Semua orang pasti pernah merasa tidak percaya diri kan? Sama!
Rasa tidak percaya diri merupakan hal wajar apalagi sebelumnya pernah merasakan kegagalan.
Ya, saya pernah merasakan gagal segagal-gagalnya dan kecewa sekewa-kecewanya. Padahal kalau dipikirkan sekarang, suka tertawa sendiri mengapa dulu saya merasa sangat kecewa.
Rasa kecewa muncul karena saya tidak bisa menerima kenyataan.
Maka, terimalah kenyataan agar tidak kecewa :)
Memang tidak mudah.. tapi pilihannya hanya dua, "tidak bisa menerima sehingga
merasakan kecewa yang berangsur-angsur menyiksa atau bisa menerima sehingga hati menjadi menjadi tenang?"
Ih tapi kan menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang kita mau itu sulit!
SULIT SEKALI :)
Tapi.... ingat,
1. Apapun yang bukan untuk kita tidak akan pernah menjadi milik kita
2. Apapun yang memang untuk kita tidak akan pernah menjadi milik orang lain
3. Gagal itu guru kehidupan loh, tidak semua orang dapat kesempatan untuk gagal.
4. Allah lebih mengetahui apa yang kita butuhkan.
Ir Soekarno berkata, "Bermimpilah setinggi langit, jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang".
Menurutku, bermimpi masuk SMA Negeri merupakan salah satu mimpi yang tinggi untuk remaja yang akan lulus SMP.
Saya pun bermimpi sama dengan anak-anak lain, saya ingin masuk SMA Negeri xx Bandung.
Tapi saya lupa, saya boleh bermimpi tinggi, namun ketika terjatuh... agar saya ada diantara bintang-bintang... saya harus memiliki hati yang lapang dan ikhlas menerima hasilnya.
Jika tidak memiliki hati yang lapang dan ikhlas, setinggi apapun kita bermimpi, ketika kita jatuh.. kita akan merasa jatuh tersungkur ke tanah. Sakit.
Takdir Allah berbeda dengan keinginan saya, saya harus bersekolah di SMA swasta di Bandung.
Lambat laun saya mulai paham, apalagi setelah semester 1 selesai hingga lulus SMA.
"Allah lebih mengetahui apa yang kita butuhkan" ternyata terjawab : Allah ingin saya sekolah tanpa bayar SPP.
Semenjak merasa gagal, saya merasa harus membayar kegagalan itu dengan prestasi. Oleh karena itu, saya berusaha belajar dengan baik agar kekecewaan saya dan orangtua bisa terbayar.
Selain target menjadi selalu ranking 1, target lainnya adalah saya harus masuk perguruan tinggi negeri.
Saya sadar, dari awal saya tidak ingin mengandalkan SNMPTN karena sebagus apapun nilai saya, saya pasti kalah oleh nilai-nilai bagus dari SMA Negeri.
Jadi saya mengincar jalur tes untuk masuk PTN.
Ketika pengumuman SNMPTN, saya tidak lolos. Saya tidak kecewa karena saya tidak berharap apapun pada SNMPTN.
Tibalah waktu untuk saya memilih, saya akan ikut tes SBMPTN atau SMB Polban? Setelah dipikirkan dengan matang, saya memilih ikut tes SMB Polban dan tidak ikut tes SBMPTN.
Ada beberapa pertimbangan mengapa saya lebih memilih satu tes dibanding memilih ikut tes dua-duanya.
1. Saya ingin fokus untuk berlatih soal. Tipe soal SBMPTN dengan SMB Polban itu berbeda.
2. Jika saya ikut tes SBMPTN, saya harus memilih kampus yang dekat dengan rumah (dulu sama sekali tidak berpikiran untuk merantau) Nah, saya ragu untuk memilih kampus tersebut. Entah mengapa saya merasa "sepertinya bukan untuk saya".
3. Lokasi POLBAN sangat dekat dari rumah dibandingkan kampus-kampus lain hehe
Tes untuk masuk POLBAN ada 2 macam, rekayasa dan nonrekayasa (tata niaga). Saya daftar dua-duanya... agar tidak penasaran! hehe
Untuk latihan soal, saya belajar dari soal-soal di internet saja.
Saya tulis tangan soal-soalnya agar saya bisa ingat seluruh bentuk soalnya.
Saya menghabiskan satu buku binder dengan menulis sendiri ratusan soal.
Selain itu, biasanya sebelum tes akan ada try out tesnya... nah saya juga ikutan!
