatikan pembelajaran selama 2 jam pelajaran maka saya sarankan untuk semaksimal mungkin fokus pada hal yang dibahas. Bila tidak bisa, kamu dapat mengulang pembahasan tersebut dirumah dengan cara belajar yang saya anjurkan diatas. Bagaimanapun caranya, jangan pernah lelah untuk terus belajar dan belajar. Karena rasa lelah kita akan diganti menjadi rasa bahagia dikemudian hari.

  Teknik Mencatat

Selain gaya belajar, saya juga akan memberikan cara mencatat, menulis dengan percaya diri dan membaca yang dapat menunjang kamu dalam belajar. Agar proses belajar terasa lebih mudah dan menyenangkan untuk dijalani. Dalam pemikiran kita sering terbesit pemikiran “mengapa harus mencatat?” alasannya adalah dengan kita mencatat maka secara tidak langsung kita meningkatkan daya ingat. Seperti istilah ini “people forget, records remember”, karena banyak informasi yang diserap oleh otak kita maka kemungkinan kita lupa menjadi semakin besar. Jadi dengan adanya catatan dapat membantu kita dalam mengingat semua hal, apalagi hal-hal yang rumit untuk diingat seperti rumus matematika, istilah latin dalam biologi, dan tanggal-tanggal penting dalam sejarah.
Kekuatan pikiran manusia memang sangat luar biasa namun kebanyakan orang akan mengingat dengan sangat baik ketika menuliskannya. Tanpa mencatat dan mengulanginya, kebanyakan orang hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang mereka baca atau dengar kemarin. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah selama ini kita mencatat dengan metode yang efektif atau tidak. Karena pencatatan yang efektif dapat menghemat waktu dan membantu kita dalam menyimpan informasi secara mudah dan mengingatnya kembali jika diperlukan sewaktu-waktu.
Dalam buku Quantum Learning, saya belajar dua gaya mencatat yang sangat efektif. Karena ternyata kebiasaan kita menulis atau mencatat di bangku sekolah dasar itu merupakan cara mencatat kuno yang tidak praktis. Cara ini dapat mempersulit kita untuk mendapatkan gambaran dan melihat kaitan-kaitan antara gagasan. Alasan yang lainnya yaitu, dengan menggunakan catatan tradisional maka akan terlihat membosankan. Kamu akan tergoda melewatkan semuanya, bahkan membacanya pun dapat menyebabkan mengantuk.
Agar belajar terasa lebih menyenangkan, maka kita harus merubah cara mencatat kita terlebih dahulu. Cara mencatat tingkat tinggi yaitu dengan Peta Pikiran dan Catatan:TS. Saya mendapatkan ilmu baru ini dari buku Quantum Learning karangan Bobbi de Porter dan Mike Hernacki. Sebelum menjelaskan tentang dua cara diatas, disini saya akan memaparkan terlebih dahulu bagaimana bekerjanya otak kita saat mencatat.
Tujuan kita mencatat adalah mendapatkan poin-poin kunci dari buku-buku yang telah dibaca. Riset terakhir tentang bagaimana otak menyimpan dan mengingat informasi telah menghasilkan teknik-teknik mencatat yang baru (de Porter, 150).  Hingga saat ini, orang mengira bahwa otak mengolah informasi secara linear yaitu dalam format yang teratur dan rapi, seperti sebuah daftar. Padahal sebenarnya tidak karena saat kita berkomunikasi dengan kata-kata, otak kita pada saat yang sama harus mencari, memilah, memilih, merumuskan, merapikan, mengatur, menghubungkan, dan menjadikan campuran antara gagasan-gagasan dengan kata-kata yang sudah mempunyai arti itu dapat dipahami. Pada saat yang sama, kata-kata ini dirangkai dengan gambar, simbol, citra (kesan), bunyi, dan perasaan. Jadi, yang kita miliki ini adalah sekumpulan kata-kata yang tidak teratur dan bercampur aduk tak terangkai didalam otak tetapi keluar dengan teratur karena dihubungkan oleh logika dan diatur oleh tata bahasa sehingga dapat dipahami.
Karena riset itulah, terlahir cara mencatat yang sangat cocok dengan cara bagaimana otak bekerja, yaitu peta pikiran dan catatan:ts. Teknik pencatatan peta pikiran ini dikembangkan pada 1970-an oleh Tony Buzan yang didasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak yang sebenarnya.  Otak manusia sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk, dan perasaan. Maka mencatat dengan metode peta pikiran ini sangat cocok bagi manusia. Selain menghemat kertas, peta pikiran pun dapat terlihat lebih menarik karena pada peta pikiran kita bisa bebas memberi gambar, simbol, warna, dan hiasan-hiasan lainnya. Peta pikiran ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan dengan mudah.
Mengapa mudah? Saya beri kamu contoh kecil manfaat menggunakan peta pikiran ini. Misalnya kita membuat peta pikiran tentang rumus-rumus fisika yang notabennya sulit diingat. Kemudian kita menggambarkan rumus-rumus tersebut menggunakan simbol pohon atau simbol lainnya. Ketika ujian, kita akan mudah mengingat rumus tersebut, karena terbantu oleh simbol pohon tersebut. Hal itu adalah contoh kecil dari manfaat menggunakan peta pikiran. Menggunakan peta pikiran pun akan lebih menyenangkan karena kita tidak mandeg dalam belajar dan tidak akan bosan dalam belajar karena peta pikiran juga menguji kreativitas kita.
Apakah kamu ingin mulai mencobanya? Jika kamu ingin mulai mencoba membuat peta pikiran, maka akan saya jelaskan bagaimana cara membuatnya.  Untuk membuat peta pikiran, pakailah pulpen berwarna dan mulailah dari bagian tengah kertas. Untuk mempermudah membuat peta pikiran maka buatlah dalam bentuk horizontal atau melebar agar lebih banyak tempat. Setelah semua itu siap, maka ikutilah langkah-langkah berikut ini yang saya ambil dari buku Quantum Learning :
1.      Tulis gagasan utamanya ditengah-tengah kertas dan lingkupilah dengan lingkaran, persegi, atau bentuk lain. Misalnya dilingkupi dengan bentuk bohlam, buah-buahan, dll.
2.      Tambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utama. Jumlah cabang-cabangnya akan bervariasi, tergantung dari jumlah gagasan atau segmen. Gunakan warna yang berbeda untuk tiap-tiap cabang.
3.      Tuliskan kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan untuk detail. Kata-kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memicu ingatanmu.
4.      Tambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik.
Inilah cara yang dapat kamu lakukan agar peta pikiran buatanmu bisa lebih mudah diingat, saya mengambilnya dari buku Quantum Learning juga :
ü  Tulis atau ketiklah secara rapi dengan menggunakan huruf-huruf kapital.
ü  Tulislah gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yanf lebih besar sehingga mereka langsung menonjol begitu kamu kembali ke catatanmu.
ü  Gambarkan peta pikiranmu dengan hal-hal yang berhubungan denganmu. Simbol jam mungkin berarti bahwa benda ini memiliki tenggat waktu yang penting.
ü  Garisbawahi kata-kata itu. Gunakan huruf tebal.
ü  Bersikaplah kreatif dan berani dalam desainmu karena otak kita lebih mudah mengingat hal yang tidak biasa.
ü  Gunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan hal-hal atau gagasan-gagasan tertentu.
ü  Ciptakanlah peta pikiran secara horizontal untuk memperbesar ruang bagi pekerjaanmu.

Yang telah dijelaskan diatas merupakan kiat-kiat yang harus diterapkan dalam membuat peta pikiran yang bagus dan kreatif. Saya yakin semua orang mempunyai sisi kreatifnya tersendiri, jangan pernah merasa terhalangi oleh pikiran bahwa kamu tidak kreatif, kamu tidak bisa menggambar, kamu tidak bisa memainkan warna diatas kertas dengan bagus. TIDAK usah khawatir karena peta pikiranmu bukan untuk dilihat orang lain, peta pikiran buatanmu bukan untuk sumber belajar bagi orang lain. Tetapi untuk dirimu sendiri, jadi buatlah peta pikiranmu semampu dan sebisamu.
Selain peta pikiran, saya juga akan menjelaskan tentang cara mencatat lainnya yaitu yang bernama catatan:TS.  Catatan:TS adalah salah satu metode mencatat tingkat tinggi. Catatan:TS adalah kependekan dari “Catatan:Tulis dan Susun”.  Catatan:TS ini adalah tugas yang paling rutin diberikan oleh dosen saya. Sangat banyak manfaat yang dapat saya rasakan dalam membuat Catatan:TS ini.

