Terbiasa Belajar Nyaman dan Menyenangkan
Untuk mencapai sebuah tujuan akhir tentu banyak hal yang harus kita lakukan. Salah
satunya adalah dengan belajar, belajar dan terus belajar. Dalam belajar, kita
sering menemukan banyak kendala, diantaranya rasa malas, bosan, perhatian
beralih ke gadget, ngantuk, dan jenuh. Semua itu perasaan yang wajar mengingat
bahwa umur remaja adalah umur yang sedang pada masa dipenuhi hormon dan
cenderung tidak konsisten dalam mengambil keputusan. Sering kali banyak diantara
kita merasa lelah dengan belajar, merasa malas membaca buku, merasa bosan
dengan rutinitas sekolah yang begitu-begitu saja. Belajar UTS & UAS. Lelah dengan semua
tugas yang diberikan guru atau pun dosen dan malas untuk mengerjakannya
sehingga memutuskan untuk menyalin pekerjaan teman saja.
Saya
yakin banyak pelajar yang pernah melakukan hal itu, termasuk saya sendiri.
Namun jika kita lelah dengan belajar dan memutuskan untuk berhenti mencari
ilmu, maka pada suatu hari kita akan merasakan pedihnya kebodohan dan otomatis
tujuan akhir kita tidak akan tercapai, mungkin bisa saja dengan tidak sekolah
kita dapat mencari uang namun uang yang dihasilkan akan sangat kecil karena
pendidikan kita yang rendah dan keterampilan kita yang terbatas. Kita akan sangat
tertinggal oleh orang lain, kita akan mudah ditipu oleh kemajuan zaman, kita
akan sekedar hidup saja. Namun bila kita hanya sekedar hidup saja, kera di
rimba juga hidup.
Maukah
kamu disamakan dengan kera? Tentu saja tidak kan? Hal yang membedakan manusia
dengan makhluk lainnya yaitu manusia mempunyai pikiran dan akal sehat, pikiran
tersebut harus dikembangkan salah satunya dengan belajar dan menuntut ilmu.
Jika
kamu lelah dengan belajar, ada kemungkinan gaya belajar kamu salah. Karena pada
dasarnya gaya belajar setiap orang tidak akan sama. Dalam buku Quantum Learning
seorang pelopor di bidang gaya belajar yaitu Rita Dunn, telah menemukan banyak
variabel yang mempengaruhi cara belajar orang. Ini mencakup faktor-faktor
fisik, emosional, sosiologis dan lingkungan.
Sebagian
orang misalnya, dapat belajar paling baik dengan cahaya terang, sedangkan yang
lain dengan pencahayaan yang suram. Ada orang yang belajar paling baik secara
berkelompok, sedang yang lain lagi memilih adanya figur otoriter seperti orang
tua atau guru, yang lain lagi merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling
efektif bagi mereka.
Para
peneliti telah menemukan gaya belajar orang pada umumnya yaitu : Visual,
Auditorial, atau Kinestetik. Sangat diperlukan sekali untuk mengetahui gaya
belajar dirimu sendiri agar kamu tidak menemukan rasa bosan dan jemu ketika
belajar.
Ciri-ciri orang visual :
·
Rapi dan teratur
·
Berbicara dengan
cepat
·
Perencana yang
baik
·
Teliti terhadap
detail
·
Mementingkan
penampilan
·
Pembaca cepat
Ciri-ciri orang
auditorial :
·
Berbicara kepada
diri sendiri saat bekerja
·
Mudah terganggu
oleh keributan
·
Menggerakkan
bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
·
Senang membaca
dengan keras dan mendengarkan
Ciri-ciri orang kinestetik :
·
Berbicara dengan
perlahan
·
Menanggapi
perhatian fisik
·
Menyentuh orang
untuk mendapatkan perhatian mereka
·
Berdiri dekat
ketika berbicara dengan orang lain
·
Selalu
berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
Setelah
membaca ciri-ciri orang dengan berbagai gaya belajar, termasuk kepada yang manakah
dirimu? Agar belajar menjadi lebih menyenangkan, jika kamu termasuk kepada
orang yang visual. Perbanyaklah gambar-gambar menarik pada catatanmu, pajanglah
foto ketika kamu memenangkan sesuatu. Hal itu dapat membangkitkan semangat
belajar orang-orang visual.
Untuk
orang auditorial, cobalah untuk mencari suasana tempat belajar yang sepi.
Misalnya dalam kamar, atau tempat khusus yang telah kamu sediakan. Bisa juga
dengan merekam suara gurumu ketika menerangkan, kemudian kamu dengarkan kembali
dirumah. Untuk orang yang kinestetik,
cobalah belajar sambil berjalan atau membaca buku sambil berjalan bolak-balik.
Karena pada dasarnya orang kinestetik ini tidak bisa diam maka kamu dapat
menyesuaikan cara ketika kamu belajar.
Namun
ketika di bangku sekolah, orang-orang visual, auditorial, dan kinestetik
dituntut melakukan hal yang sama yaitu hanya duduk dan memperhatikan guru yang
sedang menjelaskan. Nah, disini tidak ada toleransi untuk menerapkan cara
belajar yang saya sarankan diatas. Bila gurunya menerangkan dengan cara kuno
yaitu dengan menulis di papan tulis dan siswa harus duduk diam dan
memperhatikan pembelajaran selama 2 jam pelajaran maka saya sarankan untuk
semaksimal mungkin fokus pada hal yang dibahas. Bila tidak bisa, kamu dapat
mengulang pembahasan tersebut dirumah dengan cara belajar yang saya anjurkan
diatas. Bagaimanapun caranya, jangan pernah lelah untuk terus belajar dan
belajar. Karena rasa lelah kita akan diganti menjadi rasa bahagia dikemudian
hari.
Teknik Mencatat
Selain
gaya belajar, saya juga akan memberikan cara mencatat, menulis dengan percaya
diri dan membaca yang dapat menunjang kamu dalam belajar. Agar proses belajar
terasa lebih mudah dan menyenangkan untuk dijalani. Dalam pemikiran kita sering
terbesit pemikiran “mengapa harus mencatat?” alasannya adalah dengan kita
mencatat maka secara tidak langsung kita meningkatkan daya ingat. Seperti
istilah ini “people forget, records
remember”, karena banyak informasi yang diserap oleh otak kita maka
kemungkinan kita lupa menjadi semakin besar. Jadi dengan adanya catatan dapat
membantu kita dalam mengingat semua hal, apalagi hal-hal yang rumit untuk
diingat seperti rumus matematika, istilah latin dalam biologi, dan
tanggal-tanggal penting dalam sejarah.
Kekuatan
pikiran manusia memang sangat luar biasa namun kebanyakan orang akan mengingat
dengan sangat baik ketika menuliskannya. Tanpa mencatat dan mengulanginya,
kebanyakan orang hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang mereka baca
atau dengar kemarin. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah selama ini
kita mencatat dengan metode yang efektif atau tidak. Karena pencatatan yang
efektif dapat menghemat waktu dan membantu kita dalam menyimpan informasi
secara mudah dan mengingatnya kembali jika diperlukan sewaktu-waktu.
Dalam
buku Quantum Learning, saya belajar dua gaya mencatat yang sangat efektif.
Karena ternyata kebiasaan kita menulis atau mencatat di bangku sekolah dasar
itu merupakan cara mencatat kuno yang tidak praktis. Cara ini dapat mempersulit
kita untuk mendapatkan gambaran dan melihat kaitan-kaitan antara gagasan.
Alasan yang lainnya yaitu, dengan menggunakan catatan tradisional maka akan
terlihat membosankan. Kamu akan tergoda melewatkan semuanya, bahkan membacanya
pun dapat menyebabkan mengantuk.
Agar
belajar terasa lebih menyenangkan, maka kita harus merubah cara mencatat kita
terlebih dahulu. Cara mencatat tingkat tinggi yaitu dengan Peta Pikiran dan
Catatan:TS. Saya mendapatkan ilmu baru ini dari buku Quantum Learning karangan
Bobbi de Porter dan Mike Hernacki. Sebelum menjelaskan tentang dua cara diatas,
disini saya akan memaparkan terlebih dahulu bagaimana bekerjanya otak kita saat
mencatat.
Tujuan
kita mencatat adalah mendapatkan poin-poin kunci dari buku-buku yang telah
dibaca. Riset terakhir tentang bagaimana otak menyimpan dan mengingat informasi
telah menghasilkan teknik-teknik mencatat yang baru (de Porter, 150). Hingga saat ini, orang mengira bahwa otak
mengolah informasi secara linear yaitu dalam format yang teratur dan rapi,
seperti sebuah daftar. Padahal sebenarnya tidak karena saat kita berkomunikasi
dengan kata-kata, otak kita pada saat yang sama harus mencari, memilah,
memilih, merumuskan, merapikan, mengatur, menghubungkan, dan menjadikan
campuran antara gagasan-gagasan dengan kata-kata yang sudah mempunyai arti itu
dapat dipahami. Pada saat yang sama, kata-kata ini dirangkai dengan gambar,
simbol, citra (kesan), bunyi, dan perasaan. Jadi, yang kita miliki ini adalah
sekumpulan kata-kata yang tidak teratur dan bercampur aduk tak terangkai
didalam otak tetapi keluar dengan teratur karena dihubungkan oleh logika dan
diatur oleh tata bahasa sehingga dapat dipahami.