Waktu tes tiba, 19 Juli 2014. Tes dibagi menjadi dua bagian :
1. Rekayasa pukul 08.00 - 12.00
2. Non Rekayasa 13.00 - 17.00
Ini waktunya (kalau tidak salah) hehe
Saya ikut keduanya, kebetulan sedang bulan Ramadhan, rasanya setelah tes terakhir saya mau pingsan... lemas sekali. Untung tidak jadi pingsan :D
Setelah itu, saya hanya bisa berdoa dan pasrah. Mengingat jumlah pendaftar juga sangat banyak. Menyiapkan hati untuk kenyataan terburuk.
Disini saya merasa sudah lebih dewasa. Saya juga sudah punya rencana jika kuliah di kampus swasta akan masuk kemana.
Pokoknya sudah sangat ikhlas apabila hasilnya tidak seperti yang saya inginkan.
Waktu pengumuman tiba.
Saya memilih untuk berbuka puasa dulu agar ada tenaga untuk menghadapi kenyataan.
dan....
Alhamdulillah,
Saya diterima.
Perjuangan selama ini rasanya terbayar. Eits, tapi jangan terlalu senang. Perjuangan baru dimulai, bagaimana caranya agar bisa lulus dari kampus ini dengan IPK lebih dari 3.50?
Belajar dari kegagalan itu penting.
Tapi tidak takut gagal juga penting.
Bagaimana bisa jadi tahan banting kalau tidak pernah dibanting? hehe
Jalani takdir yang sudah diberikan Allah dengan ikhlas, dengan sebaik-baiknya. Atas izin Allah juga saya bisa kuliah di PTN eh tiba-tiba dapat rezeki juga, kuliah saya gratis sampai lulus dan uang saku.
Saya menjadi semakin semangat untuk belajar, saya malu jika nilai saya jelek padahal Allah sudah sebegitu baiknya.
Namun, terlepas dari seluruh pencapaian kita..
Kita harus ingat, bukan kita yang hebat.
Allah yang hebat, Allah yang sangat menyayangi kita.
Tidak peduli berapa banyak dosa, Allah tetap memberi kita rezeki.
Semangat untuk yang pernah/sedang gagal dalam hal apapun.
Semuanya tidak berakhir ketika kita gagal. Namun semuanya akan berawal ketika kita mau menerima dan belajar dari kegagalan. Tentunya dengan akhir yang indah :)
Rasa tidak percaya diri merupakan hal wajar apalagi sebelumnya pernah merasakan kegagalan.
Ya, saya pernah merasakan gagal segagal-gagalnya dan kecewa sekewa-kecewanya. Padahal kalau dipikirkan sekarang, suka tertawa sendiri mengapa dulu saya merasa sangat kecewa.
Rasa kecewa muncul karena saya tidak bisa menerima kenyataan.
Maka, terimalah kenyataan agar tidak kecewa :)
Memang tidak mudah.. tapi pilihannya hanya dua, "tidak bisa menerima sehingga
merasakan kecewa yang berangsur-angsur menyiksa atau bisa menerima sehingga hati menjadi menjadi tenang?"
Ih tapi kan menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang kita mau itu sulit!
SULIT SEKALI :)
Tapi.... ingat,
1. Apapun yang bukan untuk kita tidak akan pernah menjadi milik kita
2. Apapun yang memang untuk kita tidak akan pernah menjadi milik orang lain
3. Gagal itu guru kehidupan loh, tidak semua orang dapat kesempatan untuk gagal.
4. Allah lebih mengetahui apa yang kita butuhkan.
Ir Soekarno berkata, "Bermimpilah setinggi langit, jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang".
Menurutku, bermimpi masuk SMA Negeri merupakan salah satu mimpi yang tinggi untuk remaja yang akan lulus SMP.
Saya pun bermimpi sama dengan anak-anak lain, saya ingin masuk SMA Negeri xx Bandung.
Tapi saya lupa, saya boleh bermimpi tinggi, namun ketika terjatuh... agar saya ada diantara bintang-bintang... saya harus memiliki hati yang lapang dan ikhlas menerima hasilnya.
Jika tidak memiliki hati yang lapang dan ikhlas, setinggi apapun kita bermimpi, ketika kita jatuh.. kita akan merasa jatuh tersungkur ke tanah. Sakit.
Takdir Allah berbeda dengan keinginan saya, saya harus bersekolah di SMA swasta di Bandung.
Lambat laun saya mulai paham, apalagi setelah semester 1 selesai hingga lulus SMA.
"Allah lebih mengetahui apa yang kita butuhkan" ternyata terjawab : Allah ingin saya sekolah tanpa bayar SPP.