(Gambar dari buku Quantum Learning, Bobbi de Porter & Mike Hernacki)
Ciri yang paling penting dari sistem ini adalah bahwa catatan ini memudahkan Anda untuk mencatat pemikiran dan kesimpulan pribadi Anda bersama-sama dengan bagian-bagian kunci pembicaraan atau materi bacaan. Gambar diatas merupakan tampilan Catatan:TS yang terdiri dari tanggal&tempat, topik diletakkan disisi kiri dan pemikiran, kesan, perasaan, reaksi, pertanyaan, kepedulian diletakkan disisi kanan. Teknik mencatat seperti ini benar-benar sangat efektif karena dalam waktu bersamaan kita dapat menulis topik dan langsung mengomentarinya.
(Gambar dari buku Quantum Learning, Bobbi de Porter & Mike Hernacki)

Catatan:TS adalah cara menerapkan pikiran sadar ataupun bahwa sadar Anda terhadap materi yang sama dengan cara sadar (Porter&Hernacki:160). Mengapa catatan tulis susun ini efektif? karena ketika pikiran sadar kita berpusat pada material dan proses menuangkannya diatas kertas, pikiran bawah sadar kita bereaksi, membentuk kesan, membuat hubungan-hubungan, dan melakukan keseluruhan pekerjaan kurang lebih secara otomatis. Catatan:TS mengkoordinasikan kedua aktivitas mental ini untuk mencapai hasil yang lebih efektif.
Maka dari itu, catatan:ts ini sangat saya anjurkan dalam cara mencatat Anda. Setelah tahu catatan:TS itu apa, sekarang saya akan menjelaskan bagaimana menggunakan catatan:TS tersebut. Cara ini saya ambil dari buku Quantum Learning, buku pertama yang diperkenalkan oleh dosen mata kuliah Character Building saya sekaligus sebagai tugas pertama saya.
Langkah pertama yaitu mulailah dengan secarik kertas(boleh yang bergaris boleh yang tidak)
Gambarlah garis secara vertikal, kira-kira sepertiga bagian dari tepi kanan. Sisi kiri kertas itu adalah untuk menuliskan catatan; sisi kanan (ruang yg lebih kecil) untuk menyusun catatan.
Disisi kiri tuliskan apa yang dikatakan pembicara (poin-poin penting, diagram, istilah, dan bagan-bagan). Disisi kanan catat pemikiran, perhatian, perasaan, reaksi, dan pertanyaan-pertanyaan Anda.
Pada saat penyusunan catatan tulislah apa saja yang muncul dalam pikiran Anda tanpa menyensornya. Saya sudah sering mendapat tugas membuat catatan:TS dari sebuah buku, biasanya penyusunan catatan saya seperti ini :
“Ini luar biasa… ini membosankan… apakah aku termasuk didalamnya?…. bagaimana bila aku tidak seperti itu?… ini benar-benar pengetahuan yang baru untukku!”
Kurang lebih seperti itu. Ini adalah contoh Catatan:TS yang pernah saya buat dari buku The 7 Habits karya Sean Covey.

Menulis pikiran Anda dengan cara ini akan membantu Anda memusatkan konsentrasi Anda dan mengalihkan pikiran Anda kembali pada apa yang sedang dikatakan pembicara. Contohnya yaitu Mark Reardon, direktur pelatihan SuperCamp memanfaatkan teknik Catatan:TS ketika ia mendengar ceramah Randolph Craft tentang mendiang Buckminster Fuller. Ketika menggunakan cara ini, Reardon mengingat “Ketika mendengarkan beliau berbicara, saya perhatikan bahwa pada mulanya ia tidak mengatakan apapun yang perlu saya catat atau ingat secara khusus. Beliau menggunakan waktu ini untuk membuat kami siap untuk hal-hal yang akan dibicarakannya nanti. Maka ketika beliau berbicara, saya menuliskan tentang pengamatan fisik saya terhadap beliau pada bagian penyusunan catatan-catatan dikertas saya…cara beliau melipat tangannya, air mukanya. Kini, pada saat saya mengulangi catatan saya tentang pidato itu, komentar-komentar ini membangkitkan emosi dan perasaan dalam diri saya dan saya dapat mendengar suaranya di dalam pikiran saya.” – Mark Reardon-
Pengalaman Reardon diatas sudah membuktikan bahwa Catatan:TS ini benar-benar membantu kita dalam mencatat sesuatu. Namun ketika menggunakan Catatan:TS ini, luangkanlah waktu Anda satu atau dua menit setelah mengikuti seminar atau pidato untuk membaca kembali catatan Anda. Berikan simbol-simbol dan gambar-gambar yang mempunyai arti bagi diri Anda. Karena simbol-simbol akan memicu gagasan-gagasan, mengingatkan akan komentar-komentar pembicara, dan membantu mengingat kembali tentang presentasi itu.
Dalam buku Quantum Learning telah dijelaskan bahwa teknik Catatan:TS ini sangat berhasil untuk melakukan pencatatan selama berlangsungnya pidato, pertemuan, atau seminar. Teknik ini juga berhasil baik untuk mencatat materi bacaan.
Namun, ada pepatah yang berkata bahwa “Alah bisa karena biasa”, di dalam teknik ini pun sama. Karena orang yang tidak terbiasa menggunakan metode Catatan:TS atau pun mind mapping, akan kesulitan ketika membuat catatan memakai metode tersebut.
Kuncinya adalah berlatih, berlatih, dan berlatih. Gunakanlah teknik ini sesering mungkin, karena menurut pengalaman saya pun saya merasakan hal yang sama. Ketika pertama kali saya ditugaskan untuk membuat Catatan:TS dari sebuah buku oleh dosen saya, saya merasa kebingungan dan hampir putus asa. Saya bingung apa yang harus saya tulis, dan apa yang harus saya komentari. Namun dosen saya selalu memberikan tugas Catatan:TS terus menerus dengan berbagai buku yang berbeda. Lama kelamaan saya menjadi terbiasa dan dapat membuat Catatan:TS lebih cepat dari biasanya.
Saya menjadi sadar, mengapa dosen saya selalu memberi tugas Catatan:TS. Ternyata untuk melatih saya menggunakan teknik mencatat tingkat tinggi. Karena kita tidak akan bisa langsung mahir dalam suatu hal, bila tidak ada latihan didalamnya. Selain itu, saya juga akan membahas tentang kiat-kiat tambahan untuk membuat Catatan:TS. Perhatikan baik-baik karena ini akan sangat berguna bagi kehidupan Anda.
§  Dengarkan secara aktif
Ketika Anda ada dalam sebuah seminar perhatikanlah petunjuk-petunjuk fisik yang berasal dari pembicara, selain itu perhatikan ketika ia mengulangi suatu gagasan atau kata, dan duduklah sedepan mungkin dalam ruangan itu. Hal itu akan benar-benar membantu Anda dalam mengambil petunjuk-petunjuk penting.
§  Amati dengan cermat
Anda harus bisa mengamati dengan cermat, jangan sampai tubuh Anda ada diruang seminar tapi pikiran Anda ada dirumah. Itu tidak akan berhasil
§  Berpartisipasi
Jika Anda tidak memahami sesuatu atau mempunyai pertanyaan. Maka tanyakanlah, agar hal yang Anda bingungkan menjadi jelas.
§  Tinjauan awal
Pelajarilah hal yang akan disampaikan oleh pemateri sebelumnya.
§  Membuat yang auditorial menjadi visual
Gunakanlah simbol-simbol atau gambar-gambar dalam catatan Anda
§  Jadikan mengulang itu mudah
Salinlah catatan-catatan kunci pada kartu berukuran kecil yang dapat Anda bawa kemana-mana. Ketika Anda sedang antri atau menunggu suatu janji, Anda dapat mengeluarkan kartu tersebut selama beberapa menit untuk menambah waktu belajar dan berpikir.
§  Bersikap teguh dalam mencoba
Dan yang terakhir, cobalah untuk meluangkan waktu dalam menggunakan metode ini.
Belajar dengan nyaman dan menyenangkan bukan hanya dengan teknik mencatat yang benar. Namun perlu juga teknik membaca dan menulis dengan benar pula. Karena hal itu merupakan hal-hal yang saling berkaitan satu sama lain dalam hal belajar.