Karena
riset itulah, terlahir cara mencatat yang sangat cocok dengan cara bagaimana
otak bekerja, yaitu peta pikiran dan catatan:ts. Teknik pencatatan peta pikiran
ini dikembangkan pada 1970-an oleh Tony Buzan yang didasarkan pada riset
tentang bagaimana cara kerja otak yang sebenarnya. Otak manusia sering kali mengingat informasi
dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk, dan perasaan. Maka mencatat
dengan metode peta pikiran ini sangat cocok bagi manusia. Selain menghemat
kertas, peta pikiran pun dapat terlihat lebih menarik karena pada peta pikiran
kita bisa bebas memberi gambar, simbol, warna, dan hiasan-hiasan lainnya. Peta
pikiran ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan dengan
mudah.
Mengapa
mudah? Saya beri kamu contoh kecil manfaat menggunakan peta pikiran ini.
Misalnya kita membuat peta pikiran tentang rumus-rumus fisika yang notabennya
sulit diingat. Kemudian kita menggambarkan rumus-rumus tersebut menggunakan
simbol pohon atau simbol lainnya. Ketika ujian, kita akan mudah mengingat rumus
tersebut, karena terbantu oleh simbol pohon tersebut. Hal itu adalah contoh
kecil dari manfaat menggunakan peta pikiran. Menggunakan peta pikiran pun akan
lebih menyenangkan karena kita tidak mandeg dalam belajar dan tidak akan bosan
dalam belajar karena peta pikiran juga menguji kreativitas kita.
Apakah
kamu ingin mulai mencobanya? Jika kamu ingin mulai mencoba membuat peta
pikiran, maka akan saya jelaskan bagaimana cara membuatnya. Untuk membuat peta pikiran, pakailah pulpen
berwarna dan mulailah dari bagian tengah kertas. Untuk mempermudah membuat peta
pikiran maka buatlah dalam bentuk horizontal atau melebar agar lebih banyak
tempat. Setelah semua itu siap, maka ikutilah langkah-langkah berikut ini yang
saya ambil dari buku Quantum Learning :
1.
Tulis gagasan
utamanya ditengah-tengah kertas dan lingkupilah dengan lingkaran, persegi, atau
bentuk lain. Misalnya dilingkupi dengan bentuk bohlam, buah-buahan, dll.
2.
Tambahkan sebuah
cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utama. Jumlah
cabang-cabangnya akan bervariasi, tergantung dari jumlah gagasan atau segmen.
Gunakan warna yang berbeda untuk tiap-tiap cabang.
3.
Tuliskan kata
kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan untuk detail.
Kata-kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan
memicu ingatanmu.
4.
Tambahkan
simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih
baik.
Inilah
cara yang dapat kamu lakukan agar peta pikiran buatanmu bisa lebih mudah
diingat, saya mengambilnya dari buku Quantum Learning juga :
ü Tulis atau ketiklah secara rapi dengan menggunakan huruf-huruf
kapital.
ü Tulislah gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yanf lebih
besar sehingga mereka langsung menonjol begitu kamu kembali ke catatanmu.
ü Gambarkan peta pikiranmu dengan hal-hal yang berhubungan denganmu.
Simbol jam mungkin berarti bahwa benda ini memiliki tenggat waktu yang penting.
ü Garisbawahi kata-kata itu. Gunakan huruf tebal.
ü Bersikaplah kreatif dan berani dalam desainmu karena otak kita
lebih mudah mengingat hal yang tidak biasa.
ü Gunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan hal-hal atau
gagasan-gagasan tertentu.
ü Ciptakanlah peta pikiran secara horizontal untuk memperbesar ruang
bagi pekerjaanmu.
Yang
telah dijelaskan diatas merupakan kiat-kiat yang harus diterapkan dalam membuat
peta pikiran yang bagus dan kreatif. Saya yakin semua orang mempunyai sisi
kreatifnya tersendiri, jangan pernah merasa terhalangi oleh pikiran bahwa kamu
tidak kreatif, kamu tidak bisa menggambar, kamu tidak bisa memainkan warna
diatas kertas dengan bagus. TIDAK usah khawatir karena peta pikiranmu bukan
untuk dilihat orang lain, peta pikiran buatanmu bukan untuk sumber belajar bagi
orang lain. Tetapi untuk dirimu sendiri, jadi buatlah peta pikiranmu semampu
dan sebisamu.
Selain
peta pikiran, saya juga akan menjelaskan tentang cara mencatat lainnya yaitu
yang bernama catatan:TS. Catatan:TS
adalah salah satu metode mencatat tingkat tinggi. Catatan:TS adalah kependekan
dari “Catatan:Tulis dan Susun”.
Catatan:TS ini adalah tugas yang paling rutin diberikan oleh dosen saya.
Sangat banyak manfaat yang dapat saya rasakan dalam membuat Catatan:TS ini.
(Gambar dari buku Quantum Learning, Bobbi de Porter & Mike
Hernacki)
Ciri
yang paling penting dari sistem ini adalah bahwa catatan ini memudahkan Anda
untuk mencatat pemikiran dan kesimpulan pribadi Anda bersama-sama dengan
bagian-bagian kunci pembicaraan atau materi bacaan. Gambar diatas merupakan
tampilan Catatan:TS yang terdiri dari tanggal&tempat, topik diletakkan
disisi kiri dan pemikiran, kesan, perasaan, reaksi, pertanyaan, kepedulian
diletakkan disisi kanan. Teknik mencatat seperti ini benar-benar sangat efektif
karena dalam waktu bersamaan kita dapat menulis topik dan langsung
mengomentarinya.
(Gambar dari buku Quantum Learning, Bobbi de Porter & Mike
Hernacki)
Catatan:TS
adalah cara menerapkan pikiran sadar ataupun bahwa sadar Anda terhadap materi
yang sama dengan cara sadar (Porter&Hernacki:160). Mengapa catatan tulis
susun ini efektif? karena ketika pikiran sadar kita berpusat pada material dan
proses menuangkannya diatas kertas, pikiran bawah sadar kita bereaksi,
membentuk kesan, membuat hubungan-hubungan, dan melakukan keseluruhan pekerjaan
kurang lebih secara otomatis. Catatan:TS mengkoordinasikan kedua aktivitas
mental ini untuk mencapai hasil yang lebih efektif.
Maka
dari itu, catatan:ts ini sangat saya anjurkan dalam cara mencatat Anda. Setelah
tahu catatan:TS itu apa, sekarang saya akan menjelaskan bagaimana menggunakan
catatan:TS tersebut. Cara ini saya ambil dari buku Quantum Learning, buku
pertama yang diperkenalkan oleh dosen mata kuliah Character Building saya
sekaligus sebagai tugas pertama saya.
Langkah
pertama yaitu mulailah dengan secarik kertas(boleh yang bergaris boleh yang
tidak)
Gambarlah
garis secara vertikal, kira-kira sepertiga bagian dari tepi kanan. Sisi kiri
kertas itu adalah untuk menuliskan catatan; sisi kanan (ruang yg lebih kecil)
untuk menyusun catatan.
Disisi
kiri tuliskan apa yang dikatakan pembicara (poin-poin penting, diagram,
istilah, dan bagan-bagan). Disisi kanan catat pemikiran, perhatian, perasaan,
reaksi, dan pertanyaan-pertanyaan Anda.
Pada
saat penyusunan catatan tulislah apa saja yang muncul dalam pikiran Anda tanpa
menyensornya. Saya sudah sering mendapat tugas membuat catatan:TS dari sebuah
buku, biasanya penyusunan catatan saya seperti ini :
“Ini luar
biasa… ini membosankan… apakah aku termasuk didalamnya?…. bagaimana bila aku
tidak seperti itu?… ini benar-benar pengetahuan yang baru untukku!”
Kurang
lebih seperti itu. Ini adalah contoh Catatan:TS yang pernah saya buat dari buku
The 7 Habits karya Sean Covey.
Menulis
pikiran Anda dengan cara ini akan membantu Anda memusatkan konsentrasi Anda dan
mengalihkan pikiran Anda kembali pada apa yang sedang dikatakan pembicara.
Contohnya yaitu Mark Reardon, direktur pelatihan SuperCamp memanfaatkan teknik
Catatan:TS ketika ia mendengar ceramah Randolph Craft tentang mendiang
Buckminster Fuller. Ketika menggunakan cara ini, Reardon mengingat “Ketika mendengarkan beliau berbicara, saya
perhatikan bahwa pada mulanya ia tidak mengatakan apapun yang perlu saya catat
atau ingat secara khusus. Beliau menggunakan waktu ini untuk membuat kami siap
untuk hal-hal yang akan dibicarakannya nanti. Maka ketika beliau berbicara,
saya menuliskan tentang pengamatan fisik saya terhadap beliau pada bagian
penyusunan catatan-catatan dikertas saya…cara beliau melipat tangannya, air
mukanya. Kini, pada saat saya mengulangi catatan saya tentang pidato itu,
komentar-komentar ini membangkitkan emosi dan perasaan dalam diri saya dan saya
dapat mendengar suaranya di dalam pikiran saya.” – Mark Reardon-
Pengalaman
Reardon diatas sudah membuktikan bahwa Catatan:TS ini benar-benar membantu kita
dalam mencatat sesuatu. Namun ketika menggunakan Catatan:TS ini, luangkanlah
waktu Anda satu atau dua menit setelah mengikuti seminar atau pidato untuk
membaca kembali catatan Anda. Berikan simbol-simbol dan gambar-gambar yang
mempunyai arti bagi diri Anda. Karena simbol-simbol akan memicu
gagasan-gagasan, mengingatkan akan komentar-komentar pembicara, dan membantu
mengingat kembali tentang presentasi itu.
Dalam
buku Quantum Learning telah dijelaskan bahwa teknik Catatan:TS ini sangat
berhasil untuk melakukan pencatatan selama berlangsungnya pidato, pertemuan,
atau seminar. Teknik ini juga berhasil baik untuk mencatat materi bacaan.
