Kita Bertemu hanya untuk Bertamu

 "Kita tak pernah pandai berkata-kata, hanyalah menjadi sebuah doa dalam mimpi. Ketidakpastian yang terus diutarakan. Dalam ungkapan-ungkapan bahkan rahasia perihal dirimu dan diriku dalam bungkam bibir yang beku." - Jakarta Diujung Pena

Perihal pertemuan yang menyenangkan selalu berpasangan dengan perpisahan yang menyedihkan. Semua kemungkinan yang dapat menyembuhkan bungkam selain "semua sudah diatur oleh Allah". Sore ini aku teringat kata-katamu ketika menonton film terakhir kita, Fantasy Island.. "Jika memang benar ada pulau seperti ini, kamulah yang akan aku ajak kesana agar kita bisa mewujudkan keinginan kita yang tidak bisa diwujudkan di dunia nyata, yaitu hidup bersama." 

Hanya kalimat itu yang tersisa dalam pikiranku tentangmu. Mungkin benar, waktu hanya bisa menyembuhkan tapi tidak bisa melupakan. Tidak masalah jika tidak bisa melupakan, yang penting sudah bisa berdamai dengan keadaan bukan? berdamai membuat hati menjadi lebih tenang. Walaupun jalan untuk berdamai tidak semudah mengatakan "aku baik-baik saja".

Kita bertemu memang hanya untuk saling bertamu. Seperti halnya hukum menjamu tamu, kita saling menjamu dengan baik. Memperlakukan satu sama lain dengan baik agar masing-masing dari kita merasa nyaman. Kamu, tamu terbaik yang pernah mengetuk pintuku. Kamu membuatku melakukan hal-hal sederhana yang menyenangkan. Masih teringat jelas langit sore ketika kita makan bakso pinggir jalan sambil melihat macetnya Jakarta. 

Masih tergambar jelas pemandangan diatas monas sambil mendengarkan kamu menyanyikan lagu Ampar-Ampar Pisang, lagu yang berasal dari daerahmu. Suaramu tidak bagus, tapi entah mengapa aku selalu menyukainya. Termasuk senyumanmu, walaupun tidak indah bagi sebagian orang, tapi bagiku itu pengecualian. Senyummu bisa membuatku tersenyum juga. Banyak sekali kesan baik yang tidak bisa luntur hanya karena akhir yang tidak baik. Banyak sekali rasa rindu yang tidak bisa luntur hanya karena kamu sudah tidak menjadi tamuku. 

Menerima kenyataan yang tidak baik setelah menerima begitu banyak kebaikan memang tidak mudah. Sama sekali tidak mudah. Apalagi jelas kita tau, kita memang merasa saling menemukan. Visi misi kita sama, pandangan kita mengenai masa depan sama. Namun ada benteng yang sekali dibangun tidak bisa kita hancurkan, yaitu kita tidak jodoh. Sekejap perasaanku campur aduk, hatiku terasa kosong padahal sebelumnya sudah ada pemesan tapi pemesan tidak masuk-masuk juga. Kemudian aku paham pemesan itu bukan tidak ingin masuk, namun harus berbalik arah. Memutar badan menuju hal lain yang sudah ditakdirkan, orang lain pilihan Allah. 

"Allah memberi apa yang kita perlukan bukan yang kita inginkan". Mungkin aku merasa ingin dia tapi menurut Allah ada yang lebih perlu aku dibandingkan dia dan juga sebaliknya. 
Seperti kata Ali bin Abi Thalib, "Apabila yang kamu sukai tidak terjadi, maka sukailah yang terjadi." Oleh karena itu aku menyukai kamu hanya sebagai tamuku.

Comments