·         Menulis dengan Kepercayaan Diri

            Tidak semua orang merasa pandai dalam menulis. Namun tahukah kamu? Bahwa dorongan untuk menulis itu sama besarnya dengan dorongan untuk berbicara. Karena didalam jiwa manusia terdapat suatu hal yang unik untuk mendapat kepuasan dengan cara menceritakan kisah-kisahnya. Dalam buku Quantum Learning dijelaskan bahwa percaya atau tidak, kita semua adalah penulis.
            Semua orang pasti mempunyai cara untuk mengekspresikan dirinya. Baik melalui tulisan atau pun lisan namun percaya atau tidak, kita semua adalah penulis walaupun ada yang mengasahnya dan ada yang menghiraukannya. Menulis adalah salah satu cara berkomunikasi tingkat tinggi, tingkat intelektual dan kemampuan berkomunikasi semua orang dapat dilihat dari hasil karya tulisnya.
Menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika) (Quantum Learning, 178). Oleh sebab itulah menulis merupakan cara berkomunikasi tingkat tinggi, karena menulis memerlukan kedua belahan otak kita masing-masing.
Namun mengapa sangat sedikit sekali yang menjadi seorang penulis? Karena hambatan yang biasa dihadapi oleh kebanyakan orang ketika hendak menulis adalah “bahan bakar”. Maksud dari bahan bakar disini adalah suatu ide dan outline. Sehingga kebanyakan orang bila belum mendapatkan ide maka dia belum mulai untuk menulis. Karena pada dasarnya untuk memulai sebuah tulisan, kita harus membangkitkan energi otak kanan kita terlebih dalu. Meskipun proses lengkapnya melibatkan kedua belahan otak dengan cara yang bervariasi.
Dalam buku Quantum Learning, Mark Twain berkata, “Jika kita mengajarkan anak-anak kita berbicara dengan cara kita mengajar mereka menulis, maka kebanyakan diantara kita akan b-b-berbicara s-s-seperti i-i-ini.” Pada zaman dahulu anak-anak masih diajarkan untuk menulis, namun anak-anak zaman sekarang beruntung karena diajarkan dengan metode yang melibatkan aktivitas otak kanan mereka. Selain membangkitkan energi otak kanan, kita juga harus mempelajari bagaimana cara untuk bercerita apa adanya seperti ketika kita masih kecil.
Dalam buku Quantum Learning kita disuruh membayangkan bahwa pikiran kita adalah tempat penyimpanan ide-ide panas, mendidih, dan yang meletup-letup untuk dapat bebas keluar. Nah, bendungan yang menahannya itu adalah hambatan penulis. Ketika kamu tidak mampu menggoreskan pena diatas kertas dan mulai menulis berarti bendungan tersebut begitu kuat dan benar-benar menghambatmu. Namun ingatlah bahwa tidak mengalirnya ide-ide bukan berarti tidak ada. Kenapa begitu? karena ada sesuatu yang menghalanginya untuk keluar.
Bayangkan saja sebuah sungai yang sangat deras, airnya jernih dan mempunyai kekuatan yang  besar untuk bisa sampai kelaut lepas. Namun jika ditengah-tengahnya dibangun bendungan (hambatan) maka air tersebut akan terhalang menuju laut dan tidak dapat mengalir lagi, agar air sungai tersebut dapat mengalir ke laut maka kita harus membuat celah atau retakan dalam bendungan tersebut.
Pada awalnya air yang keluar memang sedikit, namun lama kelamaan air yang keluar akan semakin banyak karena begitu besar tekanan dibalik rembesan itu sehingga keretakan itu menjadi semakin besar dan air tersebut akan menyembur keluar. Akhirnya bendungan tersebut runtuh dan air tersebut dapat mengalir seperti biasanya.
Metode dalam menulis ada dua cara yaitu pengelompokkan (clustering) dan menulis cepat, ini sangat bermanfaat karena dalam proses belajar mahasiswa akan sangat sering sekali diperintah untuk membuat makalah, laporan, tesis, atau bahkan tugas akhir. Maka kita harus dapat menguasai teknik ini dengan baik dan benar.

Pengelompokkan (Clustering)
            Teknik pengelompokkan ini dikembangkan oleh Gabriele Rico, yang dimaksud pengelompokkan disini adalah suatu cara memilah gagasan-gagasan dan menuangkannya ke atas kertas secepatnya, tanpa pertimbangan (Quantum Learning, 181). Jadi dalam teknik ini kamu bebas menuangkan apa saja yang ada di pikiranmu tanpa memikirkan bahwa apa yang kamu tulis itu benar atau salah.
            Pengelompokkan ini hampir mirip dengan mind map yang sudah dijelaskan di halaman sebelumnya, keduanya berdasarkan pada teori otak yang sama. Dalam buku Quantum Learning juga dipaparkan keuntungan kita menggunakan teknik ini yaitu :
·         Membuat kita mampu melihat dan membuat hubungan-hubungan antara gagasan;
·         Membantu dalam mengembangkan gagasan – gagasan yang telah ditemukan;
·         Membuat dapat menelusuri jalur yang dilalui otak kita untuk tiba pada suatu konsep tertentu.
Setelah mengetahui keuntungannya, sekarang saya akan memaparkan bagaimana cara menggunakan teknik tersebut. Disini saya ambil contoh dalam buku Quantum Learning, tulislah kata lingkaran ditengah-tengah selembar kertas kosong, tak bergaris, lalu lingkarilah. Kini, tuangkan semua asosiasi yang dapat kamu buat untuk kata lingkaran, kelompokkan mereka di sekitar kata yang ada di pusat. Lingkari tiap-tiap kata atau frase baru dan hubungkanlah dengan kata yang ada ditengah kertas.
Teknik ini sangat bermanfaat sekali, karena membuat kamu bekerja secara alamiah dengan gagasan-gagasan tanpa menyuntingnya sama sekali. Karena pada umumnya, seseorang yang tidak pernah menuangkan idenya dalam sebuah kertas biasanya mereka menganggap idenya tidak terlalu bagus atau tidak cukup baik untuk dituangkan dalam sebuah kertas.
Sama halnya dengan orang yang sedang mengikuti seminar dan berada dalam waktu untuk bertanya. Selama mengikuti acara seminar banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam pikirannya, namun ketika tiba waktunya untuk dia bertanya dia merasa tidak percaya diri dan merasa bahwa pertanyaan yang akan dia ajukan adalah sebuah pertanyaan bodoh. Jika seperti itu terus jadi kapan waktunya untuk mulai bertanya?
Jika kamu menganggap bahwa idemu itu tidak cukup baik, jadi kapan waktunya kamu untuk menulis? Dalam hal ini akan sangat banyak sekali penundaan dan akhirnya waktu akan terbuang percuma karena ulahmu sendiri. Ayo ulangi terus teknik ini, karena jika kamu sudah akrab dengan teknik ini kamu akan menemukan suatu keanehan dan keajaiban. Kamu akan tiba pada suatu titik dimana kamu menemukan sesuatu atau dalam buku Quantum Learning disebut “aha!”
“Aha!” disini tercapai ketika menulis ntiba-tiba menjadi suatu prioritas mendesak atas pengelompokkan ini.

·         Menulis Cepat (Fastwriting)

            “Apakah dalam menulis harus cepat?”, “bukankah seharusnya lambat saja agar kita tau apa yang akan kita tulis?”. Itu adalah pikiran saya sebelum saya membaca buku Quantum Learning. Sebelum saya memberi tahu alasannya saya mau bertanya dulu, pernahkah kamu menulis sebuah surat? Tetapi kamu berbuat kesalahan demi kesalahan sehingga kamu terus mencorat-coret kertas itu? Dan pada akhirnya kamu frustasi.
            Sebenarnya masalahnya adalah kita harus menulis sebelum kita tau apa yang sebenarnya ingin kita tulis. Kamu harus melompati “editor” otak kiri yang ingin mengevaluasi segalanya sebelum tertuang di atas kertas, dan membiarkan orak kanan yang kreatif memegang kendali untuk sementara waktu (Quantum Learning, 186).
            Cara untuk mengatasi masalah diatas adalah dengan menulis cepat. Dengan menulis cepat kita akan meminimalisir adanya lembaran kosong dan melihat kemajuan dengan segera. Cara menulis cepat yaitu (Quantum Learning, 187) :
1.      Pilihlah suatu topik
2.      Gunakan timer untuk jangka waktu tertentu
3.      Mulailah menulis secara kontinu walaupun apa yang kamu tulis adalah “Aku tak tahu apa yang harus kutulis!”
4.      Saat timer berjalan, hindari :
·         Pengumpulan gagasan
·         Pengaturan kalimat
·         Pemeriksaan tata bahasa
·         Pengulangan kembali
·         Mencoret atau menghapus sesuatu.
·         Teruskan hingga waktu habis dan itulah saatnya berhenti.
Langkah-langkah diatas adalah cara untuk menulis dengan cepat, jangan sampai melanggar salah satu poin tersebut. Kamu tidak perlu memikirkan bahwa tulisan tersebut akan acak-acakkan, amburadul, tidak teratur, tidak sempurna, dan berantakan karena hal tersebut tidak apa-apa.
Menulis cepat memberikan kesempatan untuk memilih menulis permata dan mengubahnya menjadi kalimat-kalimat emas (Quantum Learning, 190). Jadi untuk menciptakan kalimat yang begitu menarik maka dalam sebuah karangan harus menerapkan prinsip “Show Not Tell” yaitu menunjukkan bukan memberitahukan. Menunjukkan dengan memberitahukan itu sangat berbeda. Menunjukkan itu menggambarkan semuanya secara terperinci dan jelas sehingga pembaca dapat membayangkan hal yang kita tulis, kalau memberitahukan yaitu hanya memberi tahu sesuatu misalnya “jambu itu merah”, “pelangi itu indah”.
Selain itu saya juga akan berbagi tentang proses penulisan yang efektif untuk semua bentuk tulisan yang saya ambil dari buku Quantum Learning :
1.      Persiapan
Sebelum menulis sebuah tulisan, maka kita diwajibkan untuk mengelompokkan terlebih dahulu apa yang mau kita tulis dan tulislah dengan cepat.
2.      Draft-Kasar
Setelah tercipta suatu gagasan, gagasan tersebut dikembangkan menjadi bercabang-cabang atau dieksplorasi.
3.      Berbagi
Setelah kita membuat draft-kasar tersebut, maka biarkan rekan kita melihat dan membacanya agar dia memberikan umpan balik terhadap apa yang kita tulis.
4.      Memperbaiki
Setelah diberi umpan balik, kita harus memperbaiki apa yang keliru dalam tulisan tersebut.
5.      Penyuntingan
Memperbaiki kesalahan tanda baca dan tata bahasa
6.      Penulisan kembali
Setelah selesai diperbaiki, maka tulislah kembali apa yang kita tulis di kertas yang baru
7.      Evaluasi
Periksalah apakah tulisan tersebut sudah selesai atau belum.