Namun, ada
pepatah yang berkata bahwa “Alah bisa karena biasa”, di dalam teknik ini pun
sama. Karena orang yang tidak terbiasa menggunakan metode Catatan:TS atau pun
mind mapping, akan kesulitan ketika membuat catatan memakai metode tersebut.
Kuncinya
adalah berlatih, berlatih, dan berlatih. Gunakanlah teknik ini sesering
mungkin, karena menurut pengalaman saya pun saya merasakan hal yang sama.
Ketika pertama kali saya ditugaskan untuk membuat Catatan:TS dari sebuah buku
oleh dosen saya, saya merasa kebingungan dan hampir putus asa. Saya bingung apa
yang harus saya tulis, dan apa yang harus saya komentari. Namun dosen saya
selalu memberikan tugas Catatan:TS terus menerus dengan berbagai buku yang
berbeda. Lama kelamaan saya menjadi terbiasa dan dapat membuat Catatan:TS lebih
cepat dari biasanya.
Saya
menjadi sadar, mengapa dosen saya selalu memberi tugas Catatan:TS. Ternyata
untuk melatih saya menggunakan teknik mencatat tingkat tinggi. Karena kita
tidak akan bisa langsung mahir dalam suatu hal, bila tidak ada latihan
didalamnya. Selain itu, saya juga akan membahas tentang kiat-kiat tambahan
untuk membuat Catatan:TS. Perhatikan baik-baik karena ini akan sangat berguna
bagi kehidupan Anda.
§ Dengarkan secara
aktif
Ketika Anda ada dalam sebuah seminar perhatikanlah
petunjuk-petunjuk fisik yang berasal dari pembicara, selain itu perhatikan
ketika ia mengulangi suatu gagasan atau kata, dan duduklah sedepan mungkin
dalam ruangan itu. Hal itu akan benar-benar membantu Anda dalam mengambil
petunjuk-petunjuk penting.
§ Amati dengan
cermat
Anda harus bisa mengamati dengan cermat, jangan sampai tubuh Anda
ada diruang seminar tapi pikiran Anda ada dirumah. Itu tidak akan berhasil
§ Berpartisipasi
Jika Anda tidak memahami sesuatu atau mempunyai pertanyaan. Maka
tanyakanlah, agar hal yang Anda bingungkan menjadi jelas.
§ Tinjauan awal
Pelajarilah hal yang akan disampaikan oleh pemateri sebelumnya.
§ Membuat yang
auditorial menjadi visual
Gunakanlah simbol-simbol atau gambar-gambar dalam catatan Anda
§ Jadikan mengulang
itu mudah
Salinlah catatan-catatan kunci pada kartu berukuran kecil yang
dapat Anda bawa kemana-mana. Ketika Anda sedang antri atau menunggu suatu
janji, Anda dapat mengeluarkan kartu tersebut selama beberapa menit untuk
menambah waktu belajar dan berpikir.
§ Bersikap teguh
dalam mencoba
Dan yang terakhir, cobalah untuk meluangkan waktu dalam
menggunakan metode ini.
Belajar
dengan nyaman dan menyenangkan bukan hanya dengan teknik mencatat yang benar.
Namun perlu juga teknik membaca dan menulis dengan benar pula. Karena hal itu
merupakan hal-hal yang saling berkaitan satu sama lain dalam hal belajar.
· Menulis dengan Kepercayaan Diri
Tidak semua orang merasa pandai dalam menulis. Namun tahukah kamu?
Bahwa dorongan untuk menulis itu sama besarnya dengan dorongan untuk berbicara.
Karena didalam jiwa manusia terdapat suatu hal yang unik untuk mendapat
kepuasan dengan cara menceritakan kisah-kisahnya. Dalam buku Quantum Learning
dijelaskan bahwa percaya atau tidak, kita semua adalah penulis.
Semua orang pasti mempunyai cara
untuk mengekspresikan dirinya. Baik melalui tulisan atau pun lisan namun
percaya atau tidak, kita semua adalah penulis walaupun ada yang mengasahnya dan
ada yang menghiraukannya. Menulis adalah salah satu cara berkomunikasi tingkat
tinggi, tingkat intelektual dan kemampuan berkomunikasi semua orang dapat
dilihat dari hasil karya tulisnya.
Menulis
adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional)
dan belahan otak kiri (logika) (Quantum Learning, 178). Oleh sebab itulah
menulis merupakan cara berkomunikasi tingkat tinggi, karena menulis memerlukan
kedua belahan otak kita masing-masing.
Namun
mengapa sangat sedikit sekali yang menjadi seorang penulis? Karena hambatan
yang biasa dihadapi oleh kebanyakan orang ketika hendak menulis adalah “bahan
bakar”. Maksud dari bahan bakar disini adalah suatu ide dan outline. Sehingga
kebanyakan orang bila belum mendapatkan ide maka dia belum mulai untuk menulis.
Karena pada dasarnya untuk memulai sebuah tulisan, kita harus membangkitkan
energi otak kanan kita terlebih dalu. Meskipun proses lengkapnya melibatkan
kedua belahan otak dengan cara yang bervariasi.
Dalam
buku Quantum Learning, Mark Twain berkata, “Jika kita mengajarkan anak-anak
kita berbicara dengan cara kita mengajar mereka menulis, maka kebanyakan
diantara kita akan b-b-berbicara s-s-seperti i-i-ini.” Pada zaman dahulu
anak-anak masih diajarkan untuk menulis, namun anak-anak zaman sekarang
beruntung karena diajarkan dengan metode yang melibatkan aktivitas otak kanan
mereka. Selain membangkitkan energi otak kanan, kita juga harus mempelajari
bagaimana cara untuk bercerita apa adanya seperti ketika kita masih kecil.
Dalam
buku Quantum Learning kita disuruh membayangkan bahwa pikiran kita adalah
tempat penyimpanan ide-ide panas, mendidih, dan yang meletup-letup untuk dapat
bebas keluar. Nah, bendungan yang menahannya itu adalah hambatan penulis.
Ketika kamu tidak mampu menggoreskan pena diatas kertas dan mulai menulis
berarti bendungan tersebut begitu kuat dan benar-benar menghambatmu. Namun
ingatlah bahwa tidak mengalirnya ide-ide bukan berarti tidak ada. Kenapa
begitu? karena ada sesuatu yang menghalanginya untuk keluar.
Bayangkan
saja sebuah sungai yang sangat deras, airnya jernih dan mempunyai kekuatan
yang besar untuk bisa sampai kelaut
lepas. Namun jika ditengah-tengahnya dibangun bendungan (hambatan) maka air
tersebut akan terhalang menuju laut dan tidak dapat mengalir lagi, agar air
sungai tersebut dapat mengalir ke laut maka kita harus membuat celah atau
retakan dalam bendungan tersebut.
Pada
awalnya air yang keluar memang sedikit, namun lama kelamaan air yang keluar
akan semakin banyak karena begitu besar tekanan dibalik rembesan itu sehingga
keretakan itu menjadi semakin besar dan air tersebut akan menyembur keluar.
Akhirnya bendungan tersebut runtuh dan air tersebut dapat mengalir seperti
biasanya.
Metode
dalam menulis ada dua cara yaitu pengelompokkan (clustering) dan menulis cepat,
ini sangat bermanfaat karena dalam proses belajar mahasiswa akan sangat sering
sekali diperintah untuk membuat makalah, laporan, tesis, atau bahkan tugas
akhir. Maka kita harus dapat menguasai teknik ini dengan baik dan benar.
Pengelompokkan (Clustering)
Teknik pengelompokkan ini
dikembangkan oleh Gabriele Rico, yang dimaksud pengelompokkan disini adalah
suatu cara memilah gagasan-gagasan dan menuangkannya ke atas kertas secepatnya,
tanpa pertimbangan (Quantum Learning, 181). Jadi dalam teknik ini kamu bebas
menuangkan apa saja yang ada di pikiranmu tanpa memikirkan bahwa apa yang kamu
tulis itu benar atau salah.
Pengelompokkan ini hampir mirip
dengan mind map yang sudah dijelaskan di halaman sebelumnya, keduanya
berdasarkan pada teori otak yang sama. Dalam buku Quantum Learning juga
dipaparkan keuntungan kita menggunakan teknik ini yaitu :
·
Membuat kita
mampu melihat dan membuat hubungan-hubungan antara gagasan;
·
Membantu dalam
mengembangkan gagasan – gagasan yang telah ditemukan;
·
Membuat dapat
menelusuri jalur yang dilalui otak kita untuk tiba pada suatu konsep tertentu.
Setelah
mengetahui keuntungannya, sekarang saya akan memaparkan bagaimana cara
menggunakan teknik tersebut. Disini saya ambil contoh dalam buku Quantum
Learning, tulislah kata lingkaran ditengah-tengah selembar kertas kosong, tak
bergaris, lalu lingkarilah. Kini, tuangkan semua asosiasi yang dapat kamu buat
untuk kata lingkaran, kelompokkan mereka di sekitar kata yang ada di pusat.
Lingkari tiap-tiap kata atau frase baru dan hubungkanlah dengan kata yang ada
ditengah kertas.
Teknik
ini sangat bermanfaat sekali, karena membuat kamu bekerja secara alamiah dengan
gagasan-gagasan tanpa menyuntingnya sama sekali. Karena pada umumnya, seseorang
yang tidak pernah menuangkan idenya dalam sebuah kertas biasanya mereka
menganggap idenya tidak terlalu bagus atau tidak cukup baik untuk dituangkan
dalam sebuah kertas.
Sama
halnya dengan orang yang sedang mengikuti seminar dan berada dalam waktu untuk
bertanya. Selama mengikuti acara seminar banyak sekali pertanyaan-pertanyaan
yang ada dalam pikirannya, namun ketika tiba waktunya untuk dia bertanya dia
merasa tidak percaya diri dan merasa bahwa pertanyaan yang akan dia ajukan
adalah sebuah pertanyaan bodoh. Jika seperti itu terus jadi kapan waktunya
untuk mulai bertanya?