Semenjak merasa gagal, saya merasa harus membayar kegagalan itu dengan prestasi. Oleh karena itu, saya berusaha belajar dengan baik agar kekecewaan saya dan orangtua bisa terbayar.
Selain target menjadi selalu ranking 1, target lainnya adalah saya harus masuk perguruan tinggi negeri.
Saya sadar, dari awal saya tidak ingin mengandalkan SNMPTN karena sebagus apapun nilai saya, saya pasti kalah oleh nilai-nilai bagus dari SMA Negeri.
Jadi saya mengincar jalur tes untuk masuk PTN.
Ketika pengumuman SNMPTN, saya tidak lolos. Saya tidak kecewa karena saya tidak berharap apapun pada SNMPTN.
Tibalah waktu untuk saya memilih, saya akan ikut tes SBMPTN atau SMB Polban? Setelah dipikirkan dengan matang, saya memilih ikut tes SMB Polban dan tidak ikut tes SBMPTN.
Ada beberapa pertimbangan mengapa saya lebih memilih satu tes dibanding memilih ikut tes dua-duanya.
1. Saya ingin fokus untuk berlatih soal. Tipe soal SBMPTN dengan SMB Polban itu berbeda.
2. Jika saya ikut tes SBMPTN, saya harus memilih kampus yang dekat dengan rumah (dulu sama sekali tidak berpikiran untuk merantau) Nah, saya ragu untuk memilih kampus tersebut. Entah mengapa saya merasa "sepertinya bukan untuk saya".
3. Lokasi POLBAN sangat dekat dari rumah dibandingkan kampus-kampus lain hehe
Tes untuk masuk POLBAN ada 2 macam, rekayasa dan nonrekayasa (tata niaga). Saya daftar dua-duanya... agar tidak penasaran! hehe
Untuk latihan soal, saya belajar dari soal-soal di internet saja.
Saya tulis tangan soal-soalnya agar saya bisa ingat seluruh bentuk soalnya.
Saya menghabiskan satu buku binder dengan menulis sendiri ratusan soal.
Selain itu, biasanya sebelum tes akan ada try out tesnya... nah saya juga ikutan!
Waktu tes tiba, 19 Juli 2014. Tes dibagi menjadi dua bagian :
1. Rekayasa pukul 08.00 - 12.00
2. Non Rekayasa 13.00 - 17.00
Ini waktunya (kalau tidak salah) hehe
Saya ikut keduanya, kebetulan sedang bulan Ramadhan, rasanya setelah tes terakhir saya mau pingsan... lemas sekali. Untung tidak jadi pingsan :D
Setelah itu, saya hanya bisa berdoa dan pasrah. Mengingat jumlah pendaftar juga sangat banyak. Menyiapkan hati untuk kenyataan terburuk.
Disini saya merasa sudah lebih dewasa. Saya juga sudah punya rencana jika kuliah di kampus swasta akan masuk kemana.
Pokoknya sudah sangat ikhlas apabila hasilnya tidak seperti yang saya inginkan.
Waktu pengumuman tiba.
Saya memilih untuk berbuka puasa dulu agar ada tenaga untuk menghadapi kenyataan.
dan....
Alhamdulillah,
Saya diterima.
Perjuangan selama ini rasanya terbayar. Eits, tapi jangan terlalu senang. Perjuangan baru dimulai, bagaimana caranya agar bisa lulus dari kampus ini dengan IPK lebih dari 3.50?
Belajar dari kegagalan itu penting.
Tapi tidak takut gagal juga penting.
Bagaimana bisa jadi tahan banting kalau tidak pernah dibanting? hehe
Jalani takdir yang sudah diberikan Allah dengan ikhlas, dengan sebaik-baiknya. Atas izin Allah juga saya bisa kuliah di PTN eh tiba-tiba dapat rezeki juga, kuliah saya gratis sampai lulus dan uang saku.
Saya menjadi semakin semangat untuk belajar, saya malu jika nilai saya jelek padahal Allah sudah sebegitu baiknya.
Namun, terlepas dari seluruh pencapaian kita..
Kita harus ingat, bukan kita yang hebat.
Allah yang hebat, Allah yang sangat menyayangi kita.
Tidak peduli berapa banyak dosa, Allah tetap memberi kita rezeki.
Semangat untuk yang pernah/sedang gagal dalam hal apapun.
Semuanya tidak berakhir ketika kita gagal. Namun semuanya akan berawal ketika kita mau menerima dan belajar dari kegagalan. Tentunya dengan akhir yang indah :)
Comments