Disini juga akan dijelaskan tentang kiat-kiat untuk memperlancar penulisan dan kiat-kiat supaya tidak mengalami hambatan dalam menulis yang saya ambil dari buku Quantum Learning agar kita dapat menulis sesuatu dengan penuh kepercayaan diri.

Kiat-kiat untuk memperlancar penulisan
§  Mulailah secepatnya
Jangan menunggu ide itu datang, tapi jemputlah ide tersebut. Jangan mengulur-ngulur waktu, mulailah secepatnya!
§  Putarlah musik
Bila kamu nyaman dengan musik, maka putarlah musik ketika kamu sedang menulis. Itu akan membantumu lebih rileks
§  Cari waktu yang tepat
Ketika menulis, kamu harus mencari waktu yang tepat. Karena momen yang tepat akan menghasilkan hal yang sempurna juga. Misalnya ketika kamu santai, maka isi waktu tersebut dengan latihan menulis
§  Berolahragalah
Olahraga pun sangat penting, karena dapat lebih menjernihkan pikiran kita.
§  Bacalah apa saja
Bacalah apapun yang ada didepanmu, karena dengan membaca kamu akan memperoleh banyak ilmu dan referensi sehingga ketika kamu menulis, kamu dapat mengembangkan pengetahuanmu juga.
§  Mengelompok-kelompokkan pekerjaan
Mengelompokkan hal akan lebih memudahkan kamu untuk menulis
§  Gunakan warna-warna
Agar tulisanmu lebih menarik maka gunakanlah warna-warna, jadi tulisanmu tidak akan terlihat membosankan dan kamu akan lebih semangat untuk menulis hal-hal lainnya.

Kiat-kiat supaya tidak mengalami hambatan menulis :
§  Hematlah kertas kesayanganmu
§  Tempatkanlah dirimu pada sisi yang lain
§  Menyingkirlah dari tulisanmu
§  Langgarlah aktivitas rutinmu
§  Gantilah alat-alat tulismu
§  Ubahlah lingkunganmu
§  Berbicaralah kepada anak-anak tentang proyek dirimu.

·         Kekuatan Membaca

            Apakah kamu termasuk orang yang malas untuk membaca? Apakah kamu orang yang baru saja buka buku sedikit langsung ngantuk? Semua orang pasti pernah mengalaminya atau bahkan hal tersebut menjadi suatu kebiasaan karena bagi banyak orang, membaca adalah suatu tugas yang berat. Di zaman ini, orang harus banyak tahu tentang buku-buku agar menghindarkan dari ketidaktahuan dan ketinggalan dari kemajuan zaman.
            Banyak orang yang berlangganan koran, majalah, dan lain-lain namun sangat sedikit sekali isi dari koran dan majalah tersebut dibaca keseluruhannya. Orang-orang hanya akan membaca yang menjadi perhatiannya saja. Padahal kemampuan membaca sangat dibutuhkan pada masa sekarang ini, khususnya bagi mahasiswa yang sehari-harinya harus meluangkan waktunya untuk membaca agar pengetahuannya bertambah.
            Menurut buku Quantum Learning, hal pertama yang harus dilakukan agar kita dapat mengembangkan keterampilan membaca adalah menghapus mitos membaca. Mitos-mitos ini pada umumnya dapat menghalangi kita untuk mendorong keterampilan membaca kita sendiri. Mitos-mitos ini antara lain :
·         Membaca itu sulit
·         Kamu tak boleh menggunakan jari ketika kamu membaca
·         Membaca harus dilakukan dengan mengeja kata per kata
·         Kamu harus membaca perlahan-lahan supaya dapat memahami isinya.
Hal-hal yang disebutkan diatas lah yang sering menjadi hambatan seseorang untuk membaca suatu buku. Jadi mitos-mitos tersebut harus dihancurkan. Bagaimana menghancurkan mitos tersebut? Singkirkanlah mereka sekarang juga!
Gantilah mitos-mitos tersebut dengan gagasan-gagasan baru seperti ini :
·         Membaca itu mudah
·         Tak ada salahnya membaca dengan menggunakan jari sebagai penunujuk
·         Kamu boleh membaca banyak kata secara sekaligus
·         Kamu boleh membaca dengan cepat dan tetap memahami nisi bacaanmu.\
Dalam buku Quantum Learning, dijelaskan beberapa kiat-kiat kita untuk membaca agar aktivitas membaca menjadi terasa ringan dan menyenangkan.
§  “Mempersiapkan diri”
§  Meminimalkan gangguan
§  Duduklah dengan sikap tegak
§  Luangkan waktu beberapa saat untuk menenangkan pikiran
§  Gunakan jari kamu atau benda lain sebagai petunjuk
§  Lihat sekilas bahan bacaan kamu sebelum mulai membaca.
Setelah membaca kiat-kiat diatas, kita dapat mulai mempraktekkannya. Asahlah terus kemampuan membacamu karena dengan membaca kita dapat menjelajahi cakrawala. Lagipula bila kita menerapkan cara diatas maka tugas membaca akan terasa ringan dan tidak membosankan bukan? Mulai dari sekarang, bacalah buku apapun yang kamu sukai dan tentunya yang bermanfaat juga bagi masa depanmu.
Mengetahui gaya belajar, cara mencatat, cara menulis dengan kepercayaan diri dan cara membaca yang baik dan benar masih belum cukup bagi kamu untuk bersaing didunia yang saling sikut dan kejam ini. Butuh usaha yang ekstra agar kamu dapat meraih tujuan akhir yang sudah kamu rancang dan impi-impikan. Tapi jangan khawatir, saya akan berbagi ilmu semampu yang saya tau dan yang saya bisa. Sekarang saya akan menjelaskan 7 kebiasaan yang paling efektif bagi remaja terlebih dahulu namun saya sebut kebiasaan tersebut dengan 7 kebiasaan emas.
Mengapa saya sebut begitu? karena ketujuh kebiasaan tersebut benar-benar dapat membimbing jalan kita menuju arah yang benar-benar yang kita inginkan dan tidak akan menerumuskan kita. Dengan catatan, kita mengaplikasikannya dengan benar. Sebenarnya merujuk pada tujuan akhir merupakan kebiasaan nomor 2 dalam 7 kebiasaan tersebut. Namun sengaja saya membahas lebih dalam karena menurut saya hal ini sangat penting dan sering dilupakan oleh remaja zaman sekarang yang kehidupannya sudah mengarah kepada hedonisme.
Gaya hidup yang mewah dan serba glamour dapat menghalangi tujuan hidup sebenarnya. Oleh karena itu kita harus senantiasa ingat, sebenarnya apa tujuan hidup kita? Kelak kita ingin seperti apa? Jika kita sudah mempunyai bayangan dan cita-cita maka akan timbul minat untuk mengejar dan membuat semuanya menjadi nyata. Jangan tenggelam dan larut dengan kemajuan zaman karena dikhawatirkan kamu akan hidup sebagai orang yang hanya “ijut-ikutan” Mari kita mulai menyelami 7 kebiasaan tersebut lebih dalam lagi.