Jika
kamu menganggap bahwa idemu itu tidak cukup baik, jadi kapan waktunya kamu
untuk menulis? Dalam hal ini akan sangat banyak sekali penundaan dan akhirnya
waktu akan terbuang percuma karena ulahmu sendiri. Ayo ulangi terus teknik ini,
karena jika kamu sudah akrab dengan teknik ini kamu akan menemukan suatu
keanehan dan keajaiban. Kamu akan tiba pada suatu titik dimana kamu menemukan
sesuatu atau dalam buku Quantum Learning disebut “aha!”
“Aha!”
disini tercapai ketika menulis ntiba-tiba menjadi suatu prioritas mendesak atas
pengelompokkan ini.
· Menulis Cepat (Fastwriting)
“Apakah dalam menulis harus cepat?”,
“bukankah seharusnya lambat saja agar kita tau apa yang akan kita tulis?”. Itu
adalah pikiran saya sebelum saya membaca buku Quantum Learning. Sebelum saya
memberi tahu alasannya saya mau bertanya dulu, pernahkah kamu menulis sebuah
surat? Tetapi kamu berbuat kesalahan demi kesalahan sehingga kamu terus
mencorat-coret kertas itu? Dan pada akhirnya kamu frustasi.
Sebenarnya masalahnya adalah kita
harus menulis sebelum kita tau apa yang sebenarnya ingin kita tulis. Kamu harus
melompati “editor” otak kiri yang ingin mengevaluasi segalanya sebelum tertuang
di atas kertas, dan membiarkan orak kanan yang kreatif memegang kendali untuk
sementara waktu (Quantum Learning, 186).
Cara untuk mengatasi masalah diatas
adalah dengan menulis cepat. Dengan menulis cepat kita akan meminimalisir
adanya lembaran kosong dan melihat kemajuan dengan segera. Cara menulis cepat
yaitu (Quantum Learning, 187) :
1.
Pilihlah suatu
topik
2.
Gunakan timer
untuk jangka waktu tertentu
3.
Mulailah menulis
secara kontinu walaupun apa yang kamu tulis adalah “Aku tak tahu apa yang harus
kutulis!”
4.
Saat timer
berjalan, hindari :
·
Pengumpulan
gagasan
·
Pengaturan
kalimat
·
Pemeriksaan tata
bahasa
·
Pengulangan
kembali
·
Mencoret atau
menghapus sesuatu.
·
Teruskan hingga
waktu habis dan itulah saatnya berhenti.
Langkah-langkah
diatas adalah cara untuk menulis dengan cepat, jangan sampai melanggar salah
satu poin tersebut. Kamu tidak perlu memikirkan bahwa tulisan tersebut akan
acak-acakkan, amburadul, tidak teratur, tidak sempurna, dan berantakan karena
hal tersebut tidak apa-apa.
Menulis
cepat memberikan kesempatan untuk memilih menulis permata dan mengubahnya
menjadi kalimat-kalimat emas (Quantum Learning, 190). Jadi untuk menciptakan
kalimat yang begitu menarik maka dalam sebuah karangan harus menerapkan prinsip
“Show Not Tell” yaitu menunjukkan bukan memberitahukan. Menunjukkan dengan memberitahukan
itu sangat berbeda. Menunjukkan itu menggambarkan semuanya secara terperinci
dan jelas sehingga pembaca dapat membayangkan hal yang kita tulis, kalau
memberitahukan yaitu hanya memberi tahu sesuatu misalnya “jambu itu merah”,
“pelangi itu indah”.
Selain
itu saya juga akan berbagi tentang proses penulisan yang efektif untuk semua
bentuk tulisan yang saya ambil dari buku Quantum Learning :
1. Persiapan
Sebelum menulis sebuah tulisan, maka kita diwajibkan untuk
mengelompokkan terlebih dahulu apa yang mau kita tulis dan tulislah dengan
cepat.
2. Draft-Kasar
Setelah tercipta suatu gagasan, gagasan tersebut dikembangkan
menjadi bercabang-cabang atau dieksplorasi.
3. Berbagi
Setelah kita membuat draft-kasar tersebut, maka biarkan rekan kita
melihat dan membacanya agar dia memberikan umpan balik terhadap apa yang kita
tulis.
4. Memperbaiki
Setelah diberi umpan balik, kita harus memperbaiki apa yang keliru
dalam tulisan tersebut.
5. Penyuntingan
Memperbaiki kesalahan tanda baca dan tata bahasa
6. Penulisan kembali
Setelah selesai diperbaiki, maka tulislah kembali apa yang kita
tulis di kertas yang baru
7. Evaluasi
Periksalah apakah tulisan tersebut sudah selesai atau belum.
Disini
juga akan dijelaskan tentang kiat-kiat untuk memperlancar penulisan dan
kiat-kiat supaya tidak mengalami hambatan dalam menulis yang saya ambil dari
buku Quantum Learning agar kita dapat menulis sesuatu dengan penuh kepercayaan
diri.
Kiat-kiat
untuk memperlancar penulisan
§ Mulailah
secepatnya
Jangan menunggu ide itu datang, tapi jemputlah ide tersebut.
Jangan mengulur-ngulur waktu, mulailah secepatnya!
§ Putarlah musik
Bila kamu nyaman dengan musik, maka putarlah musik ketika kamu
sedang menulis. Itu akan membantumu lebih rileks
§ Cari waktu yang
tepat
Ketika menulis, kamu harus mencari waktu yang tepat. Karena momen
yang tepat akan menghasilkan hal yang sempurna juga. Misalnya ketika kamu
santai, maka isi waktu tersebut dengan latihan menulis
§ Berolahragalah
Olahraga pun sangat penting, karena dapat lebih menjernihkan
pikiran kita.
§ Bacalah apa saja
Bacalah apapun yang ada didepanmu, karena dengan membaca kamu akan
memperoleh banyak ilmu dan referensi sehingga ketika kamu menulis, kamu dapat
mengembangkan pengetahuanmu juga.
§ Mengelompok-kelompokkan
pekerjaan
Mengelompokkan hal akan lebih memudahkan kamu untuk menulis
§ Gunakan
warna-warna
Agar tulisanmu lebih menarik maka gunakanlah warna-warna, jadi
tulisanmu tidak akan terlihat membosankan dan kamu akan lebih semangat untuk
menulis hal-hal lainnya.
Kiat-kiat
supaya tidak mengalami hambatan menulis :
§ Hematlah kertas kesayanganmu
§ Tempatkanlah dirimu pada sisi yang lain
§ Menyingkirlah dari tulisanmu
§ Langgarlah aktivitas rutinmu
§ Gantilah alat-alat tulismu
§ Ubahlah lingkunganmu
§ Berbicaralah kepada anak-anak tentang proyek dirimu.
· Kekuatan Membaca
Apakah kamu termasuk orang yang
malas untuk membaca? Apakah kamu orang yang baru saja buka buku sedikit
langsung ngantuk? Semua orang pasti pernah mengalaminya atau bahkan hal
tersebut menjadi suatu kebiasaan karena bagi banyak orang, membaca adalah suatu
tugas yang berat. Di zaman ini, orang harus banyak tahu tentang buku-buku agar
menghindarkan dari ketidaktahuan dan ketinggalan dari kemajuan zaman.
Banyak orang yang berlangganan
koran, majalah, dan lain-lain namun sangat sedikit sekali isi dari koran dan
majalah tersebut dibaca keseluruhannya. Orang-orang hanya akan membaca yang
menjadi perhatiannya saja. Padahal kemampuan membaca sangat dibutuhkan pada
masa sekarang ini, khususnya bagi mahasiswa yang sehari-harinya harus
meluangkan waktunya untuk membaca agar pengetahuannya bertambah.
Menurut buku Quantum Learning, hal
pertama yang harus dilakukan agar kita dapat mengembangkan keterampilan membaca
adalah menghapus mitos membaca. Mitos-mitos ini pada umumnya dapat
menghalangi kita untuk mendorong keterampilan membaca kita sendiri. Mitos-mitos
ini antara lain :
·
Membaca itu sulit
·
Kamu tak boleh
menggunakan jari ketika kamu membaca
·
Membaca harus
dilakukan dengan mengeja kata per kata
·
Kamu harus
membaca perlahan-lahan supaya dapat memahami isinya.
Hal-hal
yang disebutkan diatas lah yang sering menjadi hambatan seseorang untuk membaca
suatu buku. Jadi mitos-mitos tersebut harus dihancurkan. Bagaimana
menghancurkan mitos tersebut? Singkirkanlah mereka sekarang juga!
Gantilah mitos-mitos tersebut dengan
gagasan-gagasan baru seperti ini :
·
Membaca itu mudah
·
Tak ada salahnya
membaca dengan menggunakan jari sebagai penunujuk
·
Kamu boleh
membaca banyak kata secara sekaligus
·
Kamu boleh
membaca dengan cepat dan tetap memahami nisi bacaanmu.\
Dalam buku
Quantum Learning, dijelaskan beberapa kiat-kiat kita untuk membaca agar
aktivitas membaca menjadi terasa ringan dan menyenangkan.
§ “Mempersiapkan diri”
§ Meminimalkan gangguan
§ Duduklah dengan sikap tegak
§ Luangkan waktu beberapa saat untuk menenangkan pikiran
§ Gunakan jari kamu atau benda lain sebagai petunjuk
§ Lihat sekilas bahan bacaan kamu sebelum mulai membaca.
Setelah
membaca kiat-kiat diatas, kita dapat mulai mempraktekkannya. Asahlah terus
kemampuan membacamu karena dengan membaca kita dapat menjelajahi cakrawala.
Lagipula bila kita menerapkan cara diatas maka tugas membaca akan terasa ringan
dan tidak membosankan bukan? Mulai dari sekarang, bacalah buku apapun yang kamu
sukai dan tentunya yang bermanfaat juga bagi masa depanmu.
Mengetahui
gaya belajar, cara mencatat, cara menulis dengan kepercayaan diri dan cara
membaca yang baik dan benar masih belum cukup bagi kamu untuk bersaing didunia
yang saling sikut dan kejam ini. Butuh usaha yang ekstra agar kamu dapat meraih
tujuan akhir yang sudah kamu rancang dan impi-impikan. Tapi jangan khawatir,
saya akan berbagi ilmu semampu yang saya tau dan yang saya bisa. Sekarang saya
akan menjelaskan 7 kebiasaan yang paling efektif bagi remaja terlebih dahulu
namun saya sebut kebiasaan tersebut dengan 7 kebiasaan emas.
Mengapa
saya sebut begitu? karena ketujuh kebiasaan tersebut benar-benar dapat
membimbing jalan kita menuju arah yang benar-benar yang kita inginkan dan tidak
akan menerumuskan kita. Dengan catatan, kita mengaplikasikannya dengan benar. Sebenarnya
merujuk pada tujuan akhir merupakan kebiasaan nomor 2 dalam 7 kebiasaan
tersebut. Namun sengaja saya membahas lebih dalam karena menurut saya hal ini
sangat penting dan sering dilupakan oleh remaja zaman sekarang yang
kehidupannya sudah mengarah kepada hedonisme.
Gaya
hidup yang mewah dan serba glamour dapat menghalangi tujuan hidup sebenarnya.
Oleh karena itu kita harus senantiasa ingat, sebenarnya apa tujuan hidup kita?
Kelak kita ingin seperti apa? Jika kita sudah mempunyai bayangan dan cita-cita
maka akan timbul minat untuk mengejar dan membuat semuanya menjadi nyata.
Jangan tenggelam dan larut dengan kemajuan zaman karena dikhawatirkan kamu akan
hidup sebagai orang yang hanya “ijut-ikutan” Mari kita mulai menyelami 7
kebiasaan tersebut lebih dalam lagi.
Tujuh Kebiasaan Emas
Banyak
hal yang saya dapat dari mata kuliah Character Building, salah satunya adalah
saya dikenalkan dengan sebuah buku yang berjudul The 7 Habbits of Highly
Effective Teens karya Sean Covey. Saya sangat beruntung bisa membaca buku tersebut.
Karena didalamnya banyak sekali ilmu yang saya dapat, kejadian-kejadian dan
cara pemecahan masalahnya pun sangat sesuai sekali dengan diri seorang remaja.
Didalam
buku tersebut dijelaskan tentang tujuh kebiasaan efektif yang harus remaja
lakukan. Salah satunya adalah merujuk kepada tujuan akhir. Namun menurut saya
habits yang lainnya adalah hal-hal yang mendukung untuk meraih tujuan akhir.
Itulah salah satu alasan saya membuat buku ini. Dari pada kamu bingung,
sekarang saya akan menyebutkan ke-tujuh kebiasaan tersebut :
1.
Jadilah Proaktif
2.
Merujuk Pada
Tujuan Akhir
3.
Dahulukan yang Utama
4.
Berpikir
Menang/Menang
5.
Berusahalah untuk
Memahami Terlebih Dahulu, Baru Dipahami
6.
Wujudkan Sinergi
7.
Asahlah Gergaji
Sekarang,
bagaimana komentarmu setelah mengetahui ke-tujuh kebiasaan tersebut? Setujukah
dirimu dengan pendapat saya diatas? Saya yakin kamu akan setuju setelah membaca
penjelasan dibawah ini.
1. Jadilah Proaktif
“Akulah sumber pendorong diriku
sendiri”, kata-kata tersebut terpampang jelas dalam buku The 7 Habbits of
Highly Effective Teens dan harus terpampang jelas juga dalam kehidupan kita.
Karena tidak ada yang lebih baik untuk mendorong diri sendiri selain diri kita
sendiri. Manusia bisa bahagia bisa tidak adalah tergantung pilihannya sendiri,
Abraham Lincoln.
Dalam pernyataan presiden Amerika
Serikat tersebut, sangat jelas bahwa kitalah atau kamulah penentu hidupmu
sendiri. Kamu bisa membuat hidupmu menjadi sedih atau membuat hidupmu menjadi
bahagia. Apakah kamu mau bersikap proaktif atau reaktif? Itu semua terserah
kamu. Setiap harinya kita mempunyai ratusan peluang untuk bersikap reaktif atau
proaktif.
Bisa saja harimu sekarang baik-baik
saja, namun kamu tidak akan pernah tahu bahwa besok akan banyak persoalan yang
hinggap pada setiap aktivitasmu. Misalnya, ketika hendak pergi ke kampus, cuaca
hujan lebat sehingga kamu datang terlambat kemudian kamu lupa membawa tugas
yang ditugaskan kepadamu, lalu kamu dihukum oleh dosen. Setelah itu, kamu
terjatuh dan kakimu keseleo. Jadi apakah yang akan kamu lakukan dengan semua
yang menimpa kepadamu?
Mau bersikap reaktif atau proaktif?
Jika kamu bersikap reaktif maka kamu akan mengumpat, memaki-maki, dan marah
pada semua hal yang menimpamu hari itu. Namun jika kamu bersikap proaktif, kamu
memandang persoalan tersebut dari sisi yang berbeda. Kamu memandang bahwa hal
tersebut adalah sebuah kecerobohanmu dan membuat kamu belajar bahwa kamu tidak
akan mengulangi hal yang sama.
Agar kamu dapat membedakan apakah
kamu bersikap reaktif atau proaktif, biasanya tercermin dalam wujud perkataan.
Misalnya untuk orang yang reaktif, biasanya mereka menggunakan kata-kata
seperti ini :
·
Aku memang begini
kok
·
Aku coba deh
·
Aku tidak bisa
berbuat apa-apa
·
Aku terpaksa
·
Aku tidak bisa
·
Kamu merusak
hariku
Kalau
untuk bahasa proaktif, biasanya mereka menggunakan kata-kata seperti ini :
·
Akan ku kerjakan
·
Sebenarnya aku
bisa lebih baik dari pada itu
·
Yuk kita pelajari
kemungkinan-kemungkinannya
·
Aku memilihnya
·
Pasti ada jalan
·
Tak akan ku
biarkan suasana hatimu yang jelek menular kepadaku
(Dari The 7 Habbits of Highly
Effective Teens)
Sekarang
kamu sudah dapat membedakan, kata-kata yang reaktif dengan yang proaktif. Jadi
selama ini kamu termasuk yang mana? Jawablah dalam hatimu sendiri dan jika
selama ini kamu termasuk orang yang reaktif maka berubahlah karena jika kamu
terus-terusan menjadi orang yang reaktif, itu akan merugikan dirimu sendiri pada suatu hari nanti.
Untuk
menggapai semua tujuan akhirmu, kemampuan intelektual saja tidak cukup.
Sikap-sikap kita sehari-hari pun dapat berdampak bagi masa depanmu nanti, maka
dari itu perbaikilah diri terus menerus dari sekarang. Menjadi pribadi yang
proaktif berarti kita harus bebas dari sebuah virus. Dalam buku The 7 Habbits
of Highly Effective Teens, virus tersebut dinamakan virus jadi korban. Apa itu virus jadi korban? Adakah virus seperti
itu? Darimana asal virus tersebut? Yuk kita bahas.
Virus
jadi korban adalah virus yang membuat seseorang percaya bahwa semua orang dan
dunia ini hutang kepada mereka. “Jangan bilang dunia hutang sama kamu. Dunia
tidak hutang apa-apa sama kamu. Dunia sudah ada duluan kok sebelum kamu.” Mark
Twain dalam The 7 Habbits of Highly Effective Teens. Apa yang dikatakan oleh
Mark Twain sangat benar dan sangat masuk akal, dunia tidak pernah punya hutang
kepada kamu atau kepada orang lain.
Jangan
menganggap semua hal berhutang kepada kamu, karena dengan pandangan seperti itu
otomatis kamu akan selalu minta dikasihani, kamu akan selalu merasa menjadi
korban dan itu tidak baik. Selain merasa
menjadi korban, orang reaktif :
ü Mudah tersinggung
ü Cenderung menyalahkan orang lain
ü Cepat marah dan mengucapkan kata-kata yang belakangan mereka
sesali
ü Cenderung merengek dan mengeluh
ü Menunggu segalanya terjadi kepada mereka
ü Berubah hanya kalau perlu
Sangat
jelas sekali bahwa menjadi orang reaktif sangat rugi, bila kamu menjadi orang
seperti ini maka dapat dipastikan bahwa masa depanmu berada diambang
kehancuran. Karena dengan sifat dan karakter yang seperti ini, kamu tidak akan
bisa bersaing dengan orang lain. Kamu tidak akan belajar dari sebuah kesalahan
karena kamu sibuk marah-marah dengan semua yang terjadi kepadamu. Setelah
membaca uraian diatas, masih maukah kamu bersikap reaktif?
Disini
agar kamu dapat lebih mengerti, saya akan menjelaskan manfaat dari bersikap
proaktif yaitu :
v Tidak mudah tersinggung
v Bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya sendiri
v Berpikir sebelum bertindak
v Cepat pulih kalau terjadi sesuatu yang buruk
v Selalu mencari jalan untuk menjadikan segalanya terlaksana
v Fokus pada hal-hal yang bisa mereka ubah, dan tidak menguatirkan
hal-hal yang tidak bisa mereka ubah.