Tujuh Kebiasaan Emas

Banyak hal yang saya dapat dari mata kuliah Character Building, salah satunya adalah saya dikenalkan dengan sebuah buku yang berjudul The 7 Habbits of Highly Effective Teens karya Sean Covey. Saya sangat beruntung bisa membaca buku tersebut. Karena didalamnya banyak sekali ilmu yang saya dapat, kejadian-kejadian dan cara pemecahan masalahnya pun sangat sesuai sekali dengan diri seorang remaja.
Didalam buku tersebut dijelaskan tentang tujuh kebiasaan efektif yang harus remaja lakukan. Salah satunya adalah merujuk kepada tujuan akhir. Namun menurut saya habits yang lainnya adalah hal-hal yang mendukung untuk meraih tujuan akhir. Itulah salah satu alasan saya membuat buku ini. Dari pada kamu bingung, sekarang saya akan menyebutkan ke-tujuh kebiasaan tersebut :
1.      Jadilah Proaktif
2.      Merujuk Pada Tujuan Akhir
3.      Dahulukan yang Utama
4.      Berpikir Menang/Menang
5.      Berusahalah untuk Memahami Terlebih Dahulu, Baru Dipahami
6.      Wujudkan Sinergi
7.      Asahlah Gergaji
Sekarang, bagaimana komentarmu setelah mengetahui ke-tujuh kebiasaan tersebut? Setujukah dirimu dengan pendapat saya diatas? Saya yakin kamu akan setuju setelah membaca penjelasan dibawah ini.

1.      Jadilah Proaktif

            “Akulah sumber pendorong diriku sendiri”, kata-kata tersebut terpampang jelas dalam buku The 7 Habbits of Highly Effective Teens dan harus terpampang jelas juga dalam kehidupan kita. Karena tidak ada yang lebih baik untuk mendorong diri sendiri selain diri kita sendiri. Manusia bisa bahagia bisa tidak adalah tergantung pilihannya sendiri, Abraham Lincoln.
            Dalam pernyataan presiden Amerika Serikat tersebut, sangat jelas bahwa kitalah atau kamulah penentu hidupmu sendiri. Kamu bisa membuat hidupmu menjadi sedih atau membuat hidupmu menjadi bahagia. Apakah kamu mau bersikap proaktif atau reaktif? Itu semua terserah kamu. Setiap harinya kita mempunyai ratusan peluang untuk bersikap reaktif atau proaktif.
            Bisa saja harimu sekarang baik-baik saja, namun kamu tidak akan pernah tahu bahwa besok akan banyak persoalan yang hinggap pada setiap aktivitasmu. Misalnya, ketika hendak pergi ke kampus, cuaca hujan lebat sehingga kamu datang terlambat kemudian kamu lupa membawa tugas yang ditugaskan kepadamu, lalu kamu dihukum oleh dosen. Setelah itu, kamu terjatuh dan kakimu keseleo. Jadi apakah yang akan kamu lakukan dengan semua yang menimpa kepadamu?
            Mau bersikap reaktif atau proaktif? Jika kamu bersikap reaktif maka kamu akan mengumpat, memaki-maki, dan marah pada semua hal yang menimpamu hari itu. Namun jika kamu bersikap proaktif, kamu memandang persoalan tersebut dari sisi yang berbeda. Kamu memandang bahwa hal tersebut adalah sebuah kecerobohanmu dan membuat kamu belajar bahwa kamu tidak akan mengulangi hal yang sama.
            Agar kamu dapat membedakan apakah kamu bersikap reaktif atau proaktif, biasanya tercermin dalam wujud perkataan. Misalnya untuk orang yang reaktif, biasanya mereka menggunakan kata-kata seperti ini :
·         Aku memang begini kok
·         Aku coba deh
·         Aku tidak bisa berbuat apa-apa
·         Aku terpaksa
·         Aku tidak bisa
·         Kamu merusak hariku
Kalau untuk bahasa proaktif, biasanya mereka menggunakan kata-kata seperti ini :
·         Akan ku kerjakan
·         Sebenarnya aku bisa lebih baik dari pada itu
·         Yuk kita pelajari kemungkinan-kemungkinannya
·         Aku memilihnya
·         Pasti ada jalan
·         Tak akan ku biarkan suasana hatimu yang jelek menular kepadaku
(Dari The 7 Habbits of Highly Effective Teens)
Sekarang kamu sudah dapat membedakan, kata-kata yang reaktif dengan yang proaktif. Jadi selama ini kamu termasuk yang mana? Jawablah dalam hatimu sendiri dan jika selama ini kamu termasuk orang yang reaktif maka berubahlah karena jika kamu terus-terusan menjadi orang yang reaktif, itu akan merugikan  dirimu sendiri pada suatu hari nanti.
Untuk menggapai semua tujuan akhirmu, kemampuan intelektual saja tidak cukup. Sikap-sikap kita sehari-hari pun dapat berdampak bagi masa depanmu nanti, maka dari itu perbaikilah diri terus menerus dari sekarang. Menjadi pribadi yang proaktif berarti kita harus bebas dari sebuah virus. Dalam buku The 7 Habbits of Highly Effective Teens, virus tersebut dinamakan virus jadi korban. Apa itu virus jadi korban? Adakah virus seperti itu? Darimana asal virus tersebut? Yuk kita bahas.
Virus jadi korban adalah virus yang membuat seseorang percaya bahwa semua orang dan dunia ini hutang kepada mereka. “Jangan bilang dunia hutang sama kamu. Dunia tidak hutang apa-apa sama kamu. Dunia sudah ada duluan kok sebelum kamu.” Mark Twain dalam The 7 Habbits of Highly Effective Teens. Apa yang dikatakan oleh Mark Twain sangat benar dan sangat masuk akal, dunia tidak pernah punya hutang kepada kamu atau kepada orang lain.
Jangan menganggap semua hal berhutang kepada kamu, karena dengan pandangan seperti itu otomatis kamu akan selalu minta dikasihani, kamu akan selalu merasa menjadi korban dan itu tidak baik.  Selain merasa menjadi korban, orang reaktif :
ü  Mudah tersinggung
ü  Cenderung menyalahkan orang lain
ü  Cepat marah dan mengucapkan kata-kata yang belakangan mereka sesali
ü  Cenderung merengek dan mengeluh
ü  Menunggu segalanya terjadi kepada mereka
ü  Berubah hanya kalau perlu
Sangat jelas sekali bahwa menjadi orang reaktif sangat rugi, bila kamu menjadi orang seperti ini maka dapat dipastikan bahwa masa depanmu berada diambang kehancuran. Karena dengan sifat dan karakter yang seperti ini, kamu tidak akan bisa bersaing dengan orang lain. Kamu tidak akan belajar dari sebuah kesalahan karena kamu sibuk marah-marah dengan semua yang terjadi kepadamu. Setelah membaca uraian diatas, masih maukah kamu bersikap reaktif?
Disini agar kamu dapat lebih mengerti, saya akan menjelaskan manfaat dari bersikap proaktif yaitu :
v  Tidak mudah tersinggung
v  Bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya sendiri
v  Berpikir sebelum bertindak
v  Cepat pulih kalau terjadi sesuatu yang buruk
v  Selalu mencari jalan untuk menjadikan segalanya terlaksana
v  Fokus pada hal-hal yang bisa mereka ubah, dan tidak menguatirkan hal-hal yang tidak bisa mereka ubah.
(Dari The 7 Habbits of Highly Effective Teens)
Dari uraian diatas, manfaatnya benar-benar akan sangat membantu dalam menghadapi berbagai hal yang sering kita alami. Karena hidup tak selamanya mulus dan seperti apa yang kita mau. Terkadang jalannya berliku dan mengharuskan kita menjalani hal yang sebenarnya bukan berasal dari kemauan dan hati kita. Jadi bersikap proaktif sangat dibutuhkan dalam diri seseorang guna sebagai sebuah senjata ampuh ketika kita dilanda ujian dalam hidup.

Tekan tombol “PAUSE”
Untuk menjadi seseorang yang proaktif, selain harus menghindari virus jadi korban, kita juga harus bisa menekan tombol pause dalam otak kita ketika kita mulai marah pada seseorang. Sebagai manusia, adakalanya kita marah kepada teman, sahabat, bahkan orang tua kita sendiri akibat kelakuan mereka yang kita anggap sebagai suatu hal yang mengganggu. Namun ketika kita marah, agar kemarahan kita tidak membabi buta maka tekanlah tombol pause.
Sementara hidupmu dalam keadaan pause, maka bukalah kotak peralatanmu dan gunakan untuk membantumu dalam mengambil keputusan. Inilah bedanya manusia dengan binatang, ketika manusia dihadapkan dengan situasi yang menekan dia dan menyebabkan dia harus menahan emosinya, manusia diberi alat untuk mengambil keputusan yang cocok agar tidak merugikan dirinya dan orang lain. Sementara hewan, jika ada yang menganggunya maka hewan tersebut akan langsung bereaksi tanpa memikirkan tindakan tersebut benar atau salah.
Jadi kita jangan seperti hewan yang asal bertindak tetapi tidak dipikirkan terlebih dahulu. Peralatan yang dimiliki manusia dalam pikirannya adalah kesadaran diri, hari nurani, daya imajinasi, dan kemauan. Gunakanlah seluruh peralatan ini ketika ada sesuatu hal yang menganggumu, menekanmu, membuat kamu marah dan lain sebagainya. Berpikirlah terlebih dahulu sebelum kamu bertindak agar kamu tidak menyesal di kemudian hari.

2.      Merujuk Pada Tujuan Akhir

            Menurut saya, merujuk pada tujuan akhir merupakan kebiasaan yang harus diutamakan dan didukung oleh kebiasaan-kebiasaan lain. Intinya begini, jika kita sudah mempunyai tujuan akhir maka kebiasaan yang lain dapat dijadikan sebagai alat atau faktor pendukung tujuan akhir tersebut. Oleh karena itu saya mengambil tema tujuan akhir dalam penulisan buku ini.
           Karena seisi buku ini membahas tentang tujuan akhir, maka disini saya tidak akan cerita banyak-banyak. Intinya dalam merujuk pada tujuan akhir adalah kamulah pengemudi hidupmu, jangan sampai hidupmu dikemudikan orang lain! Karena hidup dibawah telunjuk orang lain itu tidak enak dan akan banyak makan hati. Jadi kemudikanlah dan bawalah dirimu ke tempat yang sangat baik dimana kamu bisa bahagia dan bermanfaat disana.

3.      Dahulukan yang Utama

            Proses mendahulukan utama bukan hal yang mudah, karena dalam keadaan ini kita akan sangat sulit sekali untuk memilih sesuatu ketika keduanya benar-benar penting. Jadi kita harus tahu mana yang lebih penting dari yang penting. Agar memudahkan dalam pembagian waktu, maka dalam buku The 7 Habits of Highly Effective Teens dijelaskan sebuah kuadran waktu. 

  URGEN                        TIDAK URGEN
                                                              
I
ORANG YANG SUKA MENUNDA-NUNDA
II
ORANG YANG SUKA MENENTUKAN PRIORITAS

III
ORANG YANG “YES-MAN”

IV
ORANG PEMALAS

Dari kuadran-kuadran waktu diatas dapat disimpulkan bahwa kuadran I mengenai hal-hal yang urgen dan penting. Kuadran II mengenai hal-hal yang penting tetapi tidak urgen, kuadran III mengenai hal yang tidak penting tetapi urgen, orang ini cenderung mengerjakan hal yang tidak penting baginya tetapi mendesak. Selalu menuruti seluruh permintaan orang lain tanpa memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Yang terakhir yaitu kuadran IV mengenai hal yang tidak penting dan tidak urgen.
Sekarang kita tinggal memilih kita ingin ada di kuadran berapa? Coba ingat hal-hal yang telah kita lakukan di seminggu lalu atau bahkan sebulan yang lalu, jika ditempatkan di matriks manajemen waktu.. dimana kamu menghabiskan sebagian besar dari waktumu?  Namun banyak yang berkata bahwa ketika mengerjakan hal yang mendesak rasanya sangat lancar untuk menyelesaikannya dibanding dengan mengerjakan hal yang tidak mendesak.
Saya akan bercerita sedikit tentang pengalaman saya tentang hal yang mendesak, saya adalah seorang mahasiswa yang dalam setiap minggunya pasti dan selalu mempunyai tugas. Dan tugas yang sangat rutin saya dapatkan adalah tugas Character Building, saya tahu bahwa tugas itu penting bagi saya maka saya harus menyelesaikannya dari jauh-jauh hari agar tugas dari mata kuliah lain tidak menumpuk.
Namun pada kenyataannya, mengerjakan tugas yang deadlinenya masih sangat jauh itu rasanya sangat banyak godaannya. Saya menjadi lebih cepat mengantuk atau pun tergoda dengan tayangan televisi, alhasil saya menjadi terus menunda-nunda tugas tersebut. Ketika batas akhir pengumpulan semakin dekat, saya baru mengerjakan tugas tersebut, anehnya saya menjadi tidak mengantuk dan tidak tertarik untuk menonton tv atau apapun. Sebanyak apapun kegiatan saya pada siang hari tetapi rasanya itu tidak berdampak apapun. Hal ini karena hal-hal tersebut menekan saya, jadi pengerjaan tugas tersebut menguasai saya. Dan hal tersebut SESAT.
Sebagian besar mahasiswa pasti pernah mengalami hal tersebut. Seharusnya kita dapat menguasai tugas tersebut, bukan tugas tersebut yang menguasai kita! Justru ketika mengerjakan suatu hal yang mendesak, misalnya mengerjakan tugas memakai sistem kebut semalam. Tugas itu bisa saja selesai, tetapi kita menyelesaikan tugas tersebut karena tekanan. Ketika kita merasa tertekan, kita tidak akan mengeluarkan seluruh kemampuan yang kita bisa. Dan hasil dari tugas tersebut akan biasa-biasa saja.
Untuk mencapai tujuan akhir yang gemilang, selain bersikap proaktif kita juga harus membiasakan diri untuk me manage waktu kita sedemikian rupa, yang kira-kira tidak penting tidak usah dikerjakan dan pilihlah hal yang penting saja. Jika kamu kesulitan, kamu dapat membuat rencana mingguan. Jadi kamu merencanakan apa yang akan kamu lakukan seminggu kedepan. Rencana mingguan sangat cocok karena tidak terlalu lama dan tidak terlalu sebentar.
Dalam buku The 7 Habits of Highly Effective Teens dijelaskan bagaimana cara kita menyusun rencana mingguan kita.
1.      Identifikasi batu-batu besarmu.
Diakhir minggu, tenangkanlah dirimu dan identifikasilah apa yang kamu akan kerjakan di minggu berikutnya. Batu-batu besarmu sasaran-sasaran mini yang harus kamu capai di minggu berikutnya. Kamu dapat membuat listnya.
2.      Jadwalkan dulu waktu untuk batu-batu besarmu
Spesifikkan waktu untuk mengerjakan batu-batu besarmu.
3.      Jadwalkan hal-hal lainnya
Jadwalkan waktu untuk hal-hal kecil yang biasa kamu kerjakan
            Disini ada sebuah sajak dalam buku The 7 Habits of Highly Effective Teens, yang menggambarkan tentang betapa berharganya waktu yang kita miliki.

Untuk mengetahui nilai Satu Tahun,
Tanyakan seorang siswa yang gagal dalam ujian kenaikannya.
Untuk mengetahui nilai Satu Bulan,
Tanyakan seorang ibu yang melahirkan bayi prematur.
Untuk mengetahui nilai Satu Minggu,
Tanyakan seorang editor majalah mingguan.
Untuk mengetahui nilai Satu Hari,
Tanyakan seorang buruh harian yang punya enak anak untuk diberi makan.
Untuk mengetahui nilai Satu Jam,
Tanyakan kekasih yang sedang menantikan waktu bertemu.
Untuk mengetahui nilai Satu Menit,
Tanyakan seorang yang ketinggalan kereta.
Untuk mengetahui nilai Satu Detik,
Tanyakan seorang yang selamat dari kecelakaan.
Untuk mengetahui nilai Satu Milidetik
Tanyakan seorang yang memenangkan medali di Olimpiade.