(Dari The 7 Habbits of Highly Effective Teens)
Dari
uraian diatas, manfaatnya benar-benar akan sangat membantu dalam menghadapi
berbagai hal yang sering kita alami. Karena hidup tak selamanya mulus dan
seperti apa yang kita mau. Terkadang jalannya berliku dan mengharuskan kita
menjalani hal yang sebenarnya bukan berasal dari kemauan dan hati kita. Jadi
bersikap proaktif sangat dibutuhkan dalam diri seseorang guna sebagai sebuah
senjata ampuh ketika kita dilanda ujian dalam hidup.
Tekan tombol “PAUSE”
Untuk
menjadi seseorang yang proaktif, selain harus menghindari virus jadi korban,
kita juga harus bisa menekan tombol pause dalam otak kita ketika kita mulai
marah pada seseorang. Sebagai manusia, adakalanya kita marah kepada teman,
sahabat, bahkan orang tua kita sendiri akibat kelakuan mereka yang kita anggap
sebagai suatu hal yang mengganggu. Namun ketika kita marah, agar kemarahan kita
tidak membabi buta maka tekanlah tombol pause.
Sementara
hidupmu dalam keadaan pause, maka bukalah kotak peralatanmu dan gunakan untuk
membantumu dalam mengambil keputusan. Inilah bedanya manusia dengan binatang,
ketika manusia dihadapkan dengan situasi yang menekan dia dan menyebabkan dia
harus menahan emosinya, manusia diberi alat untuk mengambil keputusan yang
cocok agar tidak merugikan dirinya dan orang lain. Sementara hewan, jika ada
yang menganggunya maka hewan tersebut akan langsung bereaksi tanpa memikirkan
tindakan tersebut benar atau salah.
Jadi
kita jangan seperti hewan yang asal bertindak tetapi tidak dipikirkan terlebih
dahulu. Peralatan yang dimiliki manusia dalam pikirannya adalah kesadaran diri, hari nurani, daya
imajinasi, dan kemauan. Gunakanlah seluruh peralatan ini ketika ada sesuatu
hal yang menganggumu, menekanmu, membuat kamu marah dan lain sebagainya.
Berpikirlah terlebih dahulu sebelum kamu bertindak agar kamu tidak menyesal di
kemudian hari.
2. Merujuk Pada Tujuan Akhir
Menurut saya, merujuk pada tujuan
akhir merupakan kebiasaan yang harus diutamakan dan didukung oleh
kebiasaan-kebiasaan lain. Intinya begini, jika kita sudah mempunyai tujuan
akhir maka kebiasaan yang lain dapat dijadikan sebagai alat atau faktor
pendukung tujuan akhir tersebut. Oleh karena itu saya mengambil tema tujuan
akhir dalam penulisan buku ini.
Karena seisi buku ini membahas
tentang tujuan akhir, maka disini saya tidak akan cerita banyak-banyak. Intinya
dalam merujuk pada tujuan akhir adalah kamulah
pengemudi hidupmu, jangan sampai hidupmu dikemudikan orang lain! Karena
hidup dibawah telunjuk orang lain itu tidak enak dan akan banyak makan hati.
Jadi kemudikanlah dan bawalah dirimu ke tempat yang sangat baik dimana kamu
bisa bahagia dan bermanfaat disana.
3. Dahulukan yang Utama
Proses mendahulukan utama bukan hal
yang mudah, karena dalam keadaan ini kita akan sangat sulit sekali untuk
memilih sesuatu ketika keduanya benar-benar penting. Jadi kita harus tahu mana
yang lebih penting dari yang penting. Agar memudahkan dalam pembagian waktu,
maka dalam buku The 7 Habits of Highly Effective Teens dijelaskan sebuah
kuadran waktu.
URGEN TIDAK URGEN
URGEN TIDAK URGEN
I
|
II
ORANG YANG SUKA MENENTUKAN PRIORITAS
|
|
III
|
IV
ORANG PEMALAS
|
Dari
kuadran-kuadran waktu diatas dapat disimpulkan bahwa kuadran I mengenai hal-hal
yang urgen dan penting. Kuadran II mengenai hal-hal yang penting tetapi tidak
urgen, kuadran III mengenai hal yang tidak penting tetapi urgen, orang ini
cenderung mengerjakan hal yang tidak penting baginya tetapi mendesak. Selalu
menuruti seluruh permintaan orang lain tanpa memikirkan kepentingan dirinya
sendiri. Yang terakhir yaitu kuadran IV mengenai hal yang tidak penting dan
tidak urgen.
Sekarang
kita tinggal memilih kita ingin ada di kuadran berapa? Coba ingat hal-hal yang
telah kita lakukan di seminggu lalu atau bahkan sebulan yang lalu, jika
ditempatkan di matriks manajemen waktu.. dimana kamu menghabiskan sebagian besar
dari waktumu? Namun banyak yang berkata
bahwa ketika mengerjakan hal yang mendesak rasanya sangat lancar untuk
menyelesaikannya dibanding dengan mengerjakan hal yang tidak mendesak.
Saya
akan bercerita sedikit tentang pengalaman saya tentang hal yang mendesak, saya
adalah seorang mahasiswa yang dalam setiap minggunya pasti dan selalu mempunyai
tugas. Dan tugas yang sangat rutin saya dapatkan adalah tugas Character
Building, saya tahu bahwa tugas itu penting bagi saya maka saya harus
menyelesaikannya dari jauh-jauh hari agar tugas dari mata kuliah lain tidak
menumpuk.
Namun
pada kenyataannya, mengerjakan tugas yang deadlinenya masih sangat jauh itu
rasanya sangat banyak godaannya. Saya menjadi lebih cepat mengantuk atau pun
tergoda dengan tayangan televisi, alhasil saya menjadi terus menunda-nunda
tugas tersebut. Ketika batas akhir pengumpulan semakin dekat, saya baru
mengerjakan tugas tersebut, anehnya saya menjadi tidak mengantuk dan tidak
tertarik untuk menonton tv atau apapun. Sebanyak apapun kegiatan saya pada
siang hari tetapi rasanya itu tidak berdampak apapun. Hal ini karena hal-hal
tersebut menekan saya, jadi pengerjaan tugas tersebut menguasai saya. Dan hal
tersebut SESAT.
Sebagian
besar mahasiswa pasti pernah mengalami hal tersebut. Seharusnya kita dapat
menguasai tugas tersebut, bukan tugas tersebut yang menguasai kita! Justru
ketika mengerjakan suatu hal yang mendesak, misalnya mengerjakan tugas memakai
sistem kebut semalam. Tugas itu bisa saja selesai, tetapi kita menyelesaikan
tugas tersebut karena tekanan. Ketika kita merasa tertekan, kita tidak akan
mengeluarkan seluruh kemampuan yang kita bisa. Dan hasil dari tugas tersebut
akan biasa-biasa saja.
Untuk
mencapai tujuan akhir yang gemilang, selain bersikap proaktif kita juga harus
membiasakan diri untuk me manage waktu kita sedemikian rupa, yang kira-kira
tidak penting tidak usah dikerjakan dan pilihlah hal yang penting saja. Jika
kamu kesulitan, kamu dapat membuat rencana mingguan. Jadi kamu merencanakan apa
yang akan kamu lakukan seminggu kedepan. Rencana mingguan sangat cocok karena
tidak terlalu lama dan tidak terlalu sebentar.
Dalam
buku The 7 Habits of Highly Effective Teens dijelaskan bagaimana cara kita
menyusun rencana mingguan kita.
1.
Identifikasi
batu-batu besarmu.
Diakhir minggu, tenangkanlah dirimu dan identifikasilah apa yang
kamu akan kerjakan di minggu berikutnya. Batu-batu besarmu sasaran-sasaran mini
yang harus kamu capai di minggu berikutnya. Kamu dapat membuat listnya.
2.
Jadwalkan dulu
waktu untuk batu-batu besarmu
Spesifikkan waktu untuk mengerjakan batu-batu besarmu.
3.
Jadwalkan hal-hal
lainnya
Jadwalkan waktu untuk hal-hal kecil yang biasa kamu kerjakan
Disini ada sebuah sajak dalam buku
The 7 Habits of Highly Effective Teens, yang menggambarkan tentang betapa
berharganya waktu yang kita miliki.
Untuk mengetahui nilai Satu Tahun,
Tanyakan seorang siswa yang gagal
dalam ujian kenaikannya.
Untuk mengetahui nilai Satu Bulan,
Tanyakan seorang ibu yang melahirkan
bayi prematur.
Untuk mengetahui nilai Satu Minggu,
Tanyakan seorang editor majalah
mingguan.
Untuk mengetahui nilai Satu Hari,
Tanyakan seorang buruh harian yang
punya enak anak untuk diberi makan.
Untuk mengetahui nilai Satu Jam,
Tanyakan kekasih yang sedang
menantikan waktu bertemu.
Untuk mengetahui nilai Satu Menit,
Tanyakan seorang yang ketinggalan
kereta.
Untuk mengetahui nilai Satu Detik,
Tanyakan seorang yang selamat dari
kecelakaan.
Untuk mengetahui nilai Satu Milidetik
Tanyakan seorang yang memenangkan
medali di Olimpiade.
4. Berpikir Menang/Menang
“Untuk apa sih kita hidup, kalau
bukan untuk saling menjadikan hidup tidak terlalu sulit bagi satu sama lain?”
George Eliot. Apa yang dapat kamu tangkap dari kata-kata tersebut? Kita hidup
untuk bermanfaat dan untuk meringankan beban satu sama lain. Bukannya untuk
saling menjatuhkan dan membiarkan rekan kita tersungkur sendirian.