4.      Berpikir Menang/Menang

            “Untuk apa sih kita hidup, kalau bukan untuk saling menjadikan hidup tidak terlalu sulit bagi satu sama lain?” George Eliot. Apa yang dapat kamu tangkap dari kata-kata tersebut? Kita hidup untuk bermanfaat dan untuk meringankan beban satu sama lain. Bukannya untuk saling menjatuhkan dan membiarkan rekan kita tersungkur sendirian.
            Berpikir menang/menang adalah sikap terhadap kehidupan, suatu cara berpikir yang mengatakan bahwa saya bisa menang, kamu pun bisa menang. Bukannya saya atau kamu, melainkan sama-sama (Covey, 209). Jadi berpikir menang/menang disini adalah kamu dan orang lain dapat merasakan indahnya kemenangan bersama-sama bukannya saling menjatuhkan atau dijatuhkan.
            Ketika membaca tulisan diatas pasti kamu berpikir bahwa “Yang benar saja, hidup itu kompetisi. Siapa cepat dia dapat, mana mungkin semua orang bisa menang”. Pikiran seperti itu persis dengan pikiran saya dulu sebelum membaca buku The 7 habits ini, didalam buku ini kemenangan dijelaskan dari sudut pandang yang lain. Sudut pandang yang membuat mata hati dan oikiran kita terbuka bahwa kita dapat menang secara bersama-sama.
            Dalam buku The 7 Habits of Highly Effective Teens dijelaskan bahwa kehidupan sebenarnya bukan soal berkompetisi atau mengungguli orang lain. Mungkin memang begitu dalam bisnis, olahraga dan sekolah, tetapi itukan lembaga-lembaga yang kita ciptakan. Yang pasti dalam hubungan tidak begitu. Jadi marilah kita telaah ide aneh yang disebut berpikir menang/menang ini. Agar kamu dapat lebih mengerti tentang prinsip berpikir menang/menang mari kita telaah cara berpikir menang/kalah, kalah/menang, dan kalah/kalah.
*      Menang/Kalah
Menang/kalah adalah sikap terhadap kehidupan yang mengatakan bahwa kue sukses itu sudah tetap besarnya, dan kalau kamu dapat potongan besar, sisanya tinggal sedikit untuk saya. Didalam buku The 7 Habits of Highly Effective Teens ada sebuah percakapan yang menggambarkan kondisi menang/kalah.
“Bu, malam ini ada pertandingan besar, dan saya mau pakai mobil ya”.
“Maaf, Marrie, tetapi Ibu perlu mengambil belanjaan malam ini, suruh saja temanmu menjemput”.
“Tetapi bu, selalu saja saya dijemput teman-teman. Kan malu”.
“Begini, sudah seminggu ini kan kamu terus mengeluh tak ada makanan. Jadi ibu harus  mengambil belanjaan kan”.
“Ah ibu tidak adil deh. Ibu tidak peduli sama saya”.
“Ya deh. Ya deh. Pakai mobilnya sana, tetapi jangan mengeluh lagi ya kalau besok tak ada makanan”.
Marrie memang menang dan ibunya kalah, namun apakah Marrie benar-benar menang? Mungkin iya untuk sekarang, namun bagaimana dengan perasaan ibunya? Dan bagaimana akibat dari perbuatannya itu? Dalam jangka panjang, benar-benar sangat percuma ketika kita berpikir menang/kalah.
Jadi sikap berpikir seperti itu membuat kita lebih bersifat kompetitif dan tidak peduli bahwa kita harus menyikut siapa, menginjak siapa, dan menjatuhkan siapa. Yang penting kita berada di posisi paling tinggi dan dapat mengungguli orang lain yang akan menimbulkan kebanggaan bagi diri kita sendiri. Jangan salahkan diri kamu sendiri bila kamu memiliki pola pikir seperti itu, karena dari kecil kita memang dididik untuk mempunyai pola pikir seperti itu.
Namun sekarang, pola pikir tersebut harus mulai ditiadakan, mungkin kamu bisa saja menjadi pemenang dan berada di tiang totem paling tinggi, namun kamu akan berada disana sendirian tanpa ada teman yang menemanimu. Dalam buku The 7 Habits of Highly Effective Teens dijelaskan beberapa ciri orang yang terjangkit pola pikir menang/kalah yaitu :
Ø  Menggunakan orang lain, baik secara emosional maupun secara fisik, demi tujuanmu sendiri yang egois.
Ø  Berusaha maju atas pengorbanan orang lain.
Ø  Menyebarkan kabar burung tentang orang lain (seolah-olah dengan menjelekkan orang lain, kamu jadi terangkat).
Ø  Selalu memaksakan kehendak tanpa memusingkan perasaan orang lain.
Ø  Menjadi cemburu dan iri kalau sesuatu yang baik terjadi pada seseorang yang dekat denganmu.
Ciri-ciri diatas adalah ciri-ciri orang yang sudah terjangkit cara berpikir menang/kalah. Bukankah berpikir menang/menang lebih indah?

*      Kalah/Menang
Apa perbedaan menang/kalah dengan kalah/menang? Cara berpikir menang/kalah adalah cara berpikir bagaimana dirimu bisa menang apapun resikonya, siapapun yang jatuhnya. Kalau cara berpikir kalah/menang adalah kebalikannya, cara berpikir ini hampir sama dengan keset kaki. Orang tersebut rela diinjak-injak oleh orang lain dan selalu menyalahkan dirinya sendiri ketika ada kesalahan. Kalah/menang secara tidak langsung mengatakan, “silahkan bersikap suka-suka terhadapku. Kesetkan saja kakimu atas diriku. Semua orang juga begitu.”
Cara  berpikir ini sangat berbahaya sama halnya dengan berpikir menang/kalah. Membiarkan diri diinjak itu mudah, bersikap ramah itu mudah, selalu mengalah itu mudah namun semua itu benar-benar akan berdampak pada masa depanmu dan kepada rancangan cita-citamu yang telah kamu siapkan.
Mungkin saja kamu tidak mau bolos sekolah, namun kelompokmu ingin kamu bolos sekolah dan akhirnya kamu mengalah pada mereka. Sehingga kamu kalah dan mereka menang. Inilah yang disebut kalah/menang. Namun cara berpikir ini dapat diterapkan kepada hal-hal kecil misalnya ketika kamu dan adikmu bertengkar memperebutkan sesuatu, atau ibumu tidak suka melihat caramu memegang sendok.
Hal tersebut wajar-wajar saja, ada kalanya juga kita harus mengalah. Namun ada batasannya, selama tindakan orang lain tidak melecehkanmu, tidak masalah kamu mengalah. Namun untuk hal besar, jangan biarkan dirimu menjadi keset kaki orang lain.

*      Kalah/Kalah
“Kalau aku harus jatuh, kamu juga harus jatuh bung!” (Covey, 215). Cara berpikir ini adalah jika dirinya jatuh maka ia akan mencari teman untuk jatuh juga. Karena orang yang kalah pasti senang untuk ditemani. Misalnya dalam sebuah hubungan, pada mulanya kedua pasangan berpikir menang/menang namun jika kamu tidak hati-hati maka hubunganmu dapat berubah masam dan menjadi kalah/kalah.
Kita harus berhati-hati untuk soal menjalin hubungan karena persoalan hubungan sangat sensitif dan dapat mempengaruhimu dalam berbagai aktivitas yang kamu lakukan. Berpikir kalah/kalah sangat harus dihindari karena kamu akan merasa tidak termotivasi, dan akan cenderung berpikiran “tidak masalah jika aku jatuh, toh dia akan jatuh bersamaku.”

Bagaimana cara berpikir menang/menang?
            Sekarang kamu sudah mengetahui perbedaan menang/kalah, kalah/menang, dan kalah/kalah. Sekarang saya akan membahas tentang bagaimana cara untuk berpikir menang/menang. Saya tidak akan memberi tahu sesuatu tanpa memberi tahu jalannya. Hal yang pertama adalah menangkan kemenangan pribadimu dulu.
            Memenangkan kemenangan pribadi merupakan suatu hal yang mudah namun sulit. Maksudnya jika kamu dapat melakukannya dengan benar maka akan terasa mudah dan jika kamu  tidak mau dan tidak bisa melakukannya maka akan terasa sulit. Semuanya dimulai dari kamu sendiri. Kalau kamu masih merasa terancam dengan kehadiran orang lain dan masih tidak tentram dan belum membayar harga untuk kemenangan pribadimu maka itu akan terasa sangat sulit.
            Orang-orang yang tidak tentram mudah cemburu (Covey, 219). Jadi bila kamu masih merasa orang lain akan menghalangi jalanmu dan keinginanmu atau kamu tidak ingin orang lain mengungguli prestasimu maka kamu belum bisa berpikir menang/menang.  Jadi ketentraman pribadi merupakan landasan untuk sikap Menang/Menang.
            Yang kedua adalah hindari tumor kembarnya. Apa itu tumor kembar? Seperti halnya tumor dalam arti yang sebenarnya bahwa penyakit tersebut sangat berbahaya bagi tubuh kita. Namun disini yang disebut tumor adalah sebuah kebiasaan yang bisa merusak kamu perlahan-lahan dari dalam. Mereka kembar dan namanya kecenderungan bersaing dan membanding-bandingkan. Jadi bila kamu masih mempunyai penyakit tersebut maka sampai kapan pun kamu tidak akan bisa berpikir menang/menang.

5.      Berusahalah Memahami Terlebih Dahulu Baru Dipahami

            “Sebelum aku bisa menyelami perasaan orang lain, terlebih dahulu aku harus mengenyampingkan perasaanku sendiri” (penulis tak dikenal). Sebelum kita mengerti perasaan orang lain, kita harus mengenyampingkan perasaan kita dan mulai memahaminya dalam sudut pandang orang tersebut. Karena pada dasarnya seorang manusia hanya ingin didengarkan dan dipahami.
            Kebiasaan ini dapat diterapkan ketika kita ingin mempunyai banyak koneksi dan meningkatkan intensitas pertemanan. Kita akan banyak disukai dan dipercaya oleh orang lain bila kita mempunyai kebiasaan seperti itu. Cara ini dapat meningkatkan rekening bank hubunganmu dengan cepat.
            Ada pepatah india mengatakan “dengarkanlah, kalau tidak, lidahmu akan membuatmu tuli.” Ya, ketika kita hanya berbicara tanpa mengetahui permasalahannya secara jelas maka perkataan-perkataan kita hanya akan membuat telinga kita tuli (tidak dapat menyerap apa yang sebenarnya terjadi). Kunci komunikasi serta mempunyai pengaruh terhadap orang lain adalah dengan cara berusaha untuk memahami terlebih dahulu baru dipahami.
            Pandanglah segalanya menurut kacamata lawan bicaramu sebelum kamu membagikan pandanganmu sendiri. Pandanganmu jangan sampai mendominasi percakapanmu.

6.      Wujudkan Sinergi

            Kebiasaan mewujudkan sinergi sangatlah penting karena kita tidak akan bisa bekerja sendirian, kita akan butuh teman untuk bekerja sama menyelesaikan suatu pekerjaan. “Sendirian, begitu sedikit yang bisa kita perbuat; bersama-sama, begitu banyak yang bisa kita perbuat” Hellen Keler. Jadi dengan bersama-sama akan terasa lebih ringan dan pekerjaan berat pun akan terasa lebih ringan dan cepat terselesaikan.
            Lalu apasih artinya “sinergi”? Intinya, sinergi tercapai kalau dua orang atau lebih bekerjasama untuk menciptakan solusi yang lebih baik ketimbang kalau sendirian. Bukannya jalanmu atau jalan saya, melainkan jalan yang lebih baik, jalan yang lebih tinggi (Covey, 261). Jadi sinergi itu adalah jalan kita bersama bukannya jalanmu atau jalanku.
            Dalam dunia kerja atau pun yang masih duduk dalam bangku perkuliahan atau sekolah. Keterampilan bersinergi ini sangat penting karena dapat membuat pekerjaan atau beban yang kita jalani lebih ringan karena dikerjakan bersama-sama.  Namun dalam arti sinergi disini kita bukan hanya bersinergi dengan orang yang satu visi sama kita tetapi dengan orang yang berbeda pula.
            Jangan anggap perbedaan merupakan halangan untuk bersinergi karena sinergi adalah sebuah kerjasama yang memanfaatkan perbedaan bukannya menolak perbedaan. Jadi ayo bersinergi, jangan hanya hidup seorang diri saja kawan.

7.      Asahlah Gergajimu

            Ketika kamu sudah menerapkan seluruh kebiasaan yang saya jelaskan diatas, kini adalah waktunya untuk dirimu sendiri karena dirimu juga perlu dirawat dengan baik agar dapat menjalankan semua aktivitas dengan baik pula. Karena sebagai mahasiswa yang sedang menuntut ilmu pasti ada kalanya kita merasa stress, jenuh, tidak seimbang, dan hampa. Bagaimana mengatasi semua hal tersebut?
            Jawabannya adalah dengan asahlah gergajimu. Mengapa disebut asahlah gergaji? Bayangkanlah bila kamu jalan-jalan ke hutan dan bertemu dengan seseorang yang mati-matian menggergaji sebuah pohon (The 7 Habits of Highly Effective Teens).
“Sedang ngapain?” kamu tanya.
“Menggergaji pohon”, jawabnya.
“Sudah berapa lama kamu menggergaji?”
“Empat jam, tetapi banyak kemajuannya kok”, katanya, dengan keringat menetes dari dagunya.
“Rasanya gergajinya sudah tumpul”, katamu. “Mengapa tidak istirahat dulu sambil mengasahnya?’
“Mana mungkin, tolol. Aku kan sedang sibuk menggergaji.”
(THE 7 HABITS OF HIGHLY EFFECTIVE TEENS)
Dari percakapan diatas, dapat dilihat bahwa andai saja orang yang menggergaji tersebut mau meluangkan waktunya untuk istirahat dan mengasah gergajinya sebentar saja maka pekerjaannya akan lebih cepat beres. Pernahkah kamu sibuk menyetir dan lupa tidak mengisi bensin? Apa yang terjadi pada mobil tersebut? Tentu pada akhirnya mobil tersebut tidak akan bisa berjalan mengantarkan kita ke tempat tujuan kita.
            Kebiasaan ini harus diterapkan dalam kehidupan kita, jangan sampai sasaran kita dalam mengejar tujuan akhir membuat kita lupa untuk istirahat dan mengasah kemampuan kita sendiri. Karena bisa dilihat dari contoh percakapan diatas, terus bekerja keras tanpa menghiraukan hal lain (istirahat dan mengasah diri) maka hal yang kita kerjakan akan terasa sangat melelahkan dan terasa lebih lama.
            Kebiasaan ini adalah tentang menjaga ketajaman dirimu agar bisa menangani hidup dengan lebih baik. Artinya, secara berkala memperbaharui dan menguatkan keempat dimensi kehidupan kuncimu yaitu tubuhmu, otakmu, hatimu dan jiwamu.

Menguasai Soft Skills

            Istilah soft skills sudah tak asing ditelinga orang-orang, namun tak banyak orang yang mengerti arti sesungguhnya tentang soft skills. Bila membicarakan tentang soft skills umumnya orang berpikir soft skills merupakan keterampilan hidup untuk menjadi pribadi yang hangat dan lembut (Klaus, 2). Hal tersebut memang benar, namun soft skills jauh lebih dari hal tersebut, soft skills memungkinkan kamu untuk lebih efektif menggunakan kemampuan teknis dan pengetahuan faktual tersebut.
Soft skills mencakup keterampilan pribadi, sosial, komunikasi dan perilaku manajemen diri (Klaus, 2). Soft skills adalah kunci untuk meraih kesuksesan termasuk didalamnya kepemimpinan, pengambilan keputusan, penyelesaian konflik, komunikasi, kreatifitas dan kemampuan presentasi (Kaipa, tth:5-6). Soft skills berguna untuk meraih kesuksesan karena didalamnya terdapat pemahaman tentang apa yang dibutuhkan untuk dilakukan dengan baik.
Dari beberapa pengertian diatas maka soft skills adalah kumpulan sifat kepribadian seseorang yang menjadi kunci keberhasilan seseorang dalam dunia apapun, khususnya dalam dunia kerja. Namun mengapa didalam dunia kerja yang sangat kompetitif dan saling sikut diperlukan soft skills? Mengapa sikap yang lembut harus ada dalam dunia yang begitu keras? Karena menurut Peggy Klaus dalam bukunya yang berjudul Soft Skills tidak ada yang lembut di dalam “Soft skills”.
Kita kadang berpikir bahwa seseorang berhasil karena pengaruh genetik dari kedua orang tuanya atau faktor keberuntungan, mungkin bisa saja tapi tidak dapat dipungkiri bahwa jauh didalam keberhasilan seseorang ada usaha yang tinggi, belajar dan latihan yang displin, berani mengambil resiko dan lain lain.
Keterampilan soft skills sangat menunjang sekali bagi masa depanmu nanti baik di tempat kuliah atau pun tempat kerja. Salah satu pendobrak tujuan akhir adalah seseorang yang mempunyai dan menguasai soft skills yang baik, jika seseorang sudah mempunyai soft skills yang baik maka otomatis orang itu juga akan mempunyai hard skills yang baik pula.
Pada hakikatnya soft skills adalah sekelompok sifat kepribadian yang dimiliki setiap orang agar secara efektif dapat bekerja di tempat kerja dan meningkatkan diri. Dilihat dari pengertiannya sudah sangat jelas soft skills dibutuhkan dalam dunia kerja. Bila soft skills ditinjau dari komponen soft skills, terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1.      Skills intrapersonal merupakan aspek aspek skiils yang menjelaskan tentang kemampuan untuk mengelola diri sendiri manakala yang bersangkutan berada pada situasi kerja.
2.      Skills interpersonal merupakan aspek skills yang menjelaskan kemampuan untuk mengelola lingkungan kerja sehingga dirinya mampu beradaptasi dengan situasi kerja.
Jadi soft skills pun terbagi menjadi dua bagian, dan bagian-bagian tersebut saling berhubungan satu sama lain. Kedua hal tersebut sangat dibutuhkan oleh para mahasiswa yang akan bekerja, khususnya skills interpersonal karena dibutuhkan kemampuan adaptasi yang tinggi bagi mahasiswa yang baru lulus kemudian bekerja di suatu perusahaan.
Kompetensi soft skill sangat sulit untuk didefinisikan karena kompetensi ini sangat subyektif. Hanya bisa diinterpretasikan melalui observasi perilaku manusia. Selain itu, menurut saya kompetensi soft skill juga dapat dilihat dari berapa patuh mereka terhadap Tuhannya. Jika para mahasiswa sudah sangat patuh terhadap perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka soft skill yang dimiliki orang tersebut juga bisa dikatakan baik karena dalam agama manapun tak ada yang mengajari umatnya kedalam hal-hal yang merugikan.
Contohnya dalam agama islam, dalam agama islam kita diajari tentang bagaimana bersilaturahmi dengan baik, adab berbicara, adab makan, adab datang kerumah orang lain, tanpa disadari itu merupakan bagian dari soft skills.  Sudah sangat jelas sekali bahwa soft skills sangat dibutuhkan oleh setiap manusia agar dapat menjalani kehidupannya sebaik mungkin dan dapat mengejar cita-citanya setinggi mungkin.

Comments