Berpikir menang/menang adalah sikap
terhadap kehidupan, suatu cara berpikir yang mengatakan bahwa saya bisa menang,
kamu pun bisa menang. Bukannya saya atau kamu, melainkan sama-sama (Covey,
209). Jadi berpikir menang/menang disini adalah kamu dan orang lain dapat
merasakan indahnya kemenangan bersama-sama bukannya saling menjatuhkan atau
dijatuhkan.
Ketika membaca tulisan diatas pasti
kamu berpikir bahwa “Yang benar saja, hidup itu kompetisi. Siapa cepat dia
dapat, mana mungkin semua orang bisa menang”. Pikiran seperti itu persis dengan
pikiran saya dulu sebelum membaca buku The 7 habits ini, didalam buku ini
kemenangan dijelaskan dari sudut pandang yang lain. Sudut pandang yang membuat
mata hati dan oikiran kita terbuka bahwa kita dapat menang secara bersama-sama.
Dalam buku The 7 Habits of Highly
Effective Teens dijelaskan bahwa kehidupan sebenarnya bukan soal berkompetisi
atau mengungguli orang lain. Mungkin memang begitu dalam bisnis, olahraga dan
sekolah, tetapi itukan lembaga-lembaga yang kita ciptakan. Yang pasti dalam
hubungan tidak begitu. Jadi marilah kita telaah ide aneh yang disebut berpikir
menang/menang ini. Agar kamu dapat lebih mengerti tentang prinsip berpikir menang/menang
mari kita telaah cara berpikir menang/kalah, kalah/menang, dan kalah/kalah.

Menang/kalah adalah sikap terhadap kehidupan
yang mengatakan bahwa kue sukses itu sudah tetap besarnya, dan kalau kamu dapat
potongan besar, sisanya tinggal sedikit untuk saya. Didalam buku The 7 Habits
of Highly Effective Teens ada sebuah percakapan yang menggambarkan kondisi
menang/kalah.
“Bu, malam ini ada pertandingan besar, dan
saya mau pakai mobil ya”.
“Maaf, Marrie, tetapi Ibu perlu mengambil
belanjaan malam ini, suruh saja temanmu menjemput”.
“Tetapi bu, selalu saja saya dijemput
teman-teman. Kan malu”.
“Begini, sudah seminggu ini kan kamu terus
mengeluh tak ada makanan. Jadi ibu harus
mengambil belanjaan kan”.
“Ah ibu tidak adil deh. Ibu tidak peduli sama
saya”.
“Ya deh. Ya deh. Pakai mobilnya sana, tetapi
jangan mengeluh lagi ya kalau besok tak ada makanan”.
Marrie memang menang dan ibunya kalah, namun
apakah Marrie benar-benar menang? Mungkin iya untuk sekarang, namun bagaimana
dengan perasaan ibunya? Dan bagaimana akibat dari perbuatannya itu? Dalam
jangka panjang, benar-benar sangat percuma ketika kita berpikir menang/kalah.
Jadi sikap berpikir seperti itu membuat kita
lebih bersifat kompetitif dan tidak peduli bahwa kita harus menyikut siapa,
menginjak siapa, dan menjatuhkan siapa. Yang penting kita berada di posisi
paling tinggi dan dapat mengungguli orang lain yang akan menimbulkan kebanggaan
bagi diri kita sendiri. Jangan salahkan diri kamu sendiri bila kamu memiliki
pola pikir seperti itu, karena dari kecil kita memang dididik untuk mempunyai
pola pikir seperti itu.
Namun sekarang, pola pikir tersebut harus
mulai ditiadakan, mungkin kamu bisa saja menjadi pemenang dan berada di tiang
totem paling tinggi, namun kamu akan berada disana sendirian tanpa ada teman
yang menemanimu. Dalam buku The 7 Habits of Highly Effective Teens dijelaskan
beberapa ciri orang yang terjangkit pola pikir menang/kalah yaitu :
Ø Menggunakan orang lain, baik secara emosional maupun secara fisik,
demi tujuanmu sendiri yang egois.
Ø Berusaha maju atas pengorbanan orang lain.
Ø Menyebarkan kabar burung tentang orang lain (seolah-olah dengan
menjelekkan orang lain, kamu jadi terangkat).
Ø Selalu memaksakan kehendak tanpa memusingkan perasaan orang lain.
Ø Menjadi cemburu dan iri kalau sesuatu yang baik terjadi pada
seseorang yang dekat denganmu.
Ciri-ciri
diatas adalah ciri-ciri orang yang sudah terjangkit cara berpikir menang/kalah.
Bukankah berpikir menang/menang lebih indah?

Apa
perbedaan menang/kalah dengan kalah/menang? Cara berpikir menang/kalah adalah
cara berpikir bagaimana dirimu bisa menang apapun resikonya, siapapun yang
jatuhnya. Kalau cara berpikir kalah/menang adalah kebalikannya, cara berpikir
ini hampir sama dengan keset kaki. Orang tersebut rela diinjak-injak oleh orang
lain dan selalu menyalahkan dirinya sendiri ketika ada kesalahan. Kalah/menang
secara tidak langsung mengatakan, “silahkan bersikap suka-suka terhadapku.
Kesetkan saja kakimu atas diriku. Semua orang juga begitu.”
Cara berpikir ini sangat berbahaya sama halnya
dengan berpikir menang/kalah. Membiarkan diri diinjak itu mudah, bersikap ramah
itu mudah, selalu mengalah itu mudah namun semua itu benar-benar akan berdampak
pada masa depanmu dan kepada rancangan cita-citamu yang telah kamu siapkan.
Mungkin
saja kamu tidak mau bolos sekolah, namun kelompokmu ingin kamu bolos sekolah
dan akhirnya kamu mengalah pada mereka. Sehingga kamu kalah dan mereka menang.
Inilah yang disebut kalah/menang. Namun cara berpikir ini dapat diterapkan
kepada hal-hal kecil misalnya ketika kamu dan adikmu bertengkar memperebutkan
sesuatu, atau ibumu tidak suka melihat caramu memegang sendok.
Hal
tersebut wajar-wajar saja, ada kalanya juga kita harus mengalah. Namun ada
batasannya, selama tindakan orang lain tidak melecehkanmu, tidak masalah kamu
mengalah. Namun untuk hal besar, jangan biarkan dirimu menjadi keset kaki orang
lain.

“Kalau
aku harus jatuh, kamu juga harus jatuh bung!” (Covey, 215). Cara berpikir ini
adalah jika dirinya jatuh maka ia akan mencari teman untuk jatuh juga. Karena
orang yang kalah pasti senang untuk ditemani. Misalnya dalam sebuah hubungan,
pada mulanya kedua pasangan berpikir menang/menang namun jika kamu tidak
hati-hati maka hubunganmu dapat berubah masam dan menjadi kalah/kalah.
Kita
harus berhati-hati untuk soal menjalin hubungan karena persoalan hubungan
sangat sensitif dan dapat mempengaruhimu dalam berbagai aktivitas yang kamu
lakukan. Berpikir kalah/kalah sangat harus dihindari karena kamu akan merasa
tidak termotivasi, dan akan cenderung berpikiran “tidak masalah jika aku jatuh,
toh dia akan jatuh bersamaku.”
Bagaimana cara berpikir menang/menang?
Sekarang kamu sudah mengetahui
perbedaan menang/kalah, kalah/menang, dan kalah/kalah. Sekarang saya akan
membahas tentang bagaimana cara untuk berpikir menang/menang. Saya tidak akan
memberi tahu sesuatu tanpa memberi tahu jalannya. Hal yang pertama adalah menangkan kemenangan pribadimu dulu.
Memenangkan kemenangan pribadi merupakan suatu hal yang mudah
namun sulit. Maksudnya jika kamu dapat melakukannya dengan benar maka akan
terasa mudah dan jika kamu tidak mau dan
tidak bisa melakukannya maka akan terasa sulit. Semuanya dimulai dari kamu
sendiri. Kalau kamu masih merasa terancam dengan kehadiran orang lain dan masih
tidak tentram dan belum membayar harga untuk kemenangan pribadimu maka itu akan
terasa sangat sulit.
Orang-orang yang tidak tentram mudah
cemburu (Covey, 219). Jadi bila kamu masih merasa orang lain akan menghalangi
jalanmu dan keinginanmu atau kamu tidak ingin orang lain mengungguli prestasimu
maka kamu belum bisa berpikir menang/menang.
Jadi ketentraman pribadi merupakan landasan untuk sikap Menang/Menang.
Yang kedua adalah hindari tumor kembarnya. Apa itu tumor
kembar? Seperti halnya tumor dalam arti yang sebenarnya bahwa penyakit tersebut
sangat berbahaya bagi tubuh kita. Namun disini yang disebut tumor adalah sebuah
kebiasaan yang bisa merusak kamu perlahan-lahan dari dalam. Mereka kembar dan
namanya kecenderungan bersaing dan membanding-bandingkan. Jadi bila kamu masih
mempunyai penyakit tersebut maka sampai kapan pun kamu tidak akan bisa berpikir
menang/menang.
5. Berusahalah Memahami Terlebih Dahulu Baru Dipahami
“Sebelum aku bisa menyelami perasaan orang lain, terlebih dahulu
aku harus mengenyampingkan perasaanku sendiri” (penulis tak dikenal). Sebelum
kita mengerti perasaan orang lain, kita harus mengenyampingkan perasaan kita
dan mulai memahaminya dalam sudut pandang orang tersebut. Karena pada dasarnya
seorang manusia hanya ingin didengarkan dan dipahami.
Kebiasaan ini dapat diterapkan
ketika kita ingin mempunyai banyak koneksi dan meningkatkan intensitas
pertemanan. Kita akan banyak disukai dan dipercaya oleh orang lain bila kita
mempunyai kebiasaan seperti itu. Cara ini dapat meningkatkan rekening bank
hubunganmu dengan cepat.
Ada pepatah india mengatakan
“dengarkanlah, kalau tidak, lidahmu akan membuatmu tuli.” Ya, ketika kita hanya
berbicara tanpa mengetahui permasalahannya secara jelas maka
perkataan-perkataan kita hanya akan membuat telinga kita tuli (tidak dapat
menyerap apa yang sebenarnya terjadi). Kunci komunikasi serta mempunyai
pengaruh terhadap orang lain adalah dengan cara berusaha untuk memahami
terlebih dahulu baru dipahami.
Pandanglah segalanya menurut
kacamata lawan bicaramu sebelum kamu membagikan pandanganmu sendiri.
Pandanganmu jangan sampai mendominasi percakapanmu.
6. Wujudkan Sinergi
Kebiasaan mewujudkan sinergi
sangatlah penting karena kita tidak akan bisa bekerja sendirian, kita akan
butuh teman untuk bekerja sama menyelesaikan suatu pekerjaan. “Sendirian,
begitu sedikit yang bisa kita perbuat; bersama-sama, begitu banyak yang bisa
kita perbuat” Hellen Keler. Jadi dengan bersama-sama akan terasa lebih ringan
dan pekerjaan berat pun akan terasa lebih ringan dan cepat terselesaikan.
Lalu apasih artinya “sinergi”?
Intinya, sinergi tercapai kalau dua orang
atau lebih bekerjasama untuk menciptakan solusi yang lebih baik ketimbang kalau
sendirian. Bukannya jalanmu atau jalan saya, melainkan jalan yang lebih baik,
jalan yang lebih tinggi (Covey, 261).
Jadi sinergi itu adalah jalan kita bersama bukannya jalanmu atau jalanku.
Dalam dunia kerja atau pun yang
masih duduk dalam bangku perkuliahan atau sekolah. Keterampilan bersinergi ini
sangat penting karena dapat membuat pekerjaan atau beban yang kita jalani lebih
ringan karena dikerjakan bersama-sama.
Namun dalam arti sinergi disini kita bukan hanya bersinergi dengan orang
yang satu visi sama kita tetapi dengan orang yang berbeda pula.
Jangan anggap perbedaan merupakan
halangan untuk bersinergi karena sinergi adalah sebuah kerjasama yang
memanfaatkan perbedaan bukannya menolak perbedaan. Jadi ayo bersinergi, jangan
hanya hidup seorang diri saja kawan.
7. Asahlah Gergajimu
Ketika kamu sudah menerapkan seluruh
kebiasaan yang saya jelaskan diatas, kini adalah waktunya untuk dirimu sendiri
karena dirimu juga perlu dirawat dengan baik agar dapat menjalankan semua
aktivitas dengan baik pula. Karena sebagai mahasiswa yang sedang menuntut ilmu
pasti ada kalanya kita merasa stress, jenuh, tidak seimbang, dan hampa.
Bagaimana mengatasi semua hal tersebut?
Jawabannya adalah dengan asahlah
gergajimu. Mengapa disebut asahlah gergaji? Bayangkanlah bila kamu jalan-jalan
ke hutan dan bertemu dengan seseorang yang mati-matian menggergaji sebuah pohon
(The 7 Habits of Highly Effective Teens).
“Sedang
ngapain?” kamu tanya.
“Menggergaji
pohon”, jawabnya.
“Sudah
berapa lama kamu menggergaji?”
“Empat
jam, tetapi banyak kemajuannya kok”, katanya, dengan keringat menetes dari
dagunya.
“Rasanya
gergajinya sudah tumpul”, katamu. “Mengapa tidak istirahat dulu sambil
mengasahnya?’
“Mana
mungkin, tolol. Aku kan sedang sibuk menggergaji.”
(THE 7
HABITS OF HIGHLY EFFECTIVE TEENS)
Dari
percakapan diatas, dapat dilihat bahwa andai saja orang yang menggergaji
tersebut mau meluangkan waktunya untuk istirahat dan mengasah gergajinya
sebentar saja maka pekerjaannya akan lebih cepat beres. Pernahkah kamu sibuk
menyetir dan lupa tidak mengisi bensin? Apa yang terjadi pada mobil tersebut?
Tentu pada akhirnya mobil tersebut tidak akan bisa berjalan mengantarkan kita
ke tempat tujuan kita.
Kebiasaan ini harus diterapkan dalam
kehidupan kita, jangan sampai sasaran kita dalam mengejar tujuan akhir membuat
kita lupa untuk istirahat dan mengasah kemampuan kita sendiri. Karena bisa dilihat
dari contoh percakapan diatas, terus bekerja keras tanpa menghiraukan hal lain
(istirahat dan mengasah diri) maka hal yang kita kerjakan akan terasa sangat
melelahkan dan terasa lebih lama.
Kebiasaan ini adalah tentang menjaga
ketajaman dirimu agar bisa menangani hidup dengan lebih baik. Artinya, secara
berkala memperbaharui dan menguatkan keempat dimensi kehidupan kuncimu yaitu
tubuhmu, otakmu, hatimu dan jiwamu.
Menguasai Soft Skills
Istilah soft skills sudah tak asing
ditelinga orang-orang, namun tak banyak orang yang mengerti arti sesungguhnya
tentang soft skills. Bila membicarakan tentang soft skills umumnya orang
berpikir soft skills merupakan keterampilan hidup untuk menjadi pribadi yang
hangat dan lembut (Klaus, 2). Hal tersebut memang benar, namun soft skills jauh
lebih dari hal tersebut, soft skills memungkinkan kamu untuk lebih efektif
menggunakan kemampuan teknis dan pengetahuan faktual tersebut.
Soft skills mencakup keterampilan pribadi,
sosial, komunikasi dan perilaku manajemen diri (Klaus, 2). Soft skills adalah
kunci untuk meraih kesuksesan termasuk didalamnya kepemimpinan, pengambilan
keputusan, penyelesaian konflik, komunikasi, kreatifitas dan kemampuan
presentasi (Kaipa, tth:5-6). Soft skills berguna untuk meraih kesuksesan karena
didalamnya terdapat pemahaman tentang apa yang dibutuhkan untuk dilakukan
dengan baik.
Dari beberapa pengertian diatas maka soft
skills adalah kumpulan sifat kepribadian seseorang yang menjadi kunci
keberhasilan seseorang dalam dunia apapun, khususnya dalam dunia kerja. Namun
mengapa didalam dunia kerja yang sangat kompetitif dan saling sikut diperlukan
soft skills? Mengapa sikap yang lembut harus ada dalam dunia yang begitu keras?
Karena menurut Peggy Klaus dalam bukunya yang berjudul Soft Skills tidak ada
yang lembut di dalam “Soft skills”.
Kita kadang berpikir bahwa seseorang berhasil
karena pengaruh genetik dari kedua orang tuanya atau faktor keberuntungan,
mungkin bisa saja tapi tidak dapat dipungkiri bahwa jauh didalam keberhasilan
seseorang ada usaha yang tinggi, belajar dan latihan yang displin, berani
mengambil resiko dan lain lain.
Keterampilan soft skills sangat menunjang
sekali bagi masa depanmu nanti baik di tempat kuliah atau pun tempat kerja. Salah
satu pendobrak tujuan akhir adalah seseorang yang mempunyai dan menguasai soft
skills yang baik, jika seseorang sudah mempunyai soft skills yang baik maka
otomatis orang itu juga akan mempunyai hard skills yang baik pula.
Pada hakikatnya soft skills adalah sekelompok
sifat kepribadian yang dimiliki setiap orang agar secara efektif dapat bekerja
di tempat kerja dan meningkatkan diri. Dilihat dari pengertiannya sudah sangat
jelas soft skills dibutuhkan dalam dunia kerja. Bila soft skills ditinjau dari
komponen soft skills, terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1.
Skills
intrapersonal merupakan aspek aspek skiils yang menjelaskan tentang kemampuan
untuk mengelola diri sendiri manakala yang bersangkutan berada pada situasi
kerja.
2.
Skills
interpersonal merupakan aspek skills yang menjelaskan kemampuan untuk mengelola
lingkungan kerja sehingga dirinya mampu beradaptasi dengan situasi kerja.
Jadi
soft skills pun terbagi menjadi dua bagian, dan bagian-bagian tersebut saling
berhubungan satu sama lain. Kedua hal tersebut sangat dibutuhkan oleh para
mahasiswa yang akan bekerja, khususnya skills interpersonal karena dibutuhkan
kemampuan adaptasi yang tinggi bagi mahasiswa yang baru lulus kemudian bekerja
di suatu perusahaan.
Kompetensi
soft skill sangat sulit untuk didefinisikan karena kompetensi ini sangat subyektif.
Hanya bisa diinterpretasikan melalui observasi perilaku manusia. Selain itu,
menurut saya kompetensi soft skill juga dapat dilihat dari berapa patuh mereka
terhadap Tuhannya. Jika para mahasiswa sudah sangat patuh terhadap perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya, maka soft skill yang dimiliki orang tersebut juga
bisa dikatakan baik karena dalam agama manapun tak ada yang mengajari umatnya
kedalam hal-hal yang merugikan.
Contohnya
dalam agama islam, dalam agama islam kita diajari tentang bagaimana bersilaturahmi
dengan baik, adab berbicara, adab makan, adab datang kerumah orang lain, tanpa
disadari itu merupakan bagian dari soft skills. Sudah sangat jelas sekali bahwa soft skills
sangat dibutuhkan oleh setiap manusia agar dapat menjalani kehidupannya sebaik
mungkin dan dapat mengejar cita-citanya setinggi mungkin.
